Banyak orang berkata bahwa seorang skeptis adalah orang yang terlalu banyak bertanya, bawel, tukang protes, atau tidak percaya pada banyak hal. Oleh karena itu, seorang skeptis disebut sebagai orang yang negatif terhadap banyak hal dan meragukan atau tidak mempercayai hal-hal itu. Dengan demikian, dalam masyarakat 'skeptisisme' dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Apakah benar demikian?
Kata 'kritis' sendiri berakar pada dua kata dalam bahasa Yunani, 'kritikos' = pertimbangan yang tajam dan 'kriterion' = tolok ukur. Mengacu pada akar katanya, maka kritis berarti pertimbangan yang tajam berdasar pada tolok ukur (-tolok ukur). Dengan demikian, skeptisisme tidak ada kaitannya dengan keraguan, ketidakpercayaan, atau negativitas. Skeptisisme adalah suatu proses dalam menerapkan pikiran kritis dan akal sehat untuk memutuskan/menentukan/menetapkan kesahihan sebuah subjek atau masalah. Ini dinamakan dengan proses penemuan akan kesimpulan yang didukung oleh berbagai fakta, data, serta logika, dan bukannya pembenaran/penegasan terhadap kesimpulan yang sudah ada.
Sepatutnya skeptisisme memberikan pengaruh yang begitu kuat sekaligus positif bagi dunia. Skeptisisme bukanlah upaya untuk menghancurkan/meruntuhkan/menolak mentah-mentah banyak hal, seperti yang disangkakan selama ini. Skeptisisme adalah mengenai mengarahkan kembali perhatian dan pengaruh sekaligus menyingkirkan berbagai takhyul yang ada, bahkan berkembang dalam masyarakat umum. Skeptisisme berupaya mengarahkan berbagai pandangan dan ide yang terbukti bermanfaat bagi kehidupan dalam dunia.
Berbagai metode saintifik (ilmu pengetahuan) menjadi tolok ukur dalam skeptisisme. Berbagai metode sains memerlukan berbagai bukti yang dikumpulkan dari berbagai penelitian sahih. Bukti yang bersifat anekdot dan berbagai pengakuan pribadi umumnya tidak didukung oleh berbagai bukti saintifik akibatnya ditolak oleh seorang skeptis. Inilah yang membuat seorang skeptis seringkali dijuluki sebagai orang yang negatif atau tidak mempercayai orang lain. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa seorang skeptis hanyalah mengikuti berbagai metode saintifik.
Yang harus ditekankan dan diingat adalah bahwa berbagai klaim 'luar biasa' membutuhkan bukti yang juga 'luar biasa', khususnya berbagai yang dibuat-buat atau yang 'melanggar' dunia jasmani/ragawi. Skeptisisme merupakan suatu proses yang sangat diperlukan dan bermanfaat sebagai upaya menemukan kebenaran.
Kata 'kritis' sendiri berakar pada dua kata dalam bahasa Yunani, 'kritikos' = pertimbangan yang tajam dan 'kriterion' = tolok ukur. Mengacu pada akar katanya, maka kritis berarti pertimbangan yang tajam berdasar pada tolok ukur (-tolok ukur). Dengan demikian, skeptisisme tidak ada kaitannya dengan keraguan, ketidakpercayaan, atau negativitas. Skeptisisme adalah suatu proses dalam menerapkan pikiran kritis dan akal sehat untuk memutuskan/menentukan/menetapkan kesahihan sebuah subjek atau masalah. Ini dinamakan dengan proses penemuan akan kesimpulan yang didukung oleh berbagai fakta, data, serta logika, dan bukannya pembenaran/penegasan terhadap kesimpulan yang sudah ada.
Sepatutnya skeptisisme memberikan pengaruh yang begitu kuat sekaligus positif bagi dunia. Skeptisisme bukanlah upaya untuk menghancurkan/meruntuhkan/menolak mentah-mentah banyak hal, seperti yang disangkakan selama ini. Skeptisisme adalah mengenai mengarahkan kembali perhatian dan pengaruh sekaligus menyingkirkan berbagai takhyul yang ada, bahkan berkembang dalam masyarakat umum. Skeptisisme berupaya mengarahkan berbagai pandangan dan ide yang terbukti bermanfaat bagi kehidupan dalam dunia.
Berbagai metode saintifik (ilmu pengetahuan) menjadi tolok ukur dalam skeptisisme. Berbagai metode sains memerlukan berbagai bukti yang dikumpulkan dari berbagai penelitian sahih. Bukti yang bersifat anekdot dan berbagai pengakuan pribadi umumnya tidak didukung oleh berbagai bukti saintifik akibatnya ditolak oleh seorang skeptis. Inilah yang membuat seorang skeptis seringkali dijuluki sebagai orang yang negatif atau tidak mempercayai orang lain. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah bahwa seorang skeptis hanyalah mengikuti berbagai metode saintifik.
Yang harus ditekankan dan diingat adalah bahwa berbagai klaim 'luar biasa' membutuhkan bukti yang juga 'luar biasa', khususnya berbagai yang dibuat-buat atau yang 'melanggar' dunia jasmani/ragawi. Skeptisisme merupakan suatu proses yang sangat diperlukan dan bermanfaat sebagai upaya menemukan kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.