Selasa, 05 Januari 2010

Avatar

Di bioskop-bioskop Jabodebatek sedang diputar film Avatar yang berkisah mengenai beberapa manusia yang membela komunitas dan peradaban avatar (makhluk seperti manusia namun memiliki kehebatan tertentu). Tulisan kali ini bukan hendak mengulas film Avatar tersebut melainkan istilah atau kata Avatar dalam kaitannya dengan pertanyaan: "Siapakah saya?" yang biasa diajukan oleh para penganut mistik.

Avatar adalah sebuah tahap atau varian dari sebuah entitas dasar manusia yang berkelanjutan, seperti inkarnasi seorang manusia yang sebelumnya adalah makhluk ilahi. Avatar juga merupakan salah satu varian dalam Gerakan Zaman Baru yang menekankan perubahan hidup seseorang dengan cara melatih orang tersebut untuk mampu mengelola/mengatur kepercayaan-kepercayaan yang dimilikinya. Doktrin dasar Avatar adalah bahwa manusia memiliki kemampuan alamiah untuk menciptakan atau melenyapkan setiap realitas yang ada menurut kehendaknya sendiri. Adanya kemampuan alamiah yang dimiliki manusia itu berakar pada kesadaran yang dinamakan dengan 'SUMBER'.

Lebih lanjut dikatakan bahwa Avatar menyadarkan manusia akan kemampuan alamiah yang telah dimilikinya untuk menciptakan dan melenyapkan kepercayaan-kepercayaan bagi dan dari dirinya. Dengan kemampuannya ini maka seseorang dapat membangun kembali kehidupannya berdasarkan pada kehendak yang telah ditetapkannya. Pada saat seseorang mampu menemukan Avatar-nya maka apa yang dipercayai orang tersebut tidak lebih penting dari kenyataan bahwa orang tersebut percaya akan hal itu. Artinya, yang terpenting adalah anda percaya sesuatu hal dibandingkan mengenai hal apa yang anda percayai.
Avatar memampukan seseorang untuk menyadari bahwa sebenarnya tidak ada kepercayaan-kepercayaan 'baik' dan 'buruk'. Namun yang ada hanyalah kepercayaan-kepercayaan yang diharapkan dan kepercayaan-kepercayaan yang tidak ingin dialami oleh seseorang. Melalui berbagai pelatihan yang diadakan oleh kelompok-kelompok yang percaya akan hal ini, maka sesungguhnya manusialah yang menciptakan sebuah pengalaman akan dirinya sebagai sumber atau pencipta bagi kepercayaan-kepercayaannya. Dari posisi itulah seseorang dengan sangat mudah dan alamiah menciptakan kepercayaan-kepercayaan yang dikehendakinya.

Setelah melihat pada pemahaman mengenai Avatar seperti yang telah dikemukakan di atas, maka orang dapat menilai dengan cukup jelas bahwa itu semua merupakan campuran antara hal-hal yang wajar, remeh, sekaligus tidak benar. Tadi telah disebut bahwa Avatar
memampukan seseorang untuk menyadari bahwa sebenarnya tidak ada kepercayaan-kepercayaan 'baik' dan 'buruk'. Jika dikatakan tidak ada yang dinamakan dengan dengan kepercayaan-kepercayaan 'baik' dan 'buruk', maka bagaimana dapat dikatakan bahwa sesuatu itu memiliki nilai? Bagaimana dapat dikatakan bahwa sesuatu itu 'baik' dan 'buruk', jika dikatakan tidak ada yang 'baik' dan 'buruk'? Di atas juga dikatakan bahwa yang terpenting bukanlah kemampuan apa yang dimiliki seseorang melainkan orang itu percaya akan kemampuan yang dimilikinya. Bagaimana seseorang bisa mempercayai akan kemampuan yang dimilikinya tanpa terlebih dahulu mengetahui kemampuan apa yang dimilikinya. Hal janggal terakhir adalah pernyataan yang mengatakan bahwa manusialah yang sesungguhnya menciptakan akan pengalaman akan dirinya sebagai sumber atau pencipta bagi kepercayaan-kepercayaannya. Ini pernyataan yang sangat menyederhanakan betapa rumitnya kehidupan manusia secara biologis dan sosiologis. Pernyataan bahwa manusia sebagai sumber dan pencipta bagi kepercayaan-kepercayaannya tentu sangatlah keliru karena manusia bukan robot yang tidak memiliki emosi, memori, dan pengalaman. Manusia adalah makhluk biologis sekaligus sosiologis. Kehidupan manusia, entah langsung-tidak langsung maupun sadar-tidak disadari sangat dipengaruhi atau diwarnai oleh interaksi dengan dunia sosial di mana ia tinggal. Tidak ada seorang manusia pun yang 'tak tersentuh' oleh manusia atau makhluk hidup lainnya. Dengan demikian, konsep Avatar sama sekali tidak berdasar karena 'melanggar' ilmu pengetahuan, setidaknya tidak didukung oleh biologi dan sosiologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.