Cukup lama saya dengan bangga menyatakan diri sebagai seorang sinik (bahasa Inggris: cynic), yakni seorang yang selalu berpikir dan bersikap meragukan segala hal. Cukup lama juga saya berpikir bahwa kata 'sinis' dan 'skeptis' memiliki pengertian yang sama. Hal ini didukung oleh penjelasan menurut Oxford Advanced Learner's Dictionary: International Student's Edition (seventh edition, 2006). Apakah kata 'sinis' dan 'skeptis' memang memiliki pengertian yang sama? Selain itu, cukup lama saya menyatakan diri sebagai orang yang suka meruntuhkan/menghancurkan pendapat orang lain. Apakah seorang sinik suka meruntuhkan/menghancurkan pendapat orang lain? Dalam tulisan ini saya akan menjelaskan siapakah sesungguhnya diri saya, apakah seorang sinik atau skeptik. Apakah saya memang suka meruntuhkan/menghancurkan pendapat orang lain? Atau?
Setelah memikirkan terus pengertian sinis dan skeptis dalam kaitannya dengan diri saya, maka saya menganggap bahwa yang lebih tepat adalah sinis karena pengertian sinis cenderung negatif. Oleh karena itu, saya menganggap diri sebagai seorang skeptik karena saya selalu mempertanyakan banyak hal. Bagi saya, mempertanyakan banyak hal, bahkan segala hal merupakan sesuatu yang lumrah. Sebagian besar orang memiliki kemampuan untuk mempertanyakan berbagai hal di sekitarnya untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Anak-anak juga mempertanyakan berbagai hal di sekitarnya. Namun harus diperhatikan, anak-anak memperoleh pengertian dan pengetahuan mengenai berbagai pertanyaannya dari orangtua dan orang-orang yang lebih tua. Dengan demikian, yang menjadi penekanan mengenai berbagai pertanyaan yang diajukan oleh orang yang lebih dewasa adalah selalu menguji dan mempertanyakan kembali "jawaban" yang telah diterima. Inilah yang dinamakan dengan skeptisisme, yakni selalu mempertanyakan banyak hal, termasuk pendapat/pandangan yang dibuat oleh diri sendiri.
Apakah skeptisisme hanya dilakukan dan diperuntukkan oleh para ilmuwan? Sama sekali tidak. Setiap orang dapat menjadi seorang yang skeptis, mempertanyakan banyak hal. Bahkan pada dasarnya, sifat dasariah manusia adalah mempertanyakan berbagai hal. Skeptisisme merupakan hal yang sangat baik bagi setiap orang karena dengan melakukan hal itu, seseorang mampu membedakan banyak hal, seperti baik - tidak baik, benar - tidak benar, nyata - tidak nyata. Skeptisisme dapat membuat orang selalu sadar akan banyak hal termasuk dirinya sendiri. Skeptisisme dapat menghindarkan orang dari manipulasi, penipuan, pembodohan, opini publik yang menyesatkan, eksploitasi, dan ketakutan, tetapi sebaliknya skeptisisme membuat orang selalu berpikir, mencari tahu kebenaran, dan mengedepankan argumen yang menggunakan akal sehatnya.
Bagi saya setidaknya ada tiga hal/karakter yang mencirikan diri saya yang sesungguhnya:
1. Berpikir. Artinya, saya selalu penggunaan akal sehat yang didasarkan pada berbagai data, teori, bukti, pengamatan, dan argumen daripada pendapat atau "perasaan" orang lain dan diri sendiri.
2. Bertanya. Artinya, saya selalu mempertanyakan suatu hal daripada langsung menerima dan mempercayai pandangan orang lain, sekalipun merupakan pandangan publik (banyak orang).
3. Berpikir terbuka. Artinya, saya selalu membuka pikiran terhadap berbagai hal baru. Ini sama sekali tidak berarti saya lebih mempercayai hal-hal baru dibandingkan yang lama karena tidak semua hal baru adalah benar. Sebagai contoh: banyak orang mempercayai New Age Movement sebagai sesuatu yang "baru" dan benar, padahal sebenarnya tidak karena sesungguhnya yang terjadi adalah manipulasi, penipuan, bahkan pembodohan yang menyesatkan.
Dengan demikian, saya sesungguhnya bukanlah seorang sinik melainkan seorang skeptik karena saya adalah seorang yang selalu mempertanyakan dan meragukan banyak hal yang terjadi di sekitar saya (dunia ini) demi memperoleh kebenaran, melalui berbagai data, teori, pengamatan, dan terlebih argumen yang mengedepankan penggunaan akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Setelah memikirkan terus pengertian sinis dan skeptis dalam kaitannya dengan diri saya, maka saya menganggap bahwa yang lebih tepat adalah sinis karena pengertian sinis cenderung negatif. Oleh karena itu, saya menganggap diri sebagai seorang skeptik karena saya selalu mempertanyakan banyak hal. Bagi saya, mempertanyakan banyak hal, bahkan segala hal merupakan sesuatu yang lumrah. Sebagian besar orang memiliki kemampuan untuk mempertanyakan berbagai hal di sekitarnya untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Anak-anak juga mempertanyakan berbagai hal di sekitarnya. Namun harus diperhatikan, anak-anak memperoleh pengertian dan pengetahuan mengenai berbagai pertanyaannya dari orangtua dan orang-orang yang lebih tua. Dengan demikian, yang menjadi penekanan mengenai berbagai pertanyaan yang diajukan oleh orang yang lebih dewasa adalah selalu menguji dan mempertanyakan kembali "jawaban" yang telah diterima. Inilah yang dinamakan dengan skeptisisme, yakni selalu mempertanyakan banyak hal, termasuk pendapat/pandangan yang dibuat oleh diri sendiri.
Apakah skeptisisme hanya dilakukan dan diperuntukkan oleh para ilmuwan? Sama sekali tidak. Setiap orang dapat menjadi seorang yang skeptis, mempertanyakan banyak hal. Bahkan pada dasarnya, sifat dasariah manusia adalah mempertanyakan berbagai hal. Skeptisisme merupakan hal yang sangat baik bagi setiap orang karena dengan melakukan hal itu, seseorang mampu membedakan banyak hal, seperti baik - tidak baik, benar - tidak benar, nyata - tidak nyata. Skeptisisme dapat membuat orang selalu sadar akan banyak hal termasuk dirinya sendiri. Skeptisisme dapat menghindarkan orang dari manipulasi, penipuan, pembodohan, opini publik yang menyesatkan, eksploitasi, dan ketakutan, tetapi sebaliknya skeptisisme membuat orang selalu berpikir, mencari tahu kebenaran, dan mengedepankan argumen yang menggunakan akal sehatnya.
Bagi saya setidaknya ada tiga hal/karakter yang mencirikan diri saya yang sesungguhnya:
1. Berpikir. Artinya, saya selalu penggunaan akal sehat yang didasarkan pada berbagai data, teori, bukti, pengamatan, dan argumen daripada pendapat atau "perasaan" orang lain dan diri sendiri.
2. Bertanya. Artinya, saya selalu mempertanyakan suatu hal daripada langsung menerima dan mempercayai pandangan orang lain, sekalipun merupakan pandangan publik (banyak orang).
3. Berpikir terbuka. Artinya, saya selalu membuka pikiran terhadap berbagai hal baru. Ini sama sekali tidak berarti saya lebih mempercayai hal-hal baru dibandingkan yang lama karena tidak semua hal baru adalah benar. Sebagai contoh: banyak orang mempercayai New Age Movement sebagai sesuatu yang "baru" dan benar, padahal sebenarnya tidak karena sesungguhnya yang terjadi adalah manipulasi, penipuan, bahkan pembodohan yang menyesatkan.
Dengan demikian, saya sesungguhnya bukanlah seorang sinik melainkan seorang skeptik karena saya adalah seorang yang selalu mempertanyakan dan meragukan banyak hal yang terjadi di sekitar saya (dunia ini) demi memperoleh kebenaran, melalui berbagai data, teori, pengamatan, dan terlebih argumen yang mengedepankan penggunaan akal sehat dan ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.