Sabtu, 30 Januari 2010

Delusinasi

Delusi adalah "kepercayaan salah" yang dianut atau dipeluk atau diyakini seseorang walaupun kenyataan berbicara sebaliknya. Dan orang yang meyakini kepercayaan yang salah tersebut artinya mengalami delusinasi. Delusinasi tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan syaraf otak seseorang yang mengalaminya. Seseorang yang mengalami delusinasi adalah seseorang yang sangat mempercayai sesuatu sampai-sampai kepercayaannya akan sesuatu itu tidak dapat diganggu-gugat apalagi diubah walaupun berbagai bukti bertolak belakang dengan kepercayaannya itu.

Beberapa contoh:

1. Seseorang yang mempercayai bahwa bumi adalah pusat tata surya, padahal kenyataannya matahari adalah pusat tata surya.

2. Seseorang yang tidak percaya bahwa bentuk bumi bulat dan menganggap bahwa bumi datar sehingga di ujung cakrawala terdapat jurang.

3. Seseorang yang mempercayai bahwa surga terletak di langit/awan dan neraka di bawah bumi.

4. Seseorang yang mempercayai adanya malaikat-malaikat yang melindungi kehidupannya.

5. Seseorang yang mempercayai bahwa dirinya adalah "titisan ilahi" yang diutus ke dunia ini untuk membawa manusia bertobat.

6. Seseorang yang mempercayai bahwa Tuhan telah berbicara kepadanya mengenai kapan tepatnya dunia akan kiamat.

Seseorang yang mengalami delusinasi tidak lagi memperhitungkan/mempertimbangkan akal sehat melainkan hanya mendasarkan berbagai kepercayaannya pada emosinya. Orang tersebut tidak akan menguji dan menganalisis kepercayaan yang dianut dan diyakininya karena baginya hal itu sudah mutlak benar. Ia tidak mendasarkan kepercayaan yang dianutnya pada bukti-bukti nyata melainkan pada pewahyuan yang dianggapnya telah diterima langsung dari yang ilahi. Atau, orang tersebut hanya mendasari kepercayaannya pada cerita-cerita lama tanpa sama sekali mempedulikan bukti-bukti terkini dan ilmu pengetahuan masa kini.

Sekali lagi harus ditekankan dan diingat, delusi sama sekali tidak ada kaitannya dengan gangguan atau kerusakan jaringan syaraf otak orang yang mengalaminya. Orang yang mengalami delusinasi sangat yakin bahwa kepercayaan yang dianutnya merupakan suatu kebenaran yang mutlak. Oleh karena itu, ia tidak membutuhkan bukti-bukti nyata apalagi menguji kepercayaannya tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.