Kamis, 30 September 2010

Iman >< Pengetahuan

Banyak orang seringkali dengan keliru menghubungkan antara keberimanan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang karena kedua hal tersebut sesungguhnya seringkali tidak saling mempengaruhi. Inilah yang terjadi di AS - berdasar pada sebuah survei - di mana kaum ateis AS memiliki pengetahuan yang cukup, bahkan mereka memiliki pengetahuan agama (dhi. Agama Kristen) yang lebih dalam daripada kaum teis dan/atau beragama itu sendiri. Hal ini menegaskan pernyataan seorang fisikawan AS yang mengatakan bahwa warga AS - walaupun bukanlah keseluruhan warga AS - tertarik untuk mengetahui landasan agama Kristen.

Berdasar pada hasil sebuah survei yang dilakukan dari Mei sampai Juli tahun ini dan pernyataan fisikawan tadi, orang bisa melihat bahwa yang dibicarakan adalah "pengetahuan," bukannya "iman" atau keberimanan. Jadi, kata kuncinya adalah "pengetahuan" dan bukannya "iman." Meski pengetahuan dalam pengertian tertentu (dibentuk/dipengaruhi oleh tradisi atau otoritas) yang dimiliki seseorang bisa saja mempengaruhi keberimanannya, entah mempertegas ataupun malah menolak imannya, namun seringkali atau bahkan lebih sering jika iman dan pengetahuan tidak saling mempengaruhi alias tidak berkaitan. Alasannya? Lihat saja banyaknya orang yang beragama dan/atau bertuhan, entah secara sadar ataupun tidak sadar, secara tersistematisasi (belajar serius) ataupun hanya ikut-ikutan karena tradisi atau diturunkan beragama karena keturunan. Dengan masih banyaknya orang yang, entah yang mengaku ataupun tidak mengaku beragama dan/atau bertuhan, maka dengan demikian bisa dikatakan bahwa iman seseorang tidak dipengaruhi oleh pengetahuan walaupun pengetahuan (berbagai bukti yang ada) yang bertolak belakang dengan iman seseorang sangatlah banyak. Namun hal tersebut tidak membuat banyak orang beragama/bertuhan mengubah pendirian/pandangan/kepercayaannya terhadap agama dan/atau keberimanan yang dianutnya.

Bagaimana dengan orang-orang yang mengubah pendirian atau kepercayaannya terhadap agamanya sendiri, entah dengan memeluk agama lain (pindah agama) ataupun meninggalkan agama sama sekali dengan menjadi, misalnya, ateis? Bukankah orang-orang yang berpindah ataupun meninggalkan agama, sedikit-banyaknya dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya? Kemungkinan besar ya, namun bukan pengetahuan-lah yang menyebabkan mereka memutuskan untuk mengubah pandangan dan pendiriannya melainkan argumentasi-argumentasi yang berasal dari pemikiran akal sehat mereka. Pengetahuan pada dirinya sendiri sesungguhnya tidak memiliki kekuatan atau pengaruh apapun pada diri seseorang jika orang tersebut tidak mengolah pikiran dan melakukan permenungan. (Permenungan yang dimaksud di sini bukanlah berfokus pada meditasi walaupun hal itu sah-sah saja dilakukan orang dan membuatnya mengubah pandangan dan pendiriannya setelah bermeditasi. "Permenungan" yang dimaksud di sini adalah melakukan analisis yang serius dan mendalam terhadap objek tertentu.) 

Dengan demikian, pengetahuan saja tidak cukup mampu mengubah pandangan seseorang karena yang dibutuhkan lebih dari itu. Oleh karena itu, yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk berpikir secara cermat dan tajam serta keberanian menyatakan diri dengan jelas dan tegas, setidaknya, terhadap diri sendiri, di mana semuanya itu dilakukan dengan kesadaran penuh dan tersistematisasi dengan baik. Apapun posisi seseorang, entah ia adalah seorang percaya yang beriman terhadap figur yang disebut, dipanggil, dan dinamakan Tuhan atau Allah  atau Brahma atau yang ilahi, ataupun ia seorang ateis yang tidak mempercayai keberadaan figur yang lebih "tinggi" yang melampaui, bahkan mengendalikan hidup dan alam semesta ini, orang tersebut harus mampu menjelaskan posisinya tersebut dengan jelas dan tegas (sekali lagi, setidaknya, pada dirinya sendiri) dengan mengemukakan berbagai argumentasi yang runut, masuk akal, dan jelas.

Apakah dengan demikian pengetahuan tidak diperlukan karena tidak penting? Pengetahuan sangatlah penting karena bisa merangsang orang untuk berpikir lebih dalam sekaligus luas dan tiada henti. Namun, pengetahuan jika tidak ditopang oleh argumentasi-argumentasi yang runut dan jelas serta keputusan diri yang dilakukan secara sadar, mandiri, dan disistematasi, maka sesungguhnya pengetahuan menjadi sesuatu yang kosong dan sia-sia belaka. Pengetahuan pada dirinya sendiri merupakan sesuatu yang baik, namun yang baik itu menjadi semakin nyata dan bermanfaat ketika orang mampu menyerap dan menggunakan pengetahuan itu untuk menjelaskan posisinya secara sadar dan bertanggung jawab.

Rabu, 29 September 2010

Panik Akibat Dugaan

FPI melancarkan protes dan demonstrasi terhadap pemutaran film yang dilakukan di Pusat Kebudayaan Jerman Goethe House, Jakarta Pusat, karena mereka menduga film tersebut berisi kampanye tentang hubungan sesama jenis. Mereka menganggap film tersebut sangat tidak sesuai dengan ajaran agama dan dapat merusak moral bangsa terutama generasi muda. Tindakan FPI tersebut sangatlah konyol karena sangat mungkin belum ada di antara mereka yang menonton film itu, namun sudah melancarkan aksi. Sikap inilah yang masih banyak dianut orang di mana mereka belum membaca, menyaksikan, atau melihatnya sesuatu melainkan  hanya mendengarnya dari orang lain (komentar orang bahkan gosip), tetapi sudah memberikan komentar, bahkan aksi protes yang hanya berdasar pada pengamatan orang lain. Inilah konyolnya di mana banyak orang bersikap sok tahu terhadap sesuatu padahal hal itu sama sekali tidak diketahuinya atau ia memiliki pengetahuan yang minim mengenai hal itu, tetapi bersikap seolah-olah mereka mengetahui betul hal tersebut.

Sesungguhnya tindakan seperti yang dilakukan FPI tidaklah aneh, namun cukup membuat kening mengerenyit akibat aneh, bahkan mengakibatkan tawa sangking konyol. Ditambah tindakan FPI yang memprotes keras pemutaran film itu karena mengaitkannya dengan agama dan moral bangsa secara keseluruhan. Sepertinya mereka lupa atau memang tidak tahu jika banyak hal dalam seni yang tidak sejajar dengan agama alias bertentangan. Jangan lupa, film yang diputar dan kemungkinan besar juga akan diputar di pusat-pusat kebudayaan lainnya di Jakarta itu memang bukan film agama. Mungkin saja film itu memang berdasar pada kisah nyata, namun tetap saja itu hanya merupakan sebuah film. 

Dengan demikian, pahamilah film sebagai sebuah karya seni bukan sejarah sekalipun film tersebut berkisah tentang sejarah. Artinya, dalam sebuah karya seni ada unsur-unsur yang tidak bisa dipahami melalui sudut agama karena memang sudut pandangnya yang berbeda. Agama pun merupakan cara pandang orang terhadap sesuatu yang coba dipahami dan direfleksikan berdasar konteks di mana orang itu berada. Demikian pun dengan film, karena mencoba menampilkan segi tertentu mengenai sebuah objek atau suatu peristiwa. Oleh karena itu, pandangan dan penilaian masing-masing orang tentu berbeda. Kesalahannya - seperti yang dilakukan FPI - ketika orang mencampuradukkan, bahkan memasukkan sudut pandangnya terhadap sesuatu yang dibaca, dilihat, atau disaksikannya. Tanpa disadari orang tersebut sesungguhnya ia telah memperkosa sebuah ide atau objek yang dibaca, dilihat, atau disaksikannya karena ia berusaha memasukkan pemikirannya sendiri.

Kekonyolan yang juga banyak dilakukan orang - seperti juga dilakukan FPI - adalah menarik suatu peristiwa "kecil" menjadi persoalan yang begitu besar atau luas. Yang dilakukan oleh Goethe House Institute Jakarta hanyalah memutar sebuah atau beberapa film. Namun, hal itu dianggap FPI (mungkin juga banyak orang lainnya) bisa mempengaruhi pikiran banyak orang, tidak peduli apakah mereka menonton atau tidak menonton film (-film) tersebut. Apakah sebuah atau beberapa film mempengaruhi pikiran orang? Sangat mungkin. Namun apakah sebuah atau beberapa film mempengaruhi masyarakat? Sangat diragukan. Dalam konteks Indonesia, film tidak mempengaruhi masyarakat secara luas, namun individu-individu-lah yang mempengaruhi masyarakat secara luas. Artinya, individu-individu tertentu yang memiliki dan dianggap sebagai otoritas dalam masyarakat yang sangat bisa memberikan pengaruh yang lebih luas, dimulai dari kelompoknya sendiri. Dengan demikian, dalam konteks Indonesia, kekuatan sebuah atau beberapa film untuk mempengaruhi pikiran masyarakat Indonesia tidaklah begitu kuat/besar seperti yang dipikir, diduga, dianggap, atau dipercaya FPI dan  mungkin banyak orang lainnya karena yang memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mempengaruhi bahkan mengendalikan pikiran masyarakat adalah otoritas-otoritas tertentu dalam masyarakat yang bergerak mulai dari kelompoknya sendiri. Jelas, sikap FPI menunjukkan kepanikan yang berlebihan terhadap sesuatu yang sesungguhnya "kecil" karena kemungkinannya untuk mempengaruhi masyarakat luas sangatlah tipis.

Terakhir, apa yang dilakukan FPI - terlepas dari film yang telah dan akan diputar - malah sangat mungkin akan membuat banyak orang yang tidak mengetahui film tersebut (karena awalnya hanya diputar di pusat-pusat kebudayaan di Jakarta) penasaran ingin menyaksikan film tersebut karena rencananya film tersebut akan ditayangkan di bioskop-bioskop, selain juga di kampus-kampus. Jadi, yang dilakukan FPI bukannya menghambat atau menutup "akses" kepada orang banyak, tetapi sebaliknya, mereka malah membuat banyak orang tahu mengenai "keberadaan" film tersebut dan sangat mungkin akan membuat orang banyak ingin menyaksikan film tersebut, entah di bioskop ataupun membeli DVD bajakannya. Jika ini yang terjadi, maka ucapan "terima kasih" tidak layak dilayangkan kepada FPI karena mereka telah membuat film itu menjadi diketahui masyarakat (baca: warga Jakarta) luas. Jika film yang diputar berjudul Fucking Different Tel Aviv, maka kata-kata yang tepat untuk tindakan FPI tersebut adalah: Fucking Silly FPI.

Selasa, 28 September 2010

Mengapa Baru Sekarang?

Enam mantan anggota Angkatan Udara AS tidak lama lagi akan mengungkapkan kepada umum bahwa UFO beberapa puluh tahun lalu telah merusak fasilitas persenjataan nuklir AS. Mereka mengatakan bahwa puluhan tahun lalu UFO pernah beberapa kali mengganggu bahkan mengacaukan peralatan nuklir AS, seperti yang terjadi di Pangkalan Udara Malmstrom di Montana tahun 1967 dan yang terjadi pada tahun 1948 (tempatnya tidak disebutkan). Mereka juga hendak mengungkapkan bahwa selama ini Angkatan Udara AS telah berbohong mengenai keamanan nasional akibat munculnya benda di angkasa yang berada di dekat pangkalan-pangkalan nuklir AS. Oleh karena itulah mereka hendak membongkar berbagai kebohongan yang telah dilakukan pihak Angkatan Udara AS mengenai keberadaan UFO dan dampaknya terhadap keamanan nasional AS. 

Beberapa pertanyaan sekaligus tanggapan yang segera muncul setelah membaca berita tersebut adalah:

1. Mengapa baru sekarang keenam mantan anggota Angkatan Udara AS itu akan mengungkapkan fakta mengenai keberadaan UFO yang diakui telah beberapa kali mengganggu bahkan mengacaukan peralatan nuklir AS? Bahkan berdasar pada pengakuan mereka kedatangan UFO sudah terjadi sejak tahun 1948. Mengapa setelah lebih dari 60 tahun mereka baru akan mengungkapkan hal tersebut kepada khalayak? Bukankah waktu lebih dari 60 tahun itu terlalu lama untuk menyimpan sebuah cerita atau kenyataan yang bisa menghebohkan sangat banyak orang? Mengapa baru sekarang?

2. Siapa yang selama ini telah membuat mereka bungkam sehingga mereka tidak berani mengutarakan apa yang memang telah mereka lihat puluhan tahun lalu itu? Bahkan mulut mereka dibungkam sampai lebih dari 60 tahun? Apakah Angkatan Bersenjata atau pemerintah AS yang telah membuat mereka bungkam hingga begitu lama? Dan setelah pensiun mereka baru berani mengutarakan yang sesungguhnya. Mungkin saja.

3. Jika seperti yang dikatakan mereka bahwa selama ini Angkatan Udara AS telah berbohong mengenai keberadaan UFO dan dampaknya terhadap keamanan nasional AS, ini berarti Angkatan Udara AS mengetahui bahwa memang UFO dan makhluk luar angkasa itu memang sungguh-sungguh ada bahkan telah beberapa kali memasuki bumi (AS) termasuk mengganggu dan mengacaukan peralatan nuklir AS. Jika demikian, mengapa Angkatan Udara AS berbohong mengenai keberadaan UFO dan "kunjungan"-nya ke pangkalan-pangkalan nuklir di  AS? Apa manfaat Angkatan Udara AS dengan melakukan kebohongan seperti itu? Apa kepentingan Angkatan Udara AS dalam "bisnis" UFO tersebut dan seberapa penting Angkatan Udara AS sampai perlu berbohong mengenai keberadaan UFO bahkan sampai dampaknya pada keamanan nasional AS. Bukannya selama ini pemerintah AS malah dikenal dengan kehebohannya jika berkaitan dengan masalah keamanan, termasuk "keamanan" bangsa lain. Jika pemerintah AS menganggap UFO penting dalam kaitannya dengan keamanan nasional, maka hampir bisa dipastikan pemerintah akan menginformasikannya terhadap warganya.

Pemerintah AS memang dikenal suka menyembunyikan informasi, namun selama ini selalu saja informasi itu akhirnya diketahui (baca: bocor) sehingga dunia pun tahu karena ada orang dalam yang akhirnya "berkicau." Jika demikian, mengapa informasi mengenai kedatangan UFO kemudian mengacaukan peralatan nuklir AS tersebut bisa tersimpan begitu rapi sampai tidak diketahui sama sekali sekalipun oleh warga AS sendiri. Suatu hal yang nyaris tidak mungkin terjadi, khususnya dalam negara seperti AS yang cukup terkenal terbuka.

4. Keenam mantan anggota Angkatan Udara AS tersebut menyebut tahun 1967 di mana menurut pengakuan mereka UFO telah mengacaukan fasilitas nuklir yang terdapa di Pangkalan Udara Malmstrom di Montana. Pada tahun itu AS terlibat - lebih tepatnya melibatkan diri - dalam konflik Vietnam dengan mengirim banyak pasukan ke sana. Dalam perang Vietnam tersebut Amerika kehilangan begitu banyak tentara, bahkan bisa dikatakan AS mengalami kekalahan dalam perang tersebut karena dampak yang psikologis yang begitu hebat terhadap pemerintah AS (diprotes keras oleh warganya sendiri karena turut campur dalam urusan politik negara lain yang akhirnya mengakibatkan kerugian fisik dan psikologis).

Berdasar kenyataan seperti itu bisa saja dikatakan bahwa keenam pensiunan Angkatan Udara AS itu dengan sengaja menyebut tahun 1967 karena ketika itu AS sedang getol-getolnya terlibat dalam perang Vietnam, namun mengalami kekalahan. Seandainya saja UFO pada tahun itu tidak mengganggu dan mengacaukan fasilitas nuklir di AS, maka mungkin saja akhir perang Vietnam bisa berbeda karena nuklir AS bisa diluncurkan dari pangkalannya. Tentu saja, analisis seperti ini bisa dianggap gila atau berlebihan oleh banyak orang, namun setidaknya, analisis seperti itu tidak mengada-ada karena didasarkan pada latar belakang relevan yang terjadi ketika itu. Artinya, pada tahun itu (1967) AS tidak sedang adem-ayem melainkan sedang sibuk dan heboh berperang di Vietnam.

Setelah memperhatikan beberapa argumen di atas maka jelas ada beberapa keberatan terhadap pengakuan keenam pensiunan Angkatan Udara AS mengenai keberadaan bahkan kedatangan UFO yang diakui telah mengacaukan fasilitas nuklir AS. Keempat argumen di atas untuk sementara mengatakan bahwa niat tertentu yang diupayakan oleh keenam orang tersebut, entah mereka melakukannya sendiri ataupun didukung oleh pihak lain yang memiliki kepentingan apakah itu politik atau memang sekadar cari perhatian atau hendak membuat heboh dengan "teori" mengenai UFO-nya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pernyataan keenam orang tadi mengenai keberadaan dan apa yang telah dilakukan UFO di negeri Barrack Obama pada puluhan tahun yang lampau sangat diragukan kebenarannya karena sangat lemah akibat tidak didukung oleh argumen yang kuat.

Minggu, 26 September 2010

Apa Hubungannya?

Berita mengenai aksi Patrick Mahoney - seorang pendeta - yang membagi-bagikan Al-Quran ke seluruh gereja yang ada di New York memang terdengar cukup melegakan, khususnya bagi kaum Muslim dan Nasrani AS yang beberapa minggu lalu sangat resah dengan rencana Terry Jones yang akan membakar Al-Quran (walaupun kabar terakhir mengatakan bahwa Jones urung melakukan rencananya tersebut). Namun, tujuan membagi-bagikan Al-Quran ke gereja-gereja di New York itu sangatlah aneh karena, menurut Mahoney, pembagian Al-Quran itu dilakukan agar kaum Nasrani dapat mendoakan kaum Muslim

Setidaknya dua pertanyaan segera muncul setelah membaca kalimat tersebut: 

1. Apa hubungan antara "kitab suci" dengan doa? Apakah ini mengandaikan bahwa orang beragama/bertuhan tidak bisa berdoa tanpa adanya "kitab suci"? Ditambah, "kitab suci" yang dimaksud adalah milik agama lain. Bukankah orang beragama/bertuhan tetap bisa mendoakan orang lain (mereka yang beragama lain) meski tanpa memiliki "kitab suci"-nya karena doa adalah perkara iman yang tidak perlu melibatkan "kitab suci."

2. Apakah warga New York yang pergi ke gereja (Kristen) dan menerima Al-Quran bisa membacanya karena buku itu ditulis dalam bahasa Arab? Kemungkinan besar tidak. Jika demikian, apa gunanya Al-Quran di tangan orang-orang (baca: Kristen) yang tidak memiliki kemampuan membaca dan memahami bahasa Arab? Bukankah tindakan tersebut hanyalah kesia-siaan belaka?

Jelas, tindakan Mahoney tidak lebih dari suatu upaya untuk "mendinginkan" suasana keberagamaan di AS, yang di satu sisi ada baiknya. Namun di sisi lain, tindakannya tersebut bisa tidak memiliki arti atau manfaat apapun karena tidak adanya hubungan antara tindakan dan tujuannya melakukan hal tersebut. Selain itu, jika ia bersama kaum Nasrani dan Muslim, baik para pemimpin agama Kristen maupun Islam AS memang ingin meredam suasana panas yang belakangan diakibatkan oleh pernyataan dan tindakan para pemimpin Kristen di sana, lebih baik dilakukan tindakan yang lebih konkret, misalnya: dialog antar para penganut agama dan kepercayaan di AS dan/atau mendesak pemerintah AS menindak tegas orang/kelompok tertentu yang akan dan telah dianggap mengganggu kerukunan umat beragama di AS.

Dengan demikian, ketimbang melakukan tindakan yang tidak lebih dari sekadar simbolik yang tak berarti karena tidak menyentuh pada akar permasalahan yang ada dengan membagi-bagikan Al-Quran kepada umat Kristen, maka umat beragama di AS perlu melakukan dialog terbuka antar pemeluk agama sehingga masing-masing pihak bisa lebih mengenal dan memahami agama dan kepercayaan orang lain. Jika hal ini tidak berhasil, maka sangat tepatlah untuk mengatakan bahwa demikian agama telah gagal menciptakan suasana yang tenteram karena yang terjadi malah sebaliknya, saling ancam, serang, bahkan bunuh di antara orang-orang beragama yang selalu mengaku bermoral. 

Jika ini yang terjadi, maka lebih baik orang-orang beragama mengakui saja bahwa agama tidak berfungsi karena terbukti ajaran-ajarannya bukannya membuat manusia semakin baik melainkan membuat manusia berpikir sempit dan dangkal. Ketika kenyataan yang sangat memprihatinkan ini terjadi maka sudah waktunya bagi manusia (orang-orang beragama) mulai mencari alternatif lain, pertama-tama meninggalkan agamanya untuk kemudian, misalnya, menjadi seorang sekularis.

Bunuh yang Seagama

Tindakan mengadili, mengucilkan, menyiksa, bahkan membunuh orang yang beragama lain sudah banyak terjadi di dunia ini dan sudah menjadi "bagian" dalam kehidupan orang-orang yang mengaku bermoral karena memiliki "kitab suci." Oleh karena itu, tidak aneh apalagi mengagetkan lagi jika manusia membunuh sesamanya karena sesamanya itu memiliki agama yang berbeda dari si pembunuh, dan si pembunuh menganggap bahwa agama orang lain tidak benar sehingga ia pun tega membunuh sesamanya itu. Ini dilakukan karena kepercayaan seseorang yang begitu kuat terhadap kitab yang dianggapnya suci karena berasal dari yang ilahi. Namun sangat aneh bahkan cukup mengagetkan jika pembunuhan dilakukan terhadap orang memiliki agama yang sama. Pembunuhan dilakukan karena seseorang/kelompok menganggap orang/kelompok lain tidak atau kurang beriman atau tidak mematuhi ajaran yang benar. Peristiwa inilah yang beberapa hari lalu terjadi di Dagestan, Rusia.

Jika kelompok yang dengan tega telah membunuh sesamanya yang beragama sama dengan mereka mengatakan bahwa mereka (orang-orang yang dibunuh) tidak mematuhi agama yang benar, bukankah mereka beragama dan beriman yang sama? Bukankah mereka membaca, menaati, dan berpedoman pada kitab yang sama? Jika mereka tidak, apakah ada lebih dari satu ajaran dalam agama yang sama itu? Jika dalam agama yang sama terdapat ajaran yang berbeda, bagaimana cara mengukur atau menilai ajaran mana yang lebih benar dari ajaran lainnya? Apakah ukuran yang digunakan untuk menilai ajaran yang satu lebih baik dari ajaran lainnya? Apakah ukuran yang dipakai untuk menilai adalah buku yang dianggap "suci" oleh orang-orang yang mempercayainya? Sekali lagi, bukankah mereka menggunakan buku yang sama? Lalu apakah ukurannya? 

Banyak orang tidak menyadari bahwa agama merupakan hasil tafsir masing-masing orang atau kelompok terhadap sesuatu yang dianggapnya "suci," berada melampaui dirinya, mengatur hidupnya, bahkan berkuasa atas kehidupannya. Semuanya itu berdasar pada buku yang dianggapnya "suci." Oleh karena mereka membaca berbagai kisah masa lalu dan peristiwa yang dipercayanya sebagai mukjizat, maka orang-orang itu meyakini bahwa ada sesuatu yang berada di luar dan di atas diri dan hidupnya. Orang-orang beragama percaya apa yang terjadi pada masa yang sangat lampau merupakan peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi, bahkan terjadi juga saat ini ketika mereka membaca kisah-kisah tersebut. Mereka tidak menyadari bahwa kisah-kisah itu juga merupakan hasil tafsir terhadap peristiwa yang sama karena sesungguhnya kita tidak bisa mengetahui secara pasti apakah peristiwa-peristiwa itu sungguh terjadi atau tidak. 

Oleh karena agama hanyalah tafsiran orang-orang tertentu yang akhirnya percaya terhadap agama dan tuhan tertentu, maka dengan demikian, tidak ada ukuran yang pasti mengenai kepercayaan mana yang benar karena setiap orang menafsirkan menurut konteks di mana ia hidup dan kepentingan tertentu yang ada di belakangnya. Setiap orang akan memahami, menilai, dan menafsirkan sebuah tulisan/kisah yang terdapa dalam "kitab suci" berdasar pada konteks keberadaannya. Jadi, tidak ada ukuran pasti yang dapat digunakan untuk menilai ajaran mana yang lebih benar dari yang lainnya. Bahkan keberadaan Tuhan pun tidak lebih dari sekadar upaya manusia mencoba memahami dan menafsirkan sesuatu yang dianggapnya berada di luar dan di atas dirinya. Sesuatu yang dipercayanya mengatur bahkan berkuasa atas diri manusia. Jika demikian, maka "keberadaan" figur yang disebut dan dinamakan Tuhan atau Allah itu pun tidak lain dari hasil tafsir manusia setelah membaca berbagai tulisan/kisah yang terdapat dalam sebuah kitab yang dianggap "suci." Bagaimana seandainya cap "suci" itu disisihkan dari pemikiran sebagian besar orang (baca: orang beragama dan/atau bertuhan)? Kemungkinan besar hasil tafsirnya menjadi berbeda!

Tidak Ada Cinta & Keadilan

Baru-baru ini pemimpin tertinggi Iran, Ahmadinejad, ketika berpidato di sidang tahunan Majelis Umum PBB membawa Al-Quran dan Alkitab. Hal ini dilakukannya untuk mengatakan bahwa seharusnya manusia menaruh hormat kepada semua "kitab suci" dan para pengikutnya. Dalam pidatonya tersebut Ahmadinejad juga menandaskan "bahwa para nabi ilahi memiliki misi bagi umat manusia untuk percaya pada satu Tuhan (monoteisme), cinta dan keadilan sekaligus menunjukkan belas kasih bagi kemakmuran serta menjauhi ateisme dan egoisme." 

Di satu sisi tindakan Ahmadinejad membawa dua "kitab suci" milik umat Muslim dan Kristen ketika berpidato di sidang tahunan Majelis Umum PBB di New York - meski seperti pedagang yang membawa dan menjajakan barang dagangannya - bisa dianggap positif karena ia berusaha menunjukkan pada banyak orang bahwa dirinya menghormati, bukan saja Al-Quran tetapi juga Alkitab. Pernyataannya mengenai cinta, keadilan, dan belas kasih juga bernuansa positif karena sepertinya ia berusaha menekankan dan mengajak orang untuk mengutamakan ketiga hal tersebut. Namun kenyataannya - sepertinya Ahmadinejad tidak menyadari hal ini - kenyataan di dunia berbeda 180 derajat dari pernyataannya. Yang terjadi bukanlah cinta, keadilan, dan belas kasih seperti yang didengungkan Ahmadinejad melainkan kekerasan, peperangan, dan pembunuhan. Terlebih, berbagai tindakan yang sama sekali tidak manusiawi dan tidak terpuji itu malah dilakukan oleh orang-orang yang mengaku beragama, bertuhan, dan memiliki moral yang berdasar pada kitab sucinya.

Ternyata pernyataan Ahmadinejad tersebut juga hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak jargon yang biasa dikumandangkan kaum beragama dan bertuhan, di mana kekerasan seharusnya tidak perlu terjadi jika umat beragama dan bertuhan sungguh-sungguh menaati dan mengimani "kitab suci"-nya. Ini dilakukan karena menurut umat beragama dan bertuhan kitab suci yang dimilikinya sesungguhnya mengajarkan moral yang baik, seperti: cinta, keadilan, dan belas kasih. Namun kenyataan yang terjadi hingga saat ini tidak demikian karena berbagai tindak kekerasan malah dilakukan orang-orang yang mengaku bermoral itu, bahkan tindakan yang mengatasnamakan "perintah Allah" semakin gencar dilakukan dilakukan kaum yang beragama dan bertuhan. Jika demikian, apakah masih tepat mengatakan jika "kitab suci" memang mengajarkan cinta, keadilan, dan belas kasih?

Ahmadinejad juga mengatakan agar manusia menjauhi ateisme dan egoisme. Egoisme memang harus dijauhi, namun ateisme? Menengok pada kenyataan yang terjadi di bumi dan membandingkannya dengan berbagai slogan yang selalu diumbar oleh kaum beragama dan bertuhan serta berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh kaum yang mengaku bermoral karena memiliki "kitab suci," apakah ada tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kaum ateis? Atau, apakah seorang/kelompok ateis yang ketika melakukan tindakan yang keras (mengancam keberadaan orang banyak) berkata: "Saya/kami melakukan hal tersebut karena kami ateis!" atau "Saya/kami membunuh karena itu adalah perintah "kitab suci"!" atau saya/kami membakar bangunan itu karena tindakan itu merupakan ibadah dan perintah dari Tuhan kami!" Sama sekali tidak, bukan? 

Dengan demikian, jelas, pernyataan Ahmadinejad yang menyinggung agar orang menjauhi ateisme sama sekali tidak relevan karena kaum ateis tidak melakukan tindak kekerasan yang mengancam makhluk hidup lainnya, setidaknya, tidak mengaku bahwa tindakannya tersebut dilandaskan pada "kitab suci" dan/atau perintah yang diperoleh dari sesembahan kaum ateis. Mengapa? karena kaum ateis tidak punya "kitab suci" seperti kaum beragama dan bertuhan percaya pada buku yang dipercaya mengajarkan moral tertentu. Kaum ateis juga tidak percaya dan menyembah pada sesembahan yang dianggap mengatur hidupnya seperti kaum beragama dan bertuhan yang percaya dan sembah sujud pada figur tertentu yang berada di luar dirinya, bahkan di luar dunia di mana mereka berada yang mengatur seluruh alam semesta.

Sabtu, 25 September 2010

Sesembahan yang (Memang) Kejam

Ya, untuk kesekian kalinya sesembahan orang beragama/bertuhan - yang disebut, dipanggil, dinamakan Tuhan dan/atau Allah - menurunkan perintah kejam. Setidaknya, inilah yang dipercaya dan diakui oleh Sofyan Tsauri. Ia mengatakan bahwa tindakannya tersebut bukanlah termasuk ke dalam kategori teror karena merupakan ibadah. Sebaliknya ia mengatakan bahwa perbuatannya tersebut merupakan ibadah karena berasal dari Allah alias perintah Allah. Sepertinya yang ada dalam pikiran Tsauri melalui pernyataannya tersebut mengandaikan bahwa karena perintah itu berasal dari Allah, maka tidak bisa dikategorikan apalagi disebut sebagai teror karena teror hanyalah perbuatan manusia kerdil yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena perintah itu berasal dari yang ilahi maka tentu hasilnya pun demi kebaikan manusia, bahkan mungkin untuk seisi alam semesta.

Jika yang dikatakan - yang berasal dari Tuhan benar dan baik - orang seperti Tsauri benar, namun mengapa hasil atau dampaknya malah menyengsarakan orang lain? Bukankah itu berarti pernyataan seperti itu bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di dunia? Atau, apakah yang dibayangkan orang seperti Tsauri merupakan "dunia lain" atau dunia ideal yang keberadaannya bukan di bumi ini melainkan di tempat lain? Jika ya, di manakah dunia yang dimaksudkan oleh orang seperti Tsauri?

Banyak orang (beragama dan bertuhan) yang mengatasnamakan, menyebut, atau mengaitkan sesembahan atau agamanya demi membenarkan tindakan keji - menyengsarakan orang lain - yang dilakukannya sehingga perbuatannya tersebut dianggap sebagai kebaikan atau bahkan kebenaran. Ini merupakan pemikiran dan tindakan yang sangat salah bahkan menyesatkan. Namun, hal yang serupa menjadi tidak salah dan tidak menyesatkan jika saja orang-orang beragama dan bertuhan mengakui bahwa sesembahan yang dipercayanya telah memerintahkan dan agama yang dipeluknya memang telah mengajarkan para pengikutnya membunuh makhluk hidup lainnya. Jika demikian, sama sekali tidak keliru alias sangat tepat jika dikatakan bahwa sesembahannya itu memang figur yang kejam. Namun sayangnya, sejauh yang diketahui, tidak ada seorang beragama dan bertuhan pun yang rela jika agama yang dipeluknya dikatakan telah mengajarkan sesuatu yang kejam apalagi jika sesembahan yang dipercayanya disebut sebagai figur yang kejam. 

Seandainya saja orang-orang beragama dan/atau bertuhan mau mengakuinya, maka setidaknya ada satu yang hal bisa disepakati bersama, baik oleh kaum percaya maupun kaum ateis, yakni: sesembahan orang beragama atau bertuhan memang kejam. Sayangnya hal ini tidak terjadi.

Apa Ga Tau Sejarah?

Memang tidak sedikit orang yang cukup awas atau kurang peduli terhadap sejarah, apalagi mempelajari sejarah secara formal (melalui pendidikan) atau secara sadar mau berpikir kritis terhadap sejarah. Mengapa demikian? Salah satunya banyak orang menganggap bahwa sejarah merupakan bidang yang membosankan dan "tidak basah" atau tidak menguntungkan secara ekonomis, ditambah tidak populer dibandingkan bidang-bidang, seperti: ekonomi, kedokteran, dan/atau psikologi. Semua pendapat mengenai "sejarah" tersebut sah-sah saja. Artinya, orang bebas memberikan pandangannya mengenai bidang sejarah. Namun, sangat keliru bahkan menyesatkan jika ada pandangan yang mengatakan jika "sejarah" tidaklah penting dalam hidup manusia karena, setidaknya, hari ini bisa ada setelah kemarin telah berlalu.

Hal yang sangat berbahaya dan menyesatkan terkait dengan "sejarah" adalah jika orang secara sadar dan sengaja sama sekali tidak peduli terhadap "sejarah" dengan alasan emosioanal karena orang bersangkutan terlibat dalam suatu proyek yang bisa membuatnya terkenal atau semakin terkenal dan hal ini membuat pundi-pundi tabungannya bertambah. Sepertinya inilah yang terjadi dengan penyanyi Marcell Siahaan. Ia akan memerankan figur Letnan Kolonel Soeharto dalam film "Laskar Pemimpi." Masalahnya adalah bukan karena Marcell akan memerankan figur Soeharto muda dalam film tersebut melainkan pernyataannya yang cukup naif mengenai figur Soeharto: "meski Soeharto yang kemudian memimpin Indonesia selama 32 tahun penuh kontroversi, masyarakat Indonesia tidak seharusnya melupakan sumbangsih sang pejuang dalam mewujudkan Indonesia sebagai sebuah negeri merdeka" (alinea kelima).

Orang tidak bisa dengan mudah mengatakan bahwa hanya segelintir orang yang berjasa telah membawa sebuah negara pada kemerdekaannya karena bukan hanya segelintir orang itu yang berjasa melainkan ada banyak orang yang terlibat dirinya, apalagi jika hanya menyebut satu orang. Bisa saja orang yang dianggap berjasa itu memang telah melakukan sesuatu yang bermanfaat di masa lalu, namun keberjasaannya itu tidak bisa serta-merta menutupi berbagai hal yang dilakukannya di kemudian hari, di mana hal-hal yang dilakukannya itu sangat menyengsarakan banyak orang. Namun ini juga tidak berarti bahwa tindakan-tindakannya yang menyengsarakan orang lain itu menutupi jasa-jasa yang telah dilakukannya. Hal yang hendak ditekankan di sini adalah hendaknya orang memberikan penilaian yang lebih seimbang dengan memperhatikan tidak hanya salah satu unsur melainkan sebanyak mungkin unsur yang relevan. Jika ini dilakukan maka orang dapat memperoleh penjelasan yang lebih jernih.

Oleh karena itulah salah satu hal yang harus diperhatikan adalah "sejarah" sehingga hal yang seperti dilakukan Marcell tidak akan terulang di kemudian hari. Jika seorang melakukan beberapa tindakan heroik atau berjasa karena perbuatannya membuat banyak orang bahagia, kemudian dianggap sebagai pahlawan, namun setelah itu dalam jangka waktu yang lama menyengsarakan orang lain, bukankah orang tersebut bisa dikategorikan sebagai penjahat? Terlebih, jika perbuatannya yang telah menyengsarakan banyak orang itu memiliki dampak yang sangat besar dan lama. Apakah "kepahlawanannya" di masa lalu bisa disingkirkan begitu saja? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Saya tidak tahu. Namun yang lebih jelas, seharusnya pernyataan yang diungkapkan Marcell tidak perlu terjadi jika ia cukup mengetahui sejarah dalam konteks yang lebih luas dengan memperhitungkan banyak aspek. 

Hal lainnya yang perlu dikemukakan adalah bahwa pernyataan Marcell mengandung bias. Tentu saja Marcell akan memuji figur yang akan diperankannya karena ia memperoleh keuntungan  (popularitas dan ekonomi) dari memerankan figur tersebut. Dengan demikian, jelas, pernyataan Marcell itu bias. Sangat kecil kemungkinan orang melakukan kritik terhadap sesuatu jika ia terlibat di dalam suatu hal/proyek apalagi hal itu memberikannya keuntungan popularitas yang sangat mungkin juga akan membuatnya memperoleh uang yang banyak.

Selasa, 21 September 2010

Iseng

Memang harus diakui jika banyak orang menyukai atau tertarik pada hal-hal misterius, seperti penampakan hantu, kuntilanak, tuyul, dan sejenisnya. Hal itu ditunjukkan dengan tidak sedikit nang yang mudah dan cepat memberikan berbagai penafsiran paranormal terkait dengan hal-hal itu tanpa memperhatikan berbagai bukti relevan karena mereka mudah percaya pada dan mengikuti opini publik. Oleh karena itu, banyak orang yang menafsirkan hal-hal misterius yang ditemui, bahkan hanya didengarnya dari orang lain itu secara berlebihan sehingga terkesan panik. Inilah sepertinya yang baru-baru ini dialami warga Kelurahan Komet, Kota Banjarbaru, Kalimantan, mengenai penemuan barang aneh yang dinamakan dengan jenglot

Warga Kota Banjarbaru mengaku ketika  mereka kembali setelah memanggil Satpol PP setempat untuk melaporkan penemuan benda aneh tersebut ternyata benda itu telah berpindah tempat sekitar 5-6 meter dari tempat semula ketika ditemukan warga. Tak pelak lagi hal tersebut semakin membuat warga terkejut, panik, dan merasa ada sesuatu yang sungguh aneh berkaitan dengan benda tersebut. Padahal warga tidak perlu merasa terkejut, panik, apalagi aneh mengenai keberadaan benda tersebut, terlebih menafsirkannya sebagai benda dan peristiwa yang berbau mistis atau paranormal. Mengapa? karena sangat mungkin hal itu tidak lebih dari keisengan orang (sekelompok orang) yang dengan sengaja telah melakukannya untuk menakut-nakuti atau membuat panik warga. Dan memang terbukti, banyak warga yang terkejut bahkan panik akibat adanya benda tersebut. Buktinya, warga sampai melaporkan hal tersebut kepada Satpol PP setempat. 

Jangan-jangan jika suatu hari ada penemuan yang dianggap lebih heboh, aneh, dan mengejutkan warga, mereka akan melaporkannya pada polisi atau mungkin juga TNI. Jika ini benar-benar terjadi, betapa berlebihannya sikap warga tersebut. Sikap yang seharusnya sama sekali tidak perlu terjadi seandainya warga memiliki daya pikir kritis dan sikap skeptis yang memadai, khususnya terhadap berbagai hal yang selama ini dianggap paranormal dan/atau supernatural.

Senin, 20 September 2010

Angela Merkel Bukan Adolf Hitler

Semua orang tahu benar kekejaman Adolf Hitler ketika ia membantai orang-orang Yahudi Jerman pada tahun 1930-an dan 1940-an. Semua orang sadar betul kebejatan Adolf Hitler dengan kamp-kamp konsentrasinya yang bisa membuat bulu kuduk berdiri. Semua orang tentu masih ingat terhadap kekejian Adolf Hitler melalui pidato-pidatonya yang membakar semangat nasionalisme dangkal Jerman dengan menghembuskan kebencian terhadap kaum Yahudi, khususnya kaum Yahudi Jerman. Ternyata Angela Merkel - Kanselir Jerman - tidak mau mengikuti jejak mantan pemimpin Jerman beberapa tahun yang lampau tersebut. Ini setidaknya bisa dilihat dari sikap Merkel melalui wawancara yang baru-baru ini dilakukannya dengan salah satu harian di kota Frankfurt. Merkel tidak mau mengulangi kesalahan sejarah yang dilakukan Adolf Hitler, seniornya itu. Ia, Merkel, bahkan mengajak warga negara Jerman untuk sadar, membuka diri, bahkan terbiasa dengan perubahan yang terjadi di negeri mereka.

Sikap yang ditunjukkan oleh Merkel tersebut merupakan salah satu contoh nyata di mana seorang pemimpin bisa berkata-kata dan bersikap dengan bijak. Setidaknya melalui pernyataannya tersebut Merkel telah menghembuskan suasa sejuk di tengah-tengah berkecamuknya pertikaian dan hubungan yang memanas antar (pemeluk) agama di dunia (baca: mereka yang beragama sangat sempit dan dangkal). Jelas, sikap Merkel tersebut patut diteladani oleh pemimpin-pemimpin bangsa lainnya, yakni dengan mampu bersikap tenang dan bijak dalam menghadapi perubahan yang terjadi di negerinya. Ketimbang bersikap reaktif dan panik terhadap perubahan yang terjadi di negerinya, seorang pemimpin yang bijak malah akan berusaha bersikap tenang bahkan berusaha mengajak dan menyadarkan warga negaranya untuk mampu menghadapi perubahan yang terjadi bahkan terbiasa dengan perubahan itu.  

Angela Merkel adalah seorang pemimpin bangsa yang bijak dan terpuji karena sikapnya yang terhormat. Sikapnya yang terbuka terhadap perubahan yang terjadi di negerinya merupakan sikap yang rendah hati yang seyogianya menjadi panutan banyak orang, bukan hanya para pemimpin bangsa lainnya. Sikap rendah hati Merkel tersebut sangat jarang ditemukan pada diri pemimpin, bahkan orang lainnya yang dengan angkuh dan reaktif menghadapi perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mencari seorang pemimpin bangsa yang rendah hati dan bijak, tengoklah pada diri Angela Merkel, seorang Kanselir Jerman. Warga negara dan penduduk Jerman patut berbangga memiliki seorang figur pemimpin seperti Angela Merkel karena dia bukanlah seorang figur seperti Adolf Hitler, yang pernah membawa Jerman pada kehancuran melainkan akan membawa Jerman sebagai bangsa yang penuh dengan kerendahan hati dan kehormatan.

Sekolah untuk Para Remaja yang Hamil

Jika orang sepakat bahwa pendidikan sangat penting bagi segala golongan, baik usia, tingkat ekonomi, status sosial, tingkat kecerdasan, maupun keadaan fisik seseorang, maka upaya yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia bagian Malaka dengan membuka sekolah yang menerima para remaja hamil agar tetap bisa bersekolah dan menerima pendidikan yang layak merupakan tindakan yang selaras dengan semangat itu. Ya, pemerintah Malaysia bagian Malaka baru-baru ini membuka pertama kali sekolah yang memperbolehkan para remaja yang hamil untuk memperoleh pendidikan di sekolah tersebut. Tentu, tindakan yang dilakukan pemerintah Malaysia bagian Malaka tersebut bukan tanpa hambatan dan penolakan, khususnya dari kelompok-kelompok keagamaan (dhi. Islam) yang menyatakan bahwa ide tersebut malah bisa mendorong para remaja berani melakukan seks dan hamil. Namun, seperti dikatakan oleh salah seorang staf pemerintah Malaysia bagian Malaka, memisahkan para remaja yang hamil dari sistem pendidikan/sekolah umum akan semakin membuat para remaja hamil tersebut mengalami stigmatisasi oleh dan di dalam masyarakat. Oleh karena itulah mereka tetap diperbolehkan memperoleh pendidikan di sekolah umum seraya kepada mereka diberikan perlindungan dan kerahasiaan mereka dijaga. 

Hal yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia bagian Malaka merupakan salah satu contoh nyata di mana komitmen terhadap pendidikan layak yang menjadi hak setiap warga negara berusaha tetap dilakukan, terlepas dari kondisi fisik seseorang (dhi. hamil). Meski tindakan tersebut mendapat penolakan, khususnya dari kelompok-kelompok agama, namun pemerintah Malaysia bagian Malaka tetap berpegang teguh pada hak yang seharusnya diperoleh setiap warga negara. Oleh karena pendidikan merupakan dasar terpenting dalam hidup manusia, maka pendidikan yang layak pun menjadi tanggung jawab pemerintah untuk diberikan kepada setiap warga negaranya. Jika pemerintah Malaysia bagian Malaka - meski belum Malaysia secara keseluruhan - sebagai negara Islam bisa mengupayakan hal terhormat tersebut bagi warganya, masakan hal yang serupa tidak bisa diupayakan oleh negara Indonesia yang mengaku Bhinneka Tunggal Ika? Jika pemerintah Malaysia bagian Malaka mampu lebih mengedepankan nilai kemanusiaan daripada aturan keagamaan, masakan pemerintah Indonesia tidak mampu melakukan hal serupa, padahal Indonesia bukanlah negara Islam?

Upaya yang dilakukan pemerintah Malaysia bagian Malaka merupakan tindakan terhormat dan terpuji yang bukan saja patut diteladani negara-negara yang mendasarkan hukum-hukumnya pada agama tertentu, terlebih perlu dicontoh oleh negara-negara yang selama ini selalu mendengung-dengungkan persamaan hak bagi warga negaranya dan kemanusiaan. Jika yang didengung-dengungkan itu sebatas jargon-jargon tanpa tindakan nyata, maka tiada artinya semua jargon itu karena sebatas teriakan kosong yang kemudian lenyap ditelan atau ditiup angin.

Sabtu, 18 September 2010

Hati-hati Memberikan Sebutan

Seorang lelaki mengaku alasan dirinya membunuh karena selalu didatangi bayangan yang menyerupai wajah korban. Oleh karena merasa terganggu oleh bayangan yang mendatangi dirinya itulah pelaku membunuh korban. Banyak orang mungkin segera bereaksi dengan mengatakan bahwa laki-laki itu hanya mencari-cari alasan untuk membunuh atau mengatakan laki-laki itu gila. Apakah laki-laki yang telah melakukan pembunuhan itu memang gila karena mengaku telah didatangi oleh bayangan yang wajahnya mirip dengan wajah korbannya?

Jika bayangan yang dilihat laki-laki tersebut terjadi ketika ia tidur, maka sesungguhnya ia hanya bermimpi. Namun, jika bayangan yang mendatanginya itu bukan terjadi pada saat tidur melainkan ketika ia berada dalam keadaan terjaga/bangun, maka kemungkinan besar ia mengalami halusinasi. Dengan demikian, mengatakan laki-laki tersebut gila sangatlah tergesa-gesa dan tidak bijak karena setidaknya dibutuhkan waktu enam bulan untuk melakukan diagnosa sebelum kata "gila" itu disematkan pada diri seseorang.  

Oleh karena itu, kata yang tepat yang bisa ditujukan kepada laki-laki yang melakukan pembunuhan itu adalah "halusinasi." Artinya, pengakuan bahwa ia seringkali melihat bayangan  wajah seseorang dalam keadaan sadar merupakan salah satu ciri orang yang mengalami halusinasi. Sejauh keterangan yang bisa diperoleh melalui berita tersebut, maka halusinasi merupakan kata yang cukup bijak jika orang hendak menyebut laki-laki yang telah membunuh  itu karena gejalanya sesuai dengan keterangan yang tersedia. 

Orang harus hati-hati ketika menyematkan sebutan tertentu kepada sesamanya karena hal tersebut bisa sangat menyesatkan apalagi jika hal yang sama dilakukan orang-orang lainnya terhadap orang yang sama. Hal ini bisa bertambah parah jika sebutan yang salah tersebut dengan cepat melekat pada orang yang bersangkutan padahal analisis medis belum dilakukan terhadap orang itu. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memberikan sebutan terhadap orang lain karena sebutan itu bisa saja salah apalagi jika tidak didukung oleh penelitian yang memadai.

Hantu Penunggang Kuda

Inilah contoh yang sangat nyata di mana pikiran manusia dengan sengaja dibentuk (dibuat sedemikian rupa) sehingga percaya pada objek yang dilihatnya. Awalnya pasangan (Stephen dan Sue Berringer) warga negara Inggris tersebut tidak menyadari jika objek yang diabadikan oleh kamera mereka tersebut adalah sosok yang mirip dengan sosok dalam sebuah film, namun setelah dilihat terus seraya "memanggil" ingatan mereka yang mirip dengan objek di foto, akhirnya mereka pun cukup yakin jika objek di foto mereka adalah gambar hantu.

Mari kita perhatikan satu demi satu keterangan yang terdapat dalam berita tersebut:

1. Mereka pun takut dan tercengang karena ketika mengambil foto di air terjun Ingleton di Yorkshire Dales (Inggris) itu tidak melihat obyek apa pun yang mencurigakan (alinea kedua).

Tanggapan: ini merupakan contoh di mana awalnya orang tidak sadar karena tidak memikirkan hal-hal yang bernuansa paranormal melainkan hanya berpikir mengenai keindahann alam yang diabadikan melalui kamera. Namun, ketika orang mulai berpikir mengenai hal yang bernuansa paranormal dan mencoba mengaitkan objek yang diabadikan melalui kamera pada sesuatu yang bernuansa paranormal itu, maka yang terjadi adalah seperti yang terdapat dalam poin di bawah.

2. Sosok laki-laki berjubah dan berwajah seram itu dicermati agak lama ketika mereka memerhatikan di layar komputer dan mengingat-ingat apakah ada obyek di air terjun itu (alinea keempat).

Tanggapan: ini adalah contoh yang sangat jelas ketika orang mulai mengingat-ingat objek tertentu yang pernah dilihat/disaksikannya kemudian mencoba menghubungkan objek dalam ingatannya tersebut dengan objek sedang dilihatnya. Inilah yang sesungguhnya terjadi pada pasangan dalam berita di atas, di mana mereka berusaha melihat objek dalam foto yang telah mereka abadikan dalam kaitannya dengan objek yang terdapat dalam memori otak mereka. Hasilnya jelas, ingatan mereka menutupi bahkan menggantikan objek dalam foto tersebut. Artinya, ingatan mereka telah menjadi sesuatu yang nyata melalui dan di dalam objek foto itu.

3. Setelah dicermati, air mengalir itu membentuk sebuah obyek seperti seorang laki serem yang mirip hantu Nazgul dalam film Lord of the Rings (alinea keenam).

Tanggapan: ketika orang berhasil "memanggil" sebuah objek dalam ingatan mereka dan mampu memproyeksikannya dengan sangat jelas, maka hasilnya adalah pernyatan seperti yang terdapat dalam poin ketiga ini. Dan satu kata yang perlu digarisbawahi dalam pernyataan di atas adalah "mirip." Banyak orang, entah disadari ataupun disengaja telah mengaburkan pengertian kata "mirip" tersebut dengan mengartikannya sebagai sesuatu yang "sama persis." Kata "mirip" tidak berarti objek yang dimaksud "sama persis" melainkan memiliki pola atau garis atau bentuk yang menyerupai alisa tidak persis sama.

4. "Kami tidak melihat sesuatu yang luar biasa ketika kami berada di air terjun dan kami bahkan duduk di sana untuk minum kopi" (pengakuan Sue Berringer di alinea ketujuh).

Tanggapan: ini merupakan contoh (tidak disadari) di mana orang berusaha memberikan penegasan bahwa awalnya objek yang dilihatnya bukanlah sesuatu yang aneh/janggal karena hal yang biasa. Namun, seperti telah diungkapkan dalam tanggapan terhadap poin ketiga, objek yang awalnya biasa "berubah" menjadi tidak biasa karena orang yang sama yang melihatnya dengan sengaja telah "memainkan" pikirannya dengan cara "memanggil" ingatannya terhadap objek yang mirip dengan objek dalam foto yang sedang dilihatnya.

5. "Tapi ketika kami tiba di rumah dan melihat sosok gelap seorang pria berjubah, kami pun terheran-heran" (pengakuan Sue Berringer di alinea kedelapan).

Tanggapan: ini merupakan contoh ketika orang berusaha mempertegas bahwa objek yang awalnya biasa telah berubah menjadi objek yang tidak biasa akibat objek yang muncul dalam memori berhasil diproyeksikan dengan jelas terhadap objek dalam foto sehingga  gambaran objek dalam ingatan itu malah "menggantikan" objek dalam foto itu.

6. Menurutnya, tidak ada batu di lokasi air terjun itu sehingga mereka berpikir bahwa bentuk itu tidak sengaja terukir oleh air terjun secara utuh (alinea kesembilan).

Tangggapan: bisa saja memang tidak ada batu di lokasi air terjun itu, namun hal tersebut tidak bisa digunakan sebagai alasan untuk menjelaskan bahwa itu merupakan hantu seperti di dalam film Lord of the Rings. Lebih dari itu, tiadanya batu di lokasi air terjun tersebut tidak menjelaskan apa-apa. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan yang memadai, mengapa air tersebut bisa membentuk "gambar" hantu dalam film tadi. 

Pertanyaan di atas bisa dijawab dengan menerapkan Pisau Ockham. Oleh karena hal itu (air terjun) merupakan salah satu fenomena alam, maka jawabannya pun harus dicari melalui alam. Dengan demikian, salah satu kemungkinan yang paling kuat adalah hal tersebut terjadi karena tiupan angin yang begitu kuat sehingga air terjun itu membentuk pola yang dilihat dan dipercaya pasangan tadi sebagai hantu. Padahal yang terjadi adalah tiupan angin dengan tidak sengaja telah membentuk pola tertentu pada aliran air terjun itu. Sangat sederhana dan alamiah, bukan? ketimbang mencari-cari jawaban dan penjelasan yang dikaitkan dengan sesuatu yang berbau paranormal dan/atau supernatural.

7. Walau begitu, pasangan tersebut tetap tidak yakin bahwa apa yang dipotret adalah hantu (alinea kesepuluh).

Tanggapan: ini merupakan pernyataan yang sangat janggal karena bertentangan dengan "keyakinan" yang dimiliki pasangan tersebut, seperti telah diungkapkan di alinea-alinea sebelumnya, di mana mereka sepertinya cukup yakin jika objek dalam foto tersebut adalah hantu. Seharusnya ketidakyakinan mereka itu ditempatkan di "awal" ketika mereka pertama kali melihat foto itu. Jika ketidakyakinan tersebut ditempatkan di "awal" maka bisa jadi mereka akan mencoba mencari jawaban dan penjelasan yang alamiah dan masuk akal ketimbang memberikan kesimpulan yang bernuansa paranormal. (Pasangan tersebut sama sekali tidak memberikan penjelasan, tetapi langsung menyimpulkan.) 

Ketidakyakinan atau keraguan terhadap suatu objek atau peristiwa - seringkali tidak diketahui dan tidak disadari oleh begitu banyak orang - sesungguhnya merupakan sikap skeptis. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa banyak orang tidak sadar jika dirinya termasuk kategori skeptik karena ketidakyakinan dan keraguannya terhadap sebuah objek atau suatu peristiwa. Namun, seorang skeptik yang sadar dan sengaja bertindak berdasarkan ketidakyakinan atau keraguannya, dengan sadar penuh dan secara runut berusaha mencari dan mengumpulkan sebanyak mungkin bukti yang relevan mengenai sebuah objek atau suatu peristiwa. Setelah bukti-bukti relevan terkumpul barulah ia menganalisis seraya menjelaskan suatu peristiwa  yang terjadi dengan berdasar pada bukti-bukti yang ada seraya mengawasi berbagai bias dalam dirinya dan kesesatan berpikir. Seorang skeptik tidak mau tergesa-gesa loncat pada kesimpulan sebelum melakukan hal-hal di atas sekaligus menyusun argumentasi-argumentasi relevan, objektif, dan masuk akal berkaitan dengan objek yang dianalisisnya. Oleh karena itulah seorang skeptik awalnya selalu tidak yakin atau ragu, bahkan ciri seorang skeptik ia selalu tidak yakin dan ragu terhadap segala hal terlebih terhadap berbagai penjelasan yang bernuansa paranormal dan supernatural.

8. Memang tidak seketika foto-foto hasil jepretannya di air terjun itu di-copy ke komputer. Namun, selang tiga minggu dari liburan itu baru dimasukkan ke komputer dan anehnya gambar hantu Nazgul tiba-tiba ada dalam fotonya di air terjun itu (alinea kesepuluh).

Tanggapan: sepertinya pernyataan ini hendak mengatakan bahwa hantu yang diyakini pasangan tersebut awalnya tidak ada di dalam foto, namun setelah beberapa hari/minggu hantu itu muncul di dalam foto tersebut setelah foto tersebut dimasukkan dan disimpan di dalam komputer. Apakah ini artinya hasil jepretan foto berbeda dengan yang muncul di layar komputer? Kita tidak bisa mengetahuinya jika jepretan foto itu tidak melalui proses cuci-cetak yang kemudian muncul dalam kertas foto.

Terlepas dari hasil bidikan kamera tersebut, entah berbeda ataupun sama antara yang muncul di layar komputer dan di kertas foto, hal yang sangat jelas dan bisa dikatakan terhadap berita di atas adalah: pasangan warga negara Inggris tersebut dengan sengaja telah memainkan pikirannya sehingga objek yang dilihat di layar komputer merupakan sosok yang mirip dengan figur hantu seperti di dalam film (Lord of the Rings) yang telah mereka tonton. Apa yang dilakukan pasangan tersebut merupakan contoh di mana orang melihat dan menamakan objek yang dilihatnya dengan berdasar pada ingatan yang dimilikinya. Lebih dari itu, banyak orang dengan mudah, bahkan berusaha keras menghubung-hubungkan objek yang sedang dilihatnya dengan objek yang terdapat di dalam memorinya, bahkan tidak sedikit orang yang malah "menutupi/menggantikan" objek dilihatnya dengan objek yang ada dalam ingatannya setelah mereka berusaha "memanggil" ingatannya. 

Ingatan seseorang sama sekali tidak bisa dijadikan ukuran untuk menilai kebenaran suatu peristiwa karena sifatnya yang sangat subjektif. Bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki ingatan tertentu mengenai suatu hal, misalnya: belum menonton Lord of the Rings. Tentu, mereka tidak memiliki gambaran mengenai sosok hantu di dalam film tersebut sehingga tidak mampu mengaitkan objek seperti yang dilihat pasangan tadi dengan hantu dalam film itu. Jangankan ingatan, gambaran mengenai hantu itu saja tidak dimiliki karena belum menonton Lord of the Rings. Hal inilah yang terjadi pada saya ketika melihat objek yang dipercaya sebagai hantu oleh pasangan tadi.

Wajah Setan di Dinding Kamar Mandi

Sebuah wajah setan muncul di dinding kamar mandi, setidaknya itulah yang dipercayai oleh perempuan pemilik rumah tersebut. Tidak hanya di situ, perempuan itu pun mengaku telah dibuat begitu takut oleh penampakan wajah setan tersebut sehingga ia tidak mau mandi di kamar mandi itu lagi. Ada tiga pernyataan yang cukup menarik berkaitan dengan adanya wajah setan di dinding kamar mandi tersebut, seperti diungkapkan suami ibu tersebut:

1. Ketika rumat tersebut direnovasi wajah setan tersebut belum ada dan baru ada saat tengah malam. Seperti banyak pengakuan yang berkaitan dengan fenomena supernatural lainnya, hal-hal tersebut baru dan hanya muncul lewat tengah malam dalam keadaan gelap atau setidaknya saat minimnya cahaya. Dengan kata lain hendak dinyatakan bahwa fenomena supernatural hanya muncul dan bisa dilihat ketika cahaya tidak cukup banyak menerangi tempat di mana fenomena itu terjadi sehingga banyak orang menganggap telah melihat penampakan yang aneh, seperti: hantu atau wajah setan. Waktu yang menunjuk lewat tengah malam juga seringkali membuat pikiran banyak orang dipengaruhi hal-hal paranormal, di mana hal-hal mistis lebih sering terjadi ketika waktu menunjukan lewat tengah malam. Hal tersebut memunculkan pertanyaan, seperti: mengapa fenomena muncul seringkali ketika lewat tengah malam? Jawabannya yang bisa diberikan adalah: karena waktu lewat tengah malam lebih dramatis dan menyeramkan dibandingkan waktu siang hari, apalagi waktu tengah malam biasanya keadaan jauh lebih sunyi dibandingkan siang hari.

2. Temperatur kamar mandi yang selalu rendah alias dingin seperti es meski sudah menyalakan pemanas. Banyak orang percaya jika temperatur yang rendah atau keadaan yang dingin merupakan pertanda bahwa fenomena paranormal terjadi. Ini artinya bahwa banyak orang percaya bahwa keadaan dingin yang dialaminya menjadi alat ukuran bahwa hantu itu sungguh-sungguh ada sehingga polanya adalah: dingin > ada hantu. Sepertinya inilah yang juga dipercaya oleh pasangan Rumania tersebut yang menganggap keadaan kamar mandi yang dingin seperti sebagai tanda bahwa ada hal ganjil terjadi kemudian menafsirkannya sebagai fenomena paranormal. 

Apakah orang tidak sadar bahwa kamar mandi memang tempat yang kadar kelembabannya cukup tinggi sehingga seringkali dianggap dingin (walaupun memang demikian adanya), apalagi di negara-negara yang temperaturnya cukup rendah seperti di Rumania. Jika dikatakan pemanas sudah digunakan namun tidak sanggup mengusir dingin di kamar mandi tersebut, apakah keadaan pemanas tersebut sudah dicek? Artinya, apakah alat pemanas tersebut masih berfungsi dengan baik alias tidak rusak? Jangan-jangan rusak. Kalaupun alat pemanas tersebut tidak rusak, sangat mungkin pikiran pasangan tersebut sudah begitu tersugesti dengan pandangan yang percaya bahwa fenomena paranormal mengakibatkan temperatur yang rendah alias mengakibatkan keadaan yang dingin pada tubuh. Jika ini kenyataannya, maka sesungguhnya yang terjadi adalah bahwa pikiran pasangan tersebut sudah terbentuk oleh opini publik mengenai hal-hal yang berkaitan dengna fenomena paranormal. 

3. Pasangan tersebut berusaha mengusir setan yang wajahnya muncul di dinding kamar mandi di rumah mereka. Perhatikan: awalnya hanyalah wajah setan yang muncul di dinding kamar mandi, namun hal ini dianggap sebagai sesuatu yang jauh lebih besar karena pasangan tersebut menafsirkan bahwa rumah mereka dihuni oleh setan yang berusaha mengganggu mereka sehingga mereka pun berusaha mengusir setan dari rumah mereka, mungkin melalui cara-cara tertentu (eksorsisme). Daripada melakukan eksorsisme, ganti saja keramik dinding kamar mandi tersebut sehingga wajah setan itu hilang.


Setelah memperhatikan gambar seperti yang terdapat dalam berita mengenai fenomena penampakan wajah setan di dinding kamar mandi tersebut, semakin menunjukkan betapa manusia sangat mudah menafsirkan sesuatu yang sesungguhnya tidak ada menjadi ada. Lebih dari itu, pikiran manusia bisa menciptakan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadi ada dengan berdasar pada hal-hal, seperti: opini publik, pola-pola yang dimiliki di kepalanya, dan/atau gambaran-gambaran tertentu yang tersimpan di dalam ingatannya. Oleh karena itu, ketika ia melihat objek tertentu yang sesungguhnya tidak jelas, namun ketika ia mengaitkan objek tersebut dengan salah satu atau ketiga hal tadi, maka objek yang dilihatnya tersebut menjadi sesuatu yang sangat jelas bahkan tidak sampai di situ karena objek itu pun dipercayainya sebagai sesuatu yang nyata. 

Coba perhatikan gambar di berita tersebut, apakah memang ada wajah setan di dinding kamar mandi tersebut? (Perhatikan: gambar tersebut telah melalui proses pembesaran beberapa kali karena awalnya hanya sebesar titik atau noda di dinding.) Setidaknya ada dua jenis jawaban berbeda yang akan muncul. Pertama, ya. Jawaban ini diberikan oleh orang-orang yang memiliki gambaran tertentu dalam pikirannya mengenai wajah setan/hantu yang diperolehnya melalui gambar-gambar tertentu melalui film dan/atau bacaan. Kedua, tidak. Jawaban ini diberikan oleh orang-orang yang tidak memiliki gambaran tertentu dalam pikirannya mengenai wajah setan/hantu. Terlepas dari kedua jawaban yang bisa diberikan setiap orang, hal yang perlu digarisbawahi adalah betapa pikiran manusia mampu melahirkan hal-hal imajinatif. Namun sayangnya, hal-hal imajinatif tersebut seringkali juga malah melahirkan hal-hal yang yang bernuansa paranormal, seperti kasus wajah setan yang muncul di dinding kamar mandi dalam berita di atas. Hal imajinatif bernuansa paranormal seperti ini dinamakan pareidolia, sesuatu yang tidak disadari oleh begitu banyak orang.

Jumat, 17 September 2010

Hantu Casper

Berbagai "bukti" disajikan orang untuk mengatakan bahwa makhluk yang disebut hantu sungguh-sungguh ada. Salah satunya seperti yang direkam melalui CCTV, di mana terlihat ada sosok hantu Casper seperti dalam film kartun dengan nama yang sama. Penampakan hantu Casper tersebut muncul lewat tengah malam di sebuah pub di Cumbrian, Inggris, ketika pub tersebut telah tutup dan tidak ada seorang pun di dalam ruangan tersebut. Berita tersebut menyebutkan bahwa CCTV menangkap fenomena penampakan hantu Casper seperti bola cahaya. Beberapa tanggapan bisa diberikan berkaitan dengan fenomena penampakan tersebut.

1. Kemungkinan besar objek yang akhirnya dipercaya beberapa orang sebagai hantu mirip Casper melalui CCTV tersebut tidak lebih merupakan pantulan yang berasal dari objek (-objek) yang permukaannya terang. Selain itu, bisa jadi munculnya gambaran seperti itu merupakan hasil dari pantulan cahaya yang berasal dari partikel-partikel debu atau tetesan-tetesan air/embun yang terdapat dekat dengan lensa kamera. Oleh karena itu, salah satu dari kedua hal tersebut bisa menghasilkan gambar agak putih muncul di tengah ruangan yang diliputi kegelapan.

 2. Meski CCTV menampilkan objek tersebut bergerak melintasi ruangan yang gelap itu sebelum menghilang melalui langit-langit ruangan tersebut, namun sangat mungkin sesungguhnya yang terjadi adalah bahwa partikel-partikel debu atau tetesan-tetesan air/embun - seperti terdapat dalam poin pertama - bergeser karena ditiup angin sampai ke luar jangkauan lensa kamera. Hal ini menjelaskan fenomena mengapa objek tersebut bergerak sebelum akhirnya menghilang dari penangkapan CCTV.

3. Berkaitan dengan fenomena penampakan hantu Casper itu berita tersebut juga "didukung" oleh hal-hal ganjil yang terjadi di dalam dan sekitar pub seperti direkam melalui CCTV milik perusahaan yang berada di sebelah pub itu, seperti:
  • Mouse komputer di ruangan tersebut bergerak sendiri.
  • Kantor di pub itu diterangi cahaya lembut ketika layar komputer aktif.
  • Tidak lama kemudian papan pub yang terdapat di kaca depan jatuh.
  • Semenjak keganjilan-keganjilan tersebut anjing pemilik pub menggonggong setiap kali memasuki pub tersebut.  

4. Terakhir, beberapa orang karyawan perusahaan yang berada di sebelah pub mengatakan bahwa bangunan pub tersebut dulunya digunakan sebagai perusahaan jasa pemakaman. 

    Jika poin pertama dan kedua merupakan upaya menjelaskan fenomena penampakan hantu Casper melalui sudut pandang ilmiah, maka poin ketiga dan keempat merupakan penjelasan yang berkaitan dengan sisi psikologis yang sangat mungkin mempengaruhi pandangan orang-orang yang melihat tayangan CCTV tersebut dan/atau membaca berita mengenai fenomena tersebut. Oleh karena itu, poin ketiga dan keempat bisa dikatakan sebagai hal-hal yang "mendukung" dan mempertegas munculnya fenomena penampakan hantu Casper pada tengah malam di pub tersebut sehingga banyak orang memperhitungkan hal tersebut sebagai suatu kebenaran. Hal-hal ganjil yang terjadi di dalam dan sekitar pub tersebut sekalipun direkam oleh CCTV perusahaan yang berada di sebelah pub tersebut tidak bisa dijadikan bukti jika hantu Casper tersebut memang sungguh-sungguh telah muncul di pub pada tengah malam tersebut. 

    Satu hal yang juga sangat penting dan tidak boleh dikesampingkan adalah bahwa "sejarah" bangunan pub tersebut yang dulunya merupakan perusahaan jasa pemakaman. Hal ini menambah kesan misteri terhadap pub tersebut. (Hal yang berkaitan dengan pemakaman > kematian > hantu Casper.) Hal yang berkaitan dengan sejarah suatu tempat atau peristiwa seringkali memainkan peranan yang begitu vital dalam pengambilan keputusan seseorang. Artinya, sejarah atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dianggap sebagai tolok ukur untuk menilai bahwa peristiwa yang terjadi saat ini sebagai kebenaran. Meski sejarah memainkan peranan yang sangat vital dalam menentukan kebenaran peristiwa yang terjadi saat ini, namun sejarah sama sekali tidak bisa dijadikan satu-satunya tolok ukur untuk menilai kebenaran tersebut.

    Kembali pada fenomena penampakan hantu Casper di atas, maka orang harus mempertimbangkan secara cermat poin pertama dan kedua sekaligus memperhitungkan poin ketiga dan keempat sehingga orang tidak terjebak pada kepercayaan yang buta dan menyesatkan. Ketika orang mampu berpikir kritis - salah satunya dengan menggunakan tolok ukur sains - dan tidak lengah terhadap unsur-unsur psikologis, maka orang itu bisa dikategorikan sebagai makhluk hidup yang telah menggunakan nalarnya dengan maksimal.

    Kamis, 16 September 2010

    Pesan dari Tuhan

    Meski Terry Jones membatalkan rencananya membakar Al-Quran pada tanggal 11 September lalu, namun para pendukung Jones tetap melaksanakan pembakaran Al-Quran di Springfield, AS. Bob Old dan Danny Allen - keduanya pendeta - mengaku melakukan aksi pembakaran Al-Quran karena memperoleh pesan dari Tuhan. Setelah Jones yang mengaku mengurungkan rencana pembakaran Al-Quran karena perintah Tuhan, sekarang kedua pendeta tersebut mengaku jika aksi mereka setelah menerima pesan dari Tuhan. 

    Segera setelah membaca kedua pengakuan yang berbeda 180 derajat tersebut - keduanya berasal dari pendeta - muncul beberapa pertanyaan: 

    1.  Apakah perintah dan pesan yang saling berbeda tersebut berasal dari Tuhan yang sama atau berbeda? 

    2. Jika berasal dari Tuhan yang sama, mengapa Tuhan memberikan pesan/perintah yang berbeda kepada para pendeta itu?

    3. Jika berasal dari Tuhan yang berbeda, Tuhan mana atau siapakah yang seharusnya dituruti, apakah Tuhan yang memberikan perintah larangan membakar Al-Quran (Tuhannya Jones) atau Tuhan yang memberikan pesan membakar Al-Quran (Tuhannya Old dan Allen)?  

    4. Terlepas dari Tuhan yang sama atau berbeda, jika memang benar perintah dan pesan itu berasal darinya, bukankah ini artinya ia adalah sosok yang membingungkan karena telah memberikan perintah dan pesan yang berlainan kepada orang yang berbeda?

    5. Jika ya, mengapa begitu banyak orang percaya, sujud syukur, bahkan rela mati demi namanya? 

    6. Jika Tuhan memang telah memberikan pesan membakar Al-Quran kepada manusia, bukankah ini artinya ia adalah figur kejam yang tidak peduli terhadap makhluk hidup (dhi. manusia)?

    Kembali pada berita pembakaran Al-Quran yang telah dilakukan Old dan Allen, ketika  akan membakar Al-Quran mereka berkata bahwa Al-Quran adalah buku yang berisi kebencian, bukan cinta. Mereka sepertinya, entah disengaja ataupun tidak disadari, menyingkirkan fakta bahwa dalam Alkitab sendiri banyak kisah yang menampilkan hal-hal bernuansa kekerasan,  seperti: kebencian dan pembantaian terhadap suku bangsa tertentu yang semuanya dilakukan atas persetujuan Tuhan. (Sangat mungkin Old dan Allen dengan sengaja menganggap kisah-kisah seperti itu tidak terdapat alam Alkitab bagian Perjanjian Lama karena mereka adalah pendeta, jadi kemungkinannya sangat kecil jika mereka tidak mengetahui kisah-kisah seperti itu. Hal yang seringkali juga dilakukan umat Kristen lainnya.) Jika demikian, jelas, Old dan Allen pun telah memberlakukan standar ganda terhadap "kitab suci" agama lain.

    Tindakan yang dilakukan Old dan Allen sama sekali tidak cerdas padahal mereka tidak suka jika dianggap tidak cerdas. (Orang beragama khususnya para pemimpinnya secara implisit tidak mau dianggap tidak cerdas karena mempelajari ilmu agama. Oleh karena itu, mereka menganggap diri cerdas karena mampu menggunakan akal sehatnya dengan baik.) Dengan demikian, pembakaran Al-Quran yang dilakukan Old dan Allen merupakan contoh nyata betapa manusia (baca: orang beragama) gagal menggunakan akal sehatnya untuk hal-hal yang jauh lebih positif, misalnya: daripada membakar Al-Quran, mereka bisa membuat tulisan yang isinya mengkritik (bukan mencela atau menghina) kepercayaan lain (dhi. Islam) sehingga terjadi perdebatan secara pemikiran, bukannya tindakan kekerasan. Bukankah para pendeta sebelum memperoleh "gelar" pendeta mereka diharuskan menempuh kuliah di seminari atau sekolah tinggi teologi? Jika demikian, tentu, semasa di bangku kuliah mereka telah diajar dan dilatih untuk berpikir dan menuangkan pikirannya ke dalam tulisan-tulisan sehingga mereka bisa diperhitungkan sebagai orang-orang cerdas. Jika tidak demikian, apakah ini artinya seminari atau sekolah tinggi teologi tidak lagi memberikan pelatihan dan pengajaran seperti? Saya pikir tidak. Oleh karena itu, hai para agamawan tunjukkanlah jika kalian memang cerdas!

    Rabu, 15 September 2010

    Perintah Tuhan

    Terry Jones, seorang pendeta di sebuah gereja kecil di Florida (AS), yang belakangan menghebohkan dunia agama, khususnya kaum Muslim karena rencana busuknya akan  membakar Al-Quran pada tanggal 11 September baru-baru ini membatalkan rencananya tersebut. Jones mengaku mengurungkan niatnya membakar Al-Quran setelah memperoleh perintah dari Tuhan. Lebih dari itu, ia pun mengatakan bahwa tidak akan pernah membakar membakar Al-Quran. 

    Di satu sisi, tidak jadinya Jones membakar Al-Quran merupakan berita yang sangat melegakan, bukan saja bagi umat beragama (khususnya umat Muslim), namun sepatutnya juga bagi umat manusia secara keseluruhan karena jika rencana keji itu jadi dilakukan Jones, maka akan memicu reaksi dan gerakan keagamaan yang sangat negatif dari umat Muslim. Namun di sisi lain, alasan Jones tidak jadi membakar Al-Quran menimbulkan pertanyaan: karena ia mengaku Tuhan telah memerintahkannya untuk tidak melanjutkan tindakannya tersebut, maka siapa yang pertama kali (telah) memerintahkannya untuk membakar Al-Quran? Apakah Tuhan juga? Jika ya, apakah ia adalah Tuhan yang sama yang juga telah memerintahkannya untuk tidak membakar Al-Quran? Jika ya, maka sangat bisa dikatakan bahwa Tuhan yang disembah Jones adalah sosok keji yang tidak peduli terhadap "perasaan" manusia. Ia (Tuhan) adalah monster yang dengan seenaknya memerintah manusia melakukan tindak kejahatan. Namun, jika bukan Tuhan yang sama, apakah ia adalah Tuhan yang lain? Ataukah, Jones mendengar suara dari "batin"-nya sendiri? Sayangnya, semua pertanyaan tersebut tidak dapat ditemukan jawabannya dari berita di atas. 

    Di berita yang sama juga dikatakan bahwa Jones menggemari film besutan Mel Gibson, Braveheart. Film Braveheart mengedepankan tema perang pembebasan Skotlandia dari penjajahan Inggris, dan menurut berita, hal tersebut menginspirasi Jones sehingga membuat seri video yang bernafaskan anti-Islam. Mel Gibson sendiri adalah seorang Katolik taat anti-Yahudi sedangkan Jones seorang Kristen Protestan anti-Islam dan dunia Arab.

    Pertanyaan apa atau siapakah yang telah memerintahkan seorang Terry Jones  membakar Al-Quran dan benarkah Tuhan telah memerintahkannya menghentikan rencana pembakaran Al-Quran tersebut sulit dijawab karena bersifat sangat subjektif. Artinya, "perintah Tuhan" itu hanya diterima oleh Jones. Oleh karena itu, satu-satunya hal yang bisa dilihat kaitannya adalah kegemaran Jones terhadap film Braveheart yang disutradarai oleh Mel Gibson dan kesejajaran antara figur Jones dan Gibson. Sepertinya Jones menganggap Amerika Serikat sedang berada di bawah penjajahan fundamentalisme Islam dan peradaban Arabnya (bandingkan dengan semangat Skotlandia yang berusaha membebaskan diri dari penjajahan Inggris seperti digambarkan dalam Braveheart). Namun perbedaan mencoloknya adalah: Jones berencana membakar Al-Quran sedangkan dalam Braveheart tidak pembakaran buku apapun. 

    Yang jelas, Terry Jones bukanlah figur pemimpin yang berjuang dengan semangat cerdas dan bermartabat melainkan figur yang mengedepankan kebodohan dan tidak manusiawi karena melakukan tindakan yang telah membuat begitu banyak pihak gerah dan resah. Ia adalah  contoh orang yang hidup di zaman modern dan beradab (penduduk AS seringkali dengan bangga menggadang-gadang sebagai bangsa yang maju dan beradab) namun sesungguhnya malah berlaku primitif dan barbar karena tindakannya telah membuat cemas sesamanya. Selain itu, orang-orang beragama selalu dengan angkuh menyatakan bahwa agama hanya dan selalu mengajarkan moral. Jika ya, coba tengok kembali pada apa yang telah dilakukan Jones.

    Manusia Berbulu Panjang di Tiang Listrik

    Setelah melihat tiang listrik berbentuk salib yang ditutupi dedaunan sehingga tampak seperti gambaran Yesus Kristus di kayu salib, seorang lelaki AS percaya itu merupakan sebuah tanda. Tanda yang dilihatnya itu ditafsirkannya seolah-olah Yesus hendak mengatakan sesuatu kepada manusia bahwa ia melihat manusia dan akan menjawab doa-doa manusia. Ini merupakan salah satu contoh pareidolia yang dialami manusia ketika seseorang melihat sebuah objek dan menyejajarkan objek tersebut dengan gambaran relijius tertentu kemudian menilai objek yang dilihatnya tadi memiliki makna tertentu berkaitan dengan gambaran relijius yang dikenalnya. Pareidolia hanya akan dialami oleh orang yang sebelumnya telah memiliki pengalaman atau gambaran mengenai objek tertentu. 

    Unsur unik dari pareidolia adalah bahwa orang yang mengalaminya menafsirkan objek yang dilihatnya tadi dalam kaitannya dengan pengalaman atau gambaran relijius yang dikenalnya. Tidak berhenti sampai di situ, orang tersebut memberikan penilaian alias memaknai objek tersebut, entah sebagai tanda, isyarat, ataupun peringatan mengenai hal tertentu yang sejajar dengan pengalaman hidupnya ataupun keadaan yang terjadi di sekitarnya. Dengan demikian, pareidolia merupakan sesuatu yang sangat subjektif karena objek yang dilihat disejajarkan  dengan gambaran atau pengalaman tertentu yang sudah dimiliki sebelumnya kemudian objek yang sama dimaknai menurut pengalaman orang seseorang. 

    Kembali pada objek tiang listrik yang dipenuhi dedaunan sehingga dilihat seperti sosok Yesus Kristus di kayu salib di atas, maka yang terlihat lebih seperti sesosok manusia berbulu panjang yang tergantung di tiang listrik. Karena terlihat adanya kabel dengan sangat jelas, maka manusia berbulu panjang tersebut bukan seperti berada dalam posisi disalibkan melainkan seperti telah tersengat aliran listrik yang tinggi sehingga tewas tergantung di tiang listrik. Jadi, bukannya seperti melihat sosok Yesus Kristus di kayu salib melainkan manusia berbulu panjang yang tewas mengenaskan akibat tersengat aliran listrik dan tetap tergantung di tiang listrik tersebut.

    Selasa, 14 September 2010

    Mereka Dianggap Apa?


    • orang-orang yang mengaku beragama, bertuhan, dan bermoral baik, namun dengan tega menyerang, merusak, melakukan tindak kekerasan, dan menyakiti, baik perasaan maupun fisik sesamanya, bahkan melenyapkan nyawa sesamanya yang beragama lain?
    • orang-orang yang percaya pada keberadaan sesuatu yang tidak dilihatnya bahkan menyembah sosok tersebut?
      • orang-orang yang mengaku telah mendengar sesuatu di telinga/kepalanya dan menganggapnya sebagai suara Tuhan?
      • orang-orang yang mati-matian bahkan rela mati membela keyakinannya demi memperoleh sebuah tempat di "dunia seberang/lain" sekalipun tempat tersebut tidak diketahui keberadaannya?

      Jika demikian, bisa dianggap mengidap apakah orang-orang yang termasuk ke dalam empat poin di atas?

      Banyak orang memberlakukan standar ganda setiap kali berkaitan dengan keyakinan, kepercayaan, dan sesuatu yang disukainya apalagi jika ketiga hal tersebut telah mendarah daging sekian lama dalam dirinya.

      "Bukti"

      Seorang pemuda dan kelima temannya mengaku telah melihat sesosok yang dikenal dengan nama kuntilanak di sebuah tempat yang diyakini angker dan ada penunggunya. Di bawah  ada sekian keterangan yang bisa dianggap banyak orang sebagai "bukti" bahwa penglihatannya tersebut sungguh-sungguh terjadi alias ia dan kelima temannya tidak melakukan kebohongan:
      1. Areal tersebut sudah diyakini angker dan ada penunggunya.
      2. Sepi (pemukiman penduduk agak ke dalam).
      3. Dekat dengan kuburan.
      4. Malam Jumat.
      5. Terjadi subuh (sekitar pukul. 04.00).
      6. Dilihat dari jarak yang sangat dekat yakni 10 meter.
      7. Disaksikan lebih dari 2 orang.
      8. Sama persis dengan gambaran cerita banyak orang sebelumnya.
      9. Pernah diceritakan oleh para orangtua sebagai tempat yang angker dan ada penunggunya.
      10. Pertanda akan ada korban jiwa dan terbukti besoknya terjadi kecelakaan di tempat itu.
      11. Tiga minggu tidak berani ke tempat itu lagi.

      Ke-11 poin di atas merupakan ciri umum yang biasa orang baca atau dengar setiap kali seseorang/sekelompok orang mengaku telah melihat penampakan "makhluk halus" atau peristiwa misterius. Bagi beberapa orang atau banyak orang semua poin di atas dengan mudah membentuk gambaran awal seseorang mengenai hal-hal yang serba misterius sehingga mengaitkannya dengan penampakan "makhluk halus." Sejauh ini belum ada berita/cerita mengenai sekelompok orang yang melihat hantu pada siang hari "bolong" di tengah keramaian jalan atau pasar karena hal tersebut bisa dianggap sebagai lelucon yang sengaja dibuat oleh orang-orang itu. Atau, mereka akan dianggap hanya mencari perhatian banyak orang dengan membuat cerita picisan. Namun, hal serupa tidak akan terjadi jika diceritakan bahwa peristiwa tersebut terjadi di kegelapan malam yang sunyi. Tentu, cerita yang kedua memberikan efek dramatis yang sangat pas khususnya bagi mereka yang sangat demen dengan cerita-cerita misterius.
      Hal yang harus diperhatikan bahwa peristiwa tersebut disaksikan lebih dari dua orang, dan semua orang yang menyaksikannya adalah teman. Ini artinya sangat mungkin peristiwa yang sebetulnya hanya disaksikan oleh satu orang, namun karena yang menyaksikan memiliki kedekatan psikologis, entah teman, keluarga, ataupun pasangan, maka orang yang menyaksikan secara tidak disadari mempengaruhi orang-orang yang memiliki kedekatan dengannya. Demikian pula halnya dengan orang-orang lain tersebut, karena mereka memiliki kedekatan psikologis dengan orang yang menyaksikan peristiwa tersebut maka mereka tanpa disadari segera atau mudah percaya dengan pengakuan yang dikatakan oleh orang itu. Ini adalah pola yang sangat mudah terbaca, khususnya berkaitan dengan pengakuan orang mengenai hal-hal tertentu, termasuk pengakuan dalam dunia kejahatan (pengadilan). Maksudnya, ketika mengambil keputusan untuk percaya atau tidak percaya, mendukung atau tidak mendukung orang tertentu bukannya menggunakan akal sehatnya dengan berdasar pada bukti-bukti yang jelas dan kuat melainkan mendasarkannya pada emosi, seberapa dekat, intim, atau jauh hubungan yang dimilikinya dengan orang tersebut. Ini merupakan hal yang sangat salah dan sesat.

      Hal berikut yang harus diperhatikan bahwa setiap orang memiliki asumsi yang berasal dan/atau dibentuk dari berbagai hal yang sudah diterimanya, misalnya berupa cerita dan/atau ingatan. Cerita dan/atau ingatan ini bisa berasal dari otoritas tertentu, misalnya: orangtua, pemuka dalam masyarakat, atau guru/dosen yang dianggap ahli dalam bidangnya. Selain itu, cerita dan/atau ingatan bisa dibentuk oleh opini publik. Artinya, karena banyak orang mengaku sudah mengalaminya langsung maka hal tersebut dianggap sebagai kebenaran. Kedua hal tersebut - otoritas dan opini publik - disadari ataupun tidak disadari seringkali digunakan banyak orang untuk menyimpulkan bahwa sesuatu itu sungguh-sungguh terjadi dan benar adanya. Penggunaan otoritas yang didukung oleh opini publik seringkali mengecoh bahkan menyesatkan banyak orang dalam banyak hal, termasuk hal-hal yang misterius. Oleh karena otoritas dan opini publik yang digunakan dengan menggantikan akal sehat seseorang, maka pikiran banyak orang pun dibentuk oleh pandangan-pandangan orang lain tanpa terlebih dahulu menguji apakah pandangan-pandangan (termasuk keyakinan) itu benar atau salah. Maka dari itu tidak perlu kaget jika banyak orang yakin dan percaya pada keberadaan hantu karena hal itu diturunkan dari orangtua dan/atau mendengar cerita banyak orang mengenai hal itu sehingga di kepalanya pun muncul "gambaran" mengenai hantu yang dimaksud. Kedua hal ini pun salah dan sesat karena telah menggunakan otoritas dan opini publik sebagai ukuran untuk menilai kebenaran suatu hal.

      Cerita kuntilanak seperti dalam berita di atas pun diakhiri oleh kenyataan bahwa peristiwa itu menjadi pertanda terjadinya kecelakaan. Padahal seperti telah diungkapkan dalam berita yang sama, tanpa "kehadiran" kuntilanak pun tempat tersebut tergolong rawan kecelakaan akibat bentuk jalan yang menikung tajam, dan mungkin diperparah oleh minimnya rambu lalu-lintas atau lampu jalan yang bisa membantu para pengendara sehingga resiko kecelakaan pun bisa ditekan. Jika setiap kecelakaan, entah kecil ataupun besar, yang terjadi di tempat itu dikaitkan dengan penampakan kuntilanak, maka bisa dibayangkan sudah berapa ratus kali kuntilanak yang sama memperlihatkan dirinya kepada orang banyak. Jika ini yang terjadi maka tentu cerita mengenai kuntilanak tersebut tidak pudar dimakan waktu karena kecelakaan selalu terjadi dan semakin banyak orang percaya bahwa kuntilanak tersebut sebagai sesuatu yang nyata bahkan mempengaruhi "nasib" manusia.

      Ke-11 poin di atas bisa dianggap sebagai "bukti" penampakan kuntilanak bagi mereka yang sudah percaya bahwa kuntilanak atau segala macam dan nama "makhluk halus" itu ada. Keberadaan mereka ("makhluk halus") itu diturunkan dari para orangtua yang dipertegas oleh opini publik. "Oleh karena nenek saya mengatakannya dan banyak orang lain sudah menyaksikannya serta teman-teman saya pun mempercayainya maka kuntilanak itu memang ada." Jika demikian yang terjadi, sia-sialah otak manusia karena tidak berfungsi secara maksimal akibat hanya percaya pada orang lain dan bukan dipergunakan sebagai daya nalar untuk menguji banyak hal yang terjadi di sekitar.