Rabu, 20 Januari 2010

Melatih Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan upaya untuk mengatasi bias-bias (prasangka-prasangka) yang kita miliki dengan hati-hati selalu menguji dan meneliti berbagai klaim, pengamatan, dan pengalaman yang dialami. Berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus terus diasah demi memperoleh kejernihan, ketepatan, relevansi, kejujuran, dan pengertian.

Menurut saya ada beberapa teknik dasar yang harus selalu dilakukan orang jika mengklaim diri sebagai orang yang berpikir kritis:

1. Kejernihan.
Sampaikan masalah/pokok pikiran/pertanyaan satu per satu. Dukung pernyataan dengan memberikan beberapa contoh. Minta lawan bicara untuk menyampaikan pokok pikirannya dengan menggunakan contoh. Jika pokok pikiran yang sedang dibicarakan tidak jelas akibatnya percakapan/diskusi jadi ngawur atau kemana-mana.

2. Ketelitian/Kecermatan.
Selalu memeriksa/menguji pernyataan dengan fakta-fakta terkini.

3. Ketepatan.
Selalu hindari berbagai generalisasi, ungkapan, dan ambiguitas.

4. Relevansi.
Selalu mengaitkan semua pernyataan dengan topik utama pembahasan/diskusi/permasalahan. Semua hal yang disampaikan haruslah berhubungan dengan topik utama yang sedang dibicarakan.

5. Mengetahui Maksud yang Hendak Dicapai.
Hal apa yang hendak dicapai? Apakah hal yang terpenting dalam diskusi tersebut? Pisahkan maksud yang hendak dicapai daripada maksud-maksud lain.

6. Identifikasi Asumsi-asumsi yang Ada.
Semua pemikiran didasarkan pada asumsi-asumsi yang ada. Asumsi-asumsi yang dimiliki haruslah jelas, bukan asumsi orang lain melainkan asumsi yang berasal dari diri sendiri.

7. Cek Emosi.
Emosi atau subjektivitas akan mengaburkan bahkan merusak kritisisme. Selalu perhatikan dan awasi emosi karena akan mendorong upaya berpikir kritis seseorang ke arah yang tidak sehat.

8. Pengenalan.
Kenali dan selalu mencoba memahami pandangan dan argumen orang lain atau lawan bicara. Selalu mencoba memahami emosi dan pengalaman orang lain atau lawan bicara.

9. Kerendahan Hati.
Selalu rendah hati dengan menyadari kelemahan atau kekurangan diri sendiri. Oleh karena itu, selalu melatih diri dengan menyerap sebanyak mungkin pengetahuan yang ada alias tidak pernah berhenti belajar.

10. Independensi.
Selalu menguji dan meneliti semua hal yang dibaca, dilihat, didengar, dan dirasa. Jangan hanya mengikuti pandangan otoritas-otoritas atau pendapat orang lain tanpa mengujinya sama sekali.

11. Tidak Tergesa-gesa Membuat Kesimpulan
Berpikir kritis akan menghasilkan kesimpulan, dan bukan sebaliknya. Berpikir kritis bukanlah untuk mendukung kesimpulan. Gunakan cara/metode ilmu pengetahuan, yakni: perhatikan data kemudian mengujinya dengan pengamatan, pengalaman, argumen, dan ilmu pengetahuan yang didukung oleh penggunaan akal sehat. Semua hal itu dilakukan tiada henti alias terus berulang. Dengan demikian, seorang yang kritis tidak akan tergesa-gesa dalam membuat kesimpulan.

12. Berpikiran Terbuka.
Selalu berupaya untuk melihat permasalahan/topik utama dari berbagai/banyak sudut pandang, bukan hanya argumen-argumen yang mendukungnya melainkan juga argumen-argumen yang melawannya.

13. Mengenali dan Menyadari Latar Belakang Budaya.
Selalu mengenali dan menyadari bahwa orang lain sangat mungkin berpikir berbeda akibat latar belakang budaya yang berbeda dari kita. Oleh karena itu, yang harus selalu coba dijawab adalah pertanyaan, "mengapa pandangan saya lebih baik dari orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda?"

14. Bijak.
Selalu berupaya untuk bersikap bijak dengan menyadari keterbatasan diri sendiri. Gunakanlah kata-kata bijak, seperti: "saat ini saya belum mengetahui jawabannya, namun saya akan segera mencari penjelasan mengenai hal itu, dan ketika saya sudah memperolehnya, saya akan kembali kepada anda" atau " saya belum mempelajari hal tersebut, tolong berikan saya waktu untuk mempelajarinya terlebih dahulu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.