Minggu, 28 Februari 2010

Populer = Benar?

Pandangan umum mengatakan bahwa jika banyak orang mengatakan sesuatu berarti hal tersebut benar adanya. Sesuatu yang populer berarti benar walaupun tidak didukung oleh berbagai fakta, bukti, dan argumen yang kuat. Sebagai contoh, banyak orang mengklaim telah melihat UFO, oleh karena itu, UFO memang ada. Banyak orang sesaat sebelum mati mengatakan melihat malaikat, oleh karena itu, malaikat memang benar ada. Banyak orang yang memiliki pengalaman out-of-body mengklaim telah bertemu sesosok yang disebut malaikat, dan tidak sedikit yang mengklaim telah melihat suatu tempat yang penuh cahaya yang kemudian ditafsirkan sebagai surga. Oleh karena itu, malaikat dan surga itu memang benar ada. Banyak orang mengatakan mengklaim telah melihat makhluk halus yang disebut, entah hantu, setan, atau apapun namanya, oleh karena itu, makhluk-makhluk tersebut memang benar ada. Banyak orang mengklaim dapat berkomunikasi dengan roh-roh orang yang telah mati, oleh karena itu, roh-roh itu memang benar ada. Banyak orang mengatakan bahwa mimpinya terjadi di dunia nyata berarti mimpi adalah sesuatu yang nyata dan berkaitan dengan dunia nyata.

Sebagian besar orang mengatakan bahwa "jumlah menentukan kebenaran suatu hal". Artinya, semakin banyak orang yang mengatakan atau mengklaim telah melihat atau mengalami sesuatu berarti hal itu benar adanya. Ketika banyak orang mengatakan telah melihat hantu artinya hantu itu memang benar. Ketika banyak orang mengatakan telah melihat malaikat dan pergi ke surga berarti malaikat dan surga itu memang benar ada. Ketika banyak orang mengatakan bahwa mimpinya berkaitan dengan dunia nyata berarti mimpi itu sesuatu yang nyata dan dapat terjadi di dunia nyata. Sebagian besar orang memegang keyakinan bahwa sesuatu yang populer berarti benar adanya. Sesuatu yang banyak diklaim orang menentukan kebenaran hal tersebut.

Apakah demikian? Apakah sesuatu yang populer serta-merta benar adanya? Apakah sesuatu yang banyak diklaim orang menjadi sesuatu yang benar? Apakah jika banyak orang mengatakan atau mengklaim suatu hal maka hal tersebut benar?

Saya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mempertanyakan klaim-klaim tersebut. Apakah pikiran manusia tidak bisa salah? Apakah pikiran manusia tidak mudah mengalami apa yang dinamakan dengan self-deception? Apakah manusia tidak cenderung mudah mengalami delusinasi? Bukankah manusia mungkin mengalami apa yang disebut dengan halusinasi? Bukankah manusia perlu senantiasa memeriksa pikirannya sehingga memperoleh pemandangan dan pikiran yang lebih jernih dan cermat?

Jika banyak orang memang mengklaim bahwa malaikat dan surga itu ada, apakah dasarnya? Adakah bukti-bukti yang konkret? Jika banyak orang memang mengklaim pernah melihat hantu atau bisa berkomunikasi dengan roh orang yang telah meninggal, apakah klaim tersebut didasarkan pada sesuatu yang nyata? Apakah klaim tersebut telah diuji oleh ilmu pengetahuan dan didasarkan pada akal sehat manusia? Jika banyak orang memang mengklaim bahwa mimpi mereka dapat terwujud dalam dunia nyata, apakah hal tersebut didukung oleh berbagai bukti dan argumen yang relevan dan kuat?

Banyak orang mendukung pernyataan atau klaim mereka dengan mengatakan bahwa pengalaman mereka itu juga dialami oleh banyak orang lainnya, pada waktu dan tempat yang berbeda. Apakah penjelasan tersebut cukup kuat dan masuk akal? Penjelasan seperti itu tidak cukup kuat walaupun masuk akal. Tidak cukup kuat karena sangat mungkin beberapa atau bahkan banyak orang mengalami kejadian yang serupa atau sama persis hanyalah kebetulan yang tidak dapat diduga. Harus selalu diingat dan ditekankan bahwa "kebetulan" dalam hidup manusia menjadi salah satu aspek yang juga harus diperhatikan ketika menganalisis berbagai pengalaman atau klaim seseorang. Semua pengalaman orang sangat bersifat subjektif. Artinya, dipengaruhi oleh perkembangan psikologis dan sosiologis orang yang mengalami hal tersebut. Tentu, pengaruh psikologis dan sosiologis yang serupa sangat mungkin dialami oleh orang lain yang berada di tempat lain pada waktu yang berbeda ataupun sama. Namun, ini tetap tidak membuktikan bahwa klaim yang dinyatakan banyak orang sebagai sesuatu yang benar.

Setiap kali orang mengatakan atau mengklaim sesuatu yang "tidak biasa", seperti malaikat, surga-neraka, hantu, atau UFO maka orang yang menyatakan hal tersebut haruslah bisa mendukung klaimnya tersebut dengan berbagai bukti dan argumen yang relevan, kuat, dan masuk akal. Pernyataan-pernyataan seperti: "saya melihatnya sendiri dan banyak orang juga melihatnya" atau "saya mengalaminya dan dialami banyak orang lainnya" atau bahkan "saya mendengar orang banyak mengatakannya" bukanlah bukti yang relevan. Mengapa demikian? Karena otak manusia sangat mampu memberikan gambaran-gambaran tertentu yang tidak nyata akibat gangguan yang dialami, entah oleh jaringan syaraf otak, pengalaman kuat tertentu (menyenangkan, menyedihkan, ataupun menyakitkan), maupun dorongan yang begitu kuat untuk melihat atau mengalami atau mempercayai hal-hal tertentu.

Oleh karena itu, berpikir kritis dan bersikap skeptis sangatlah diperlukan ketika seseorang menganalisis sebuah masalah dan kenyataan yang terjadi dalam hidupnya. Dengan demikian, selain mengawasi emosi seseorang yang seringkali mengakibatkan penafsiran menjadi kabur, maka mengawasi pikiran seseorang juga menjadi sesuatu yang harus diperhatikan demi penafsiran yang jernih dan cermat. Jangan pernah menganggap remeh kemampuan otak manusia dalam menciptakan berbagai pikiran yang "hebat"!

Mengapa Beragam?

Jika orang-orang beragama dan mereka yang mempercayai adanya tuhan atau allah atau dewa atau sesuatu di luar atau di atas sana atau di dalam sini (hati/jiwa), sesuatu yang sungguh-sungguh nyata, hidup, dan konkret, namun mengapa di dunia ini ada begitu banyak agama atau aliran kepercayaan terhadap tuhan atau allah atau dewa? Jika tuhan atau allah atau dewa itu sungguh-sungguh ada, mengapa tidak hanya ada satu agama yang menaungi semua pemuji dan pemuja tuhan/allah/dewa? Mengapa ada beragam agama yang bukan hanya berbeda, tetapi bertolak belakang?

Mengapa ada golongan yang termasuk ke dalam agama Islam, ada yang memeluk agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, Kristen Kharismatik, Kristen Pentakosta, Kristen Ortodoks, ada yang mempercayai agama Buddha, Hindu, dan masih banyak lagi. Itu baru beberapa agama yang ada pada masa kini, belum ditambah dengan beragam agama kuno yang telah punah.

Jika setiap penganut agama mengklaim bahwa agamanya mengajarkan hanya kebaikan, namun mengapa terjadi banyak pertikaian bahkan peperangan yang diakibatkan oleh kepercayaan terhadap agama dan tuhannya itu? Jika orang-orang yang mengaku dan mendaku beragama Kristen dan hanya memuji serta memuja Yesus Kristus, mengapa ada begitu banyak aliran atau tradisi kekristenan di dunia ini? Mengapa ada Kristen Katolik? Mengapa ada Kristen Ortodoks Yunani, Siria, Rusia, dlsb? Mengapa ada Kristen Protestan? Mengapa ada Kristen Kharismatik? Mengapa ada Kristen Pentakosta? Mengapa ada Kristen Adventis? Mengapa ada Kristen Baptis, dst, dst? Mengapa ada begitu banyak tradisi yang berbeda?

Jika memang tuhan atau allah atau dewa itu memang sungguh-sungguh ada, entah di luar, di atas, maupun di dalam sini, mengapa semua orang yang memuji dan memujanya tidak berbakti/beribadah/berdoa kepadanya dengan cara yang sama? Mengapa ada begitu banyak cara berbakti/beribadah/berdoa kepada yang disebut tuhan atau allah atau dewa itu? Jika tuhan atau allah atau dewa itu memang ada, mengapa semua orang yang memuji dan memujanya tidak berbakti/beribadah/berdoa dalam gedung atau ruangan yang sama? Mengapa harus ada Mesjid, gereja, Katedral, Pura, Biara, Vihara, Kuil, dlsb? Jika tuhan atau allah atau dewa itu ada di mana-mana, mengapa mereka yang memuji dan memujanya harus mengarahkan, entah tubuh, kepala, mata, hati, maupun pikiran mereka pada tempat-tempat tertentu?

Jika ada beragam agama, tradisi, gedung/tempat beribadah, cara berbakti, dan berdoa, manakah yang benar? Apakah tolok ukurnya? Jika semuanya benar, mengapa ada begitu banyak agama, tradisi, gedung/tempat beribadah, cara berbakti, dan berdoa, yang semuanya berbeda bahkan bertolak belakang?

--- Ah, saya aja yang kurang kerjaan dengan banyak tanya. Cerewet!

Ah, Tidak Lagi!!!

Saya menerima kembali e-mail yang luar biasa lucu sekaligus memprihatinkan. Selamat membaca dan semoga memperoleh berkat setelah membacanya.


SPECIAL GROCERY LIST

Louise Redden, a poorly dressed lady with a look of defeat on her face, walked into a grocery store.

She approached the owner of the store in a most humble manner and asked if he would let her charge a few groceries.

She softly explained that her husband was very ill and unable to work, they had seven children and they needed food.

John Longhouse, the grocer, scoffed at her and requested that she leave his store at once.

Visualizing the family needs, she said: 'Please, sir! I will bring you the money just as soon as I can.'

John told her he could not give her credit, since she did not have a charge account at his store.

Standing beside the counter was a customer who overheard the conversation between the two. The customer walked forward and told the grocer that he would stand good for whatever she needed for her family. The grocer said in a very reluctant voice, 'Do you have a grocery list?'

Louise replied, 'Yes sir.' 'O.K' he said, 'put your grocery list on the scales and whatever your grocery list weighs, I will give you that amount in groceries..'

Louise hesitated a moment with a bowed head, then she reached into her purse and took out a piece of paper and scribbled something on it. She then laid the piece of paper on the scale carefully with her head still bowed.

The eyes of the grocer and the customer showed amazement when the scales went down and stayed down.

The grocer, staring at the scales, turned slowly to the customer and said begrudgingly, 'I can't believe it.'

The customer smiled and the grocer started putting the groceries on the other side of the scales. The scale did not balance so he continued to put more and more groceries on them until the scales would hold no more.

The grocer stood there in utter disgust. Finally, he grabbed the piece of paper from the scales and looked at it with greater amazement.

It was not a grocery list, it was a prayer, which said:

'Dear Lord, you know my needs and I am leaving this in your hands.'

The grocer gave her the groceries that he had gathered and stood in stunned silence.

Louise thanked him and left the store.... The other customer handed a fifty-dollar bill to the grocer and said; 'It was worth every penny of it. Only God Knows how much a prayer weighs..'

THE POWER: When you receive this, say a prayer. That's all you have to do.

Just stop right now, and say a prayer of thanks for your own good fortune. Then please send this to all your friends and relatives.

I believe if you will send this testimony out with prayer in faith, you will receive what you need God to do in you and your families' life .

So dear heart, trust God to heal the sick, provide food for the hungry, clothes and shelter for those that don't have as we do. Amen & Amen

Don't break this, please!
Prayer is one of the best free gifts we receive.

There is no cost but a lot of rewards.
May you always walk with Angels
God Bless!

I AM CLAIMING THIS FOR YOU
Three things will happen to you this coming week:

(1) You will find favor with someone you don't expect;

(2) You will be too relevant to be ignored;

(3) You will encounter God and you will never remain the same, Amen.

My prayer for you today:

The eyes beholding this message shall not behold evil, the hands that will send this message to others shall not labor in vain, the mouth saying Amen to this prayer shall laugh forever. Remain in God's love as you send this prayer to everybody on your list. Have a lovely journey of life! Trust in the Lord with all your heart and He will never fail you because He is Awesome!

If you truly need a blessing, continue reading this email:

Heavenly Father, most Gracious and Loving God, I pray to you that you abundantly bless my family and me. I know that you recognize, that a family is more than just a mother, father, sister, brother, husband and wife, but all who believe and trust in you. Father, I send up a prayer request for blessings for not only the person who sent this to me, but for me and all that I have forwarded this message on to. And that the power of joined prayer by those who believe and trust in you is more powerful than anything. I thank you in advance for your blessings.

Father God, deliver the person reading this right now from debt and debt burdens. Release your Godly wisdom that I may be a good steward over all that You have given me Father, for I know how wonderful and mighty you are and how if we just obey you and walk in your word and have the faith of a mustard seed that you will pour out blessings. I thank you now Lord for the recent blessings I have received and for the blessings yet to come because I know you are not done with me yet. In Jesus name, I pray, Amen

TAKE 60 SECONDS and send this on quickly and with in hours, you will have caused a multitude of people to pray to God for each other. Then sit back and watch the power of God work in your life for doing the thing that you know He loves. Remain Blessed!!!

Peace and Blessings...

Mission Impossible

Baru saja menyaksikan tayangan Discovery Channel yang berjudul "Riot Rampage". Tayangan tersebut menampilkan berbagai kerusuhan lokal yang terjadi di beberapa negara. Salah satu tayangan menampilkan perkelahian yang terjadi antara orang-orang Kristen Armenian dan orang-orang Kristen Ortodoks Yunani yang terjadi di sebuah bangunan yang diyakini oleh kedua golongan Kristen sebagai tempat di mana Yesus bangkit dari kematiannya. Tempat itu dinamakan Holy Sepulcher.

Dalam tayangan tersebut sangat jelas terlihat kedua golongan Kristen tersebut berkelahi akibat mengklaim bahwa golongan merekalah yang memiliki hak paling istimewa untuk menjaga Holy Sepulcher. Beberapa biarawan Kristen Armenian terlihat jelas memukul beberapa orang Kristen Ortodoks Yunani, begitu juga beberapa biarawan Kristen Ortodoks Yunani terlihat jelas dalam tayangan mendorong dan menendang beberapa orang Kristen Armenian.

Mengapa manusia begitu keji menyakiti sesamanya manusia? Apalagi yang terlibat adalah dua golongan yang sama-sama memuji dan memuja seorang figur yang sama, yakni Yesus. Mengapa mereka bertikai hanya demi klaim bahwa golongan merekalah yang berhak menjadi "penjaga" tempat tertentu? Mengapa kedua golongan itu bertikai padahal ajaran mereka berdasar pada sosok figur yang tidak berbeda, yang konon mengajarkan kasih sebagai hukum terutama? Mengapa kedua golongan Kristen tersebut bertikai demi sebuah "hak istimewa" tertentu? Apakah "hak istimewa" tersebut membuat golongan mereka menjadi golongan terpandang, nomor satu? Apakah "hak istimewa" tersebut membuat para penganutnya memperoleh kemudahan-kemudahan tertentu, baik di dunia maupun di luar dunia?

Pemandangan yang ditayangkan melalui Discovery Channel tersebut seharusnya membuat orang-orang beragama (dhi. Kristen) mengkoreksi dirinya; apakah mereka sudah sungguh-sungguh mengamalkan ajaran figur yang selama ini mereka puji dan puja? Apakah merupakan hal yang wajar atau normal jika seseorang atau beberapa kelompok bertikai dan menyakiti hanya demi mempertahankan klaim-klaim tertentu yang didasarkan pada tradisi kelompoknya masing-masing? Apakah isi ajaran agama yang didasarkan pada kitab suci belum atau tidak cukup menjadi pegangan kehidupan sehari-hari?

Harus diakui bahwa unsur-unsur agama, selain kitab suci, penganut, dan tempat ibadah, adalah juga tradisi. Agama dibangun atas berbagai tradisi yang dipercayai oleh para penganutnya. Namun, jika tradisi yang dipercaya tersebut mengakibatkan pertikaian dan saling menyakiti, bukankah berarti tradisi tersebut harus ditinjau ulang alias dikritisi? Meskipun tradisi tersebut berusia sangat tua, namun tidak berarti bahwa tradisi tersebut kebal dari kritikan. Apakah tradisi jatuh dari langit atau dari atas? Tentu tidak. Bukankah tradisi dibuat oleh manusia? Bukankah tradisi berkembang menurut kepercayaan orang-orang yang meyakininya? Ketika tradisi tersebut telah mengakibatkan salah seorang atau golongan lain merasa tidak memperoleh keadilan apalagi sampai mengakibatkan pertikaian dan kekerasan, bukankah berarti ada yang salah dalam tradisi tersebut? Lebih tepatnya, karena tradisi dibuat oleh manusia, maka ketika sebuah tradisi mengakibatkan kekerasan atau pertikaian, bukankah seharusnya pikiran orang-orang yang mempercayai tradisi tersebut dikritisi?

Jadi yang harus dikritisi, apakah agamanya atau tradisi-tradisi yang terdapat dalam agama ataukah pikiran orang-orang yang mempercayai tradisi-tradisi tersebut? Tentu semuanya bisa, bahkan harus dikritisi. Namun yang lebih mendasar tentu adalah mengkritisi pikiran manusia. Apakah hal tersebut bisa dilakukan? Saya sangat meragukannya. Mengapa demikian? Karena itulah hakikat segala hal yang terkait dengan agama; tidak bisa dikritisi. Dengan demikian, upaya mengkritik agama, berbagai tradisi, apalagi pikiran orang-orang yang memeluk dan mempercayai segala hal itu menjadi sesuatu yang tinggal angan-angan saja. Angan-angan yang akan lenyap ditiup angin fundamentalisme. Angan-angan yang merupakan mission impossible.

Sabtu, 27 Februari 2010

Surga Seorang Anak Kecil

Seorang anak kecil (berusia sekitar 7 tahun) bertanya kepada papanya:

Christy (bukan nama sebenarnya) : Papa, apa sih surga itu?

Papa : Tempat orang hidup setelah mati, sayang...

Christy : Di mana surga itu, papa?

Papa : Di atas, sayang... (sambil menunjuk dan melirik ke arah atas)

Christy : Di langit yah, papa? (menengadah seraya tersenyum)

Papa : (terdiam agak lama karena bingung...) Ehm...iya sayang...

Christy : Berarti opa, oma, dan tante kan sudah meninggal berarti mereka ada di langit yah, papa? Kalo gitu, entar kalo Christy udah gede, Christy mo jadi pilot ah...biar bisa terbang bawa pesawat ke langit, jadi bisa ketemu opa, oma, dan tante yah, papa! (berkata dengan semangat dan penuh harap)

Papa : Makanya Christy belajar yang pintar ya, sayang...biar pas Christy sudah besar bisa jadi pilot kan... (sambil mengangguk-anggukkan kepala).

Christy : Oke papa! (dengan ceria memeluk papanya).

Ah, seorang anak yang malang dan seorang papa yang tidak bijaksana....

WWJD?

What Would Jesus Do? Ini adalah salah satu "iklan" agama Kristen yang terkini dan banyak terdapat di gelang karet yang digunakan oleh banyak anak muda Kristen. Apa arti dari kalimat tersebut? Kalimat tersebut bertanya apakah yang akan dilakukan Yesus jika ia hidup pada masa kini (abad ke-21). Jadi, Yesus yang katanya hidup sekitar 2000 tahun lalu di dataran gersang Palestina kuno akan dihadapkan pada kenyataan hidup masa kini. Orang harus menyadari bahwa antara zaman Yesus dan zaman kini terbentang jurang yang begitu lebar dan dalam. Jurang itu adalah: perbedaan waktu (historis) dan budaya (antropologis dan sosiologis). Tidak bisa serta-merta Yesus yang hidup pada waktu dan zaman tertentu dicomot untuk ditancapkan pada waktu dan zaman kini. Tidak bisa Yesus yang kuno dicabut dan ditempatkan pada masa kini dengan kenyataan masa kini yang begitu kompleks, tidak seperti pada zaman Yesus. Jika demikian yang dilakukan, maka seseorang sesungguhnya sedang atau telah memperkosa Yesus! Orang yang melakukan hal tersebut sesungguhnya sedang atau telah melakukan kekerasan terhadap figur Yesus tersebut.

Namun, jika orang tetap memaksa menggunakan kalimat tersebut untuk mengandaikan Yesus hidup saat ini, maka . . .

W
hat Would Jesus Do?

* Yesus tidak akan sikat gigi
* Yesus tidak akan menggunakan deodoran
* Yesus tidak akan cukuran
* Yesus tidak akan ke dokter
* Yesus tidak akan naik pesawat terbang
* Yesus tidak akan sekolah apalagi sampai perguruan tinggi
* Yesus tidak akan menggunakan komputer atau laptop dengan fasilitas internet seperti yang saya gunakan saat ini
* Yesus akan senang ketika menonton TV dan membaca koran (media cetak) karena didominasi oleh hiburan yang membodohi para penikmatnya
* Yesus akan mudah stress karena kompleksitas kehidupan masa kini beserta orang-orangnya

Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan WWJD seharusnya disusul oleh pertanyaan . . .

Apakah Yesus . . .
*
menyukai seorang perempuan?
* menikah?
* memiliki nafsu seksual seperti manusia lainnya?
* memimpikan seseorang perempuan yang disukainya?
* marah terhadap seseorang dan/atau sesuatu?
* bersin? Dan jika bersin, apakah ia akan berkata, "Diberkatilah saya!" (Bless Me!) setelah bersin?
* mengutuk dan menggunakan kata-kata yang kasar seperti kebanyakan anak muda?
* menjadi seseorang yang malas?
* seorang yang kritis? banyak bertanya?
* seorang yang pendiam?

"Doa" Seorang Skeptik

"Datanglah sekarang padaku, kau yang disebut tuhan atau allah atau dewa atau sang khalik atau kekuatan tertinggi atau kuasa terkuat. Jika engkau memang berada di atas sana, seperti yang dikatakan banyak orang, kuminta turunlah sekarang juga. Jika engkau memang berada di luar sana, seperti diakui banyak orang, kuminta masuklah sekarang juga. Jika engkau ternyata berada di dalam sini, di dalam hatiku, diriku, hidupku, tetapi mengapa aku sama sekali tidak merasakan keberadaanmu di dalam hati, diri, dan hidupku, seperti yang diyakini banyak orang. Kalau begitu sebenarnya, di manakah keberadaanmu yang sesungguhnya; di atas sana atau di luar sana atau di dalam sini? 

Mengapa orang-orang yang berdoa dan mengaggungkan namamu tidak memiliki kata sepakat mengenai keberadaan dirimu yang sesungguhnya? Bagaimana aku bisa mempercayai keberadaanmu, jika di antara para pemujamu saja tidak ditemukan kesepakatan. Yang kuminta hanyalah kau menunjukkan keberadaanmu. Buatlah aku melihat atau mendengar atau merasakan keberadaanmu. Apakah permintaanku terlalu berat untuk dikabulkan olehmu? Kupikir tidak karena seperti kata banyak orang, engkau adalah kekuatan tertinggi, kuasa terkuat, dan mampu melakukan segala hal. Banyak orang mengamini bahwa engkaulah yang ajaib dan sangat mengherankan. Mereka yang memuji dan memujamu selalu berkata kepadaku, "Kamu harus bertobat agar selamat!" 

Mereka juga mengatakan bahwa keselamatan terjadi karena engkaulah yang rela mendatangi manusia. Keselamatan terjadi karena engkaulah yang sudi menghampiri manusia. Keselamatan terjadi karena engkau secara aktif mendatangi manusia. Jika engkau memang demikian, mengapa engkau belum juga mendatangiku? Jika engkau memang rela, mengapa belum juga menghampiriku untuk menyelamatkanku? Mereka yang memuji dan memujamu juga mengatakan bahwa engkau tidak pilih kasih. Engkau tidak pernah memilih orang. Tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, latar belakang ekonomi, sosial, pendidikan, dan agama. Jika engkau memang tidak pilih kasih, mengapa engkau tidak juga menghampiriku? 

Mereka yang memuji dan memujamu juga selalu berkata bahwa engkau selalu peduli terhadap semua orang. Jika memang engkau peduli terhadap semua orang, mengapa engkau tidak mendatangiku untuk menyelamatkanku? Apakah jangan-jangan engkau tidak terlalu kuat, berkuasa, mengherankan, aktif melainkan pemalas, melainkan pilih kasih dan tidak peduli. Apakah engkau memang demikian? Atau...???" 

Ah,  apa sih sebenarnya yang sedang kulakukan? Berbicara kepada siapakah aku? Apakah memang ada "sesuatu" di luar sana? Apakah memang ada "sesuatu" di atas sana? Ataukah, sebenarnya "sesuatu" itu sudah ada di dalam sini? Ah...ternyata aku tidak berbicara kepada siapa-siapa atau sesuatu pun, entah yang yang berada di luar sana, atas sana maupun di dalam sini. Ya, ternyata aku hanya berbicara kepada angin yang berdesir tokh....

Senin, 22 Februari 2010

Komat-Kamit

Beberapa anak terlihat komat-kamit seraya menutup matanya rapat-rapat, sedangkan anak-anak lainnya menutup wajah mereka dengan kedua telapak tangannya, sementara beberapa lainnya menundukkan kepala sembari menutup mata dan juga komat-kamit. Apakah yang sesungguhnya dilakukan anak-anak itu? Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Apakah mereka sedang sedih dan meratapi sesuatu? Apakah mereka tengah mengalami kekecewaan yang mendalam? Apakah mereka sedang menangis atau kesakitan? Ah, ternyata anak-anak itu sedang berdoa. Ternyata mereka tengah bercakap-cakap dengan tuhannya.

Di manakah pemandangan seperti itu terjadi? Dalam suatu kompetisi olahraga yang pesertanya didominasi oleh anak-anak berusia sekitar 6-13 tahun. Mengapa anak-anak itu melakukan "ritual" tersebut? Mengapa mereka berdoa sebelum bertanding? Apakah isi doa mereka sebelum bertarung melawan musuhnya? Kira-kira isi doa mereka seperti ini: "Ya tuhan berilah kekuatan untuk mengalahkan musuhku" atau "tuhan, tolong aku supaya bisa mengalahkan dia (musuh)" atau "tuhan, tolong kalahkan musuhku" atau "tuhan kalahkan dia biar aku bisa menang" atau "tuhan, aku ga mau kalah biar ga dimarahin papa, mama, dan pelatih" atau "tuhan jangan sampai dia (musuhku) yang menang, tapi akulah yang akan menang" atau "tuhan menangkanlah aku biar orangtua, pelatih, teman-teman, guru, dan sekolahku bangga samaku" atau "ya tuhan, tolong aku supaya menang biar dapat piala dan uang" atau "tuhan, semoga musuhku salah jalan supaya aku yang menang". Dan dapat dipastikan tidak ada seorang anak pun yang berdoa seperti ini: "tuhan, biarlah yang terbaik yang menang" atau "tuhan, aku ga mau menang" atau "tuhan, menangkanlah musuhku" atau "tuhan biarlah pertandingan ini berakhir seri biar ga ada yang sedih" atau "tuhan, kalahkanlah aku biar musuhku saja yang menang".

Jika demikian yang terjadi berarti setiap anak berdoa untuk kemenangan bagi dirinya. Setiap anak berdoa kepada tuhannya masing-masing. Ini berarti, selain terjadi pertandingan di dalam ruangan, di ruang lain atau di tempat lain atau di dimensi lain atau di langit atau di udara atau di atas atau entah di mana pun itu, tengah terjadi "pertandingan" lainnya. "Pertandingan" yang terjadi di antara tuhan-tuhan yang menjadi alamat atau tujuan doa anak-anak tadi. Pada saat itu tentulah tuhan sangat sibuk apalagi kalau satu tuhan dimintai tolong oleh lebih dari lima anak karena ia harus melayani semua permintaan anak-anak tersebut supaya mereka tidak kalah sehingga kecewa dan sedih. Sedangkan tuhan yang tidak memiliki banyak penggemar atau tuhan yang tidak populer atau tidak laku seperti tuhan lainnya hanya santai saja karena ia tidak dimintai tolong.

Setelah pertandingan berakhir tentu ada anak-anak yang menang, kalah, ataupun seri. Anak-anak yang menang dapat diduga kuat berpikir bahwa tuhan yang dimintai tolonglah yang lebih kuat daripada tuhan musuhnya. Ia menduga bahwa tuhannya telah mendengar, memperhatikan, dan menjawab doanya sehingga ia menang, sedangkan musuhnya tidak ditolong dan diperhatikan oleh tuhannya. Anak-anak yang menang beranggapan tuhan yang disembah musuhnya tidak bertelinga atau tuli sehingga ia kalah. Sementara anak-anak yang kalah kemungkinan besar menganggap tuhannya tidak mendengar, memperhatikan, dan menjawab doanya sehingga ia kalah. Anak-anak yang kalah beranggapan tuhannya tidak lebih kuat daripada tuhan yang dimiliki oleh musuhnya. Bagaimana ketika pertandingan berakhir seri? Hal tersebut bisa memunculkan anggapan bahwa tuhan yang dimintai tolong memiliki kekuatan yang sama. Atau, tuhan yang dimintai tolong ternyata tuhan yang sama sehingga tuhan menjadi bingung sehingga memutuskan untuk membuat pertandingan berakhir seri agar tidak ada anak yang kecewa dan sedih. Tuhan yang seperti ini adalah tuhan yang adil karena tidak rela membiarkan anak-anaknya jatuh dalam kekecewaan dan kesedihan. Tuhan yang membuat pertandingan berakhir seri adalah tuhan yang baik karena tidak membiarkan anak-anaknya kalah sehingga si anak terhindar dari objek kemarahan orangtua, pelatih, maupun gurunya akibat kalah bertanding. Tuhan yang seperti ini adalah tuhan yang bijaksana karena telah berlaku adil dengan tidak memenangkan salah satu anak dan mengalahkan anak lainnya, tetapi membuat kedua anak itu "menang" karena pertandingan berakhir seri. Atau juga, pertandingan berakhir seri karena dua tuhan yang dimintai tolong oleh dua anak yang sedang bertanding telah mencapai kata mufakat untuk sama-sama tidak mengalahkan. Kedua tuhan tersebut berhasil saling meyakinkan bahwa yang terbaik adalah untuk tidak saling mengalahkan sehingga pertandingan pun berakhir seri. Mungkin kedua tuhan itu telah berdiskusi dan membahas berbagai keuntungan dan kerugian jika salah satu anak menang dan yang lainnya kalah. Mungkin kedua tuhan itu berkesimpulan adalah lebih baik memenangkan kedua anak itu sehingga salah satu di antara kedua anak tidak sampai dimarahi oleh orangtua atau pelatih atau gurunya akibat kalah dalam pertandingan.

Setelah pertandingan berakhir, entah menang, kalah ataupun seri, anak-anak itu bersalaman kemudian langsung ngacir dan berperilaku layaknya anak-anak; bermain. Mereka lupa berterima kasih kepada tuhannya karena telah menolongnya sehingga menang (bagi mereka yang menang). Tentu, anak-anak yang kalah tidak perlu berdoa lagi karena orangtua atau pelatih atau guru mereka segera memarahinya akibat kalah. Sedangkan pertandingan yang berakhir seri juga dilupakan oleh anak-anak bahwa mereka telah ditolong oleh tuhannya sehingga mereka sama-sama "menang", tidak ada yang kalah. Tuhan menjadi dilupakan, atau lebih tepatnya terlupakan. Anak-anak yang menang bertanding dan seri lupa berterima kasih kepada tuhannya melalui doa. Tuhan menjadi tersisih dari pikiran atau ingatan mereka. Anak-anak yang menang tidak memikirkan bahwa tuhannya telah bersusah payah menolong mereka melalui "pertandingan" melawan tuhan lainnya. Anak-anak yang pertandingannya berakhir seri tidak memikirkan bahwa tuhannya telah berjibaku melakukan lobi dengan tuhan lainnya sehingga pertandingan tuhan-tuhan tersebut bisa sampai pada kesepakatan untuk mengakhiri pertandingan dengan seri.

Setelah pertandingan berakhir tidak diakhiri dengan komat-kamit sambil menutup wajah dengan telapak tangan atau menutup mata rapat-rapat seraya menundukkan kepala seperti sebelum pertandingan, melainkan diakhiri oleh senyuman dan anak-anak itu pun kembali bermain dengan ceria layaknya . . . ya, anak-anak. Bagaimana dengan para tuhan? Seperti biasa mereka tetap sibuk melayani permintaan banyak orang atau menanggapi curhat manusia.

Sabtu, 20 Februari 2010

Ketidakpedulian

Salah satu rintangan terbesar ketika orang hendak berpikir kritis adalah ketidakpedulian Ketidakpedulian mencirikan seseorang yang tahu bahwa dirinya tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang memadai mengenai hal tertentu, namun dengan sadar ia terus berada dalam keadaan seperti itu. Artinya, orang itu tidak peduli jika dirinya tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang cukup mengenai suatu hal. Harus diperhatikan di sini bahwa ketidakpedulian sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebodohan atau ketidakmampuan menggunakan pengetahuan atau informasi yang ada. Ketidakpedulian sama sekali tidak berkaitan dengan kemampuan akademis seseorang. Ada begitu banyak orang yang memiliki kemampuan akademis yang sangat baik dalam bidang tertentu, tetapi memiliki mereka dengan sadar memilih untuk tidak peduli terhadap hal tertentu padahal hal tersebut dimengerti sebagian besar orang. Ketidakpedulian tersebut berkaitan dengan pemahaman seseorang yang didasarkan pada kesadaran orang itu untuk tidak peduli dengan pengetahuan yang ada.

Jika seseorang memiliki ketidakpedulian mengenai sebuah topik atau masalah yang dibicarakan orang lain, tentu, ia tidak bisa menganalisis atau menilai topik atau masalah tersebut. Ketidakpedulian yang dimiliki seseorang merupakan salah satu rintangan/hambatan terbesar dalam upaya seseorang untuk melakukan analisis atau penilaian. Oleh karena itu, bagaimana mengatasi ketidakpedulian tersebut?

Langkah awal yang cukup mudah dilakukan dan efisien adalah mengambil kemudian membuka kamus yang baik. Saya mengatakan "kamus yang baik" untuk membedakannya dengan "kamus yang kurang/tidak baik". Dalam konteks ini, ukuran "kamus yang baik" adalah kamus yang bukan hanya menyediakan sinonim terhadap sebuah kata melainkan akar dan asal kata serta bagaimana sebuah kata digunakan dalam berbagai konteks kalimat yang berbeda. Sebuah "kamus yang baik" tidak hanya menyajikan berbagai pengertian/definisi terhadap sebuah kata, tetapi juga memberikan contoh (-contoh) penggunaan kata dalam beberapa kalimat yang berbeda.

Mungkin orang akan menganggap bahwa langkah di atas sangat sederhana sehingga tidak mempedulikannya. Namun, sesungguhnya itulah yang hal sangat mendasar dan penting. Sangat sederhana, tetapi begitu bermanfaat. Tanpa adanya pengetahuan dasar mengenai hal tertentu yang diterima oleh/dalam komunitas (bidang) tertentu, maka analisis dan penilaian menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan seseorang. Tanpa adanya dasar pengetahuan yang memadai mengenai suatu hal seseorang tidak dapat mengatakan, apakah hal tersebut cukup jelas atau relevan dengan topik pembahasan atau masuk akal. Pendek kata, seseorang yang hendak berpikir kritis atau melakukan penilaian yang cermat harus terlebih dulu dibekali oleh pengetahuan dasar mengenai hal yang akan dinilai atau dikritisinya.

Berpikir kritis membutuhkan kemampuan membaca dan menganalisis yang memadai. Seseorang yang berpikir kritis harus selalu mau menguji berbagai informasi yang telah dimilikinya dengan informasi-informasi yang lebih baru. Dengan demikian, ia menjadi seseorang yang selalu memperbarui pikirannya dengan berbagai informasi terkini, baik dari media cetak (berbagai buku, koran, majalah) maupun media elektronik (elektronik). Seseorang yang berpikir kritis adalah orang yang tidak enggan bekerja keras. Ia adalah seseorang yang selalu memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar yang memadai sebelum melakukan analisis dan penilaian terhadap suatu hal. Oleh karena sangat tidak mungkin melakukan penelitian seorang diri akibat keterbatasan waktu dan tenaga, maka seorang yang berpikir kritis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan dan menilai berbagai argumen yang berasal dari para ahli di bidangnya.

Jika seseorang hendak menganalisis dan menilai bahkan mengkritisi agama, namun tidak mengetahui konsep-konsep dasar dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai agama, maka apa yang dilakukannya menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Jika seseorang hendak menganalisis dan menilai bahkan mengkritisi apa dan bagaimana berpikir kritis, tetapi tidak mengetahui konsep-konsep dasar dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai apa dan bagaimana berpikir kritis itu, maka sesungguhnya ia sedang akan melakukan mission impossible. Dengan demikian, atasilah ketidakpedulian terhadap suatu hal dengan cara mencari tahu bagaimana konsep-konsep dasar dalam subjek itu bekerja sebelum melakukan analisis dan penilaian terhadap subjek yang dimaksud.

Carpe Diem!

Ada frasa dalam bahasa Latin yang cukup sering saya dengar dan bagi saya memiliki makna yang cukup mendalam. Dua kata itu adalah Carpe Diem yang harfiahnya berarti "rebutlah hari", "raihlah hari", "rengkuhlah hari". Ternyata frasa bahasa Latin itu menjadi salah satu kata-kata favorit yang sering dijadikan tato di tubuh, salah satunya, di tubuh Colin Farel (aktor asal Irlandia yang memerankan Aleksander Agung dalam film Alexander).

Carpe Diem berasal dari seorang pujangga Romawi bernama Horace yang hidup di zaman Kaisar Augustus (sekitar abad 7 SZB). Lengkapnya frasa yang berasal dari Horace itu adalah carpe diem quam minimum credula postero. Segera setelah mengetahui konteks carpe diem saya semakin menemukan makna yang mendalam dalam dua kata Latin tersebut. Sebelum saya memberikan makna terhadap carpe diem melalui penafsiran terhadap dua kata tersebut dalam konteks saya masa kini, mari kita perhatikan konteks awal (masa lalu) dua kata tersebut:


"Jangan tanyakan pada para dewa mengenai apa yang akan dilakukan para dewa di akhir nanti, Leuconoe. Jangan juga bermain dengan ramalan Babilonia. Lebih baik menjalani dan bertahan pada apa yang sedang terjadi. Apakah [dewa] Jupiter telah memberikan kepadamu musim dingin ataupun musim yang sedang kau alami sekarang . . . bijaksanalah, tetaplah bekerja, dan bentangkanlah harapanmu pada masa sekarang. Sementara kita berbicara, cemburulah pada waktu yang baru saja berlalu. Rebutlah hari [ini], sedikitlah percaya pada kemungkinan yang akan terjadi [di hari esok]" -- carpe diem quam minimum credula postero.

Berikut adalah pemaknaan saya terhadap carpe diem:

Tidak ada seorang pun yang yang dapat mengetahui secara tepat apa yang akan terjadi pada hari esok, termasuk orang yang beragama atau bertuhan atau berdewa. (Sejauh yang bisa dikatakan oleh mereka yang beragama atau bertuhan atau berdewa hanyalah "tuhan/allah/dewa akan menyertai mereka esok" atau "biarlah tuhan/allah/dewa yang menentukan".) Namun hal tersebut tidak berarti bahwa seseorang yang beragama atau bertuhan atau berdewa itu mengetahui apa yang akan terjadi esok. Dengan demikian, tidak ada satu makhluk hidup pun yang mampu mengetahui apa yang akan terjadi esok hari. Tidak seorang manusia pun!

Carpe diem
. Hari ini. Saat ini. Bukan esok. Bukan hari setelah esok. Hari inilah orang harus membuat sesuatu yang konkret dalam hidupnya. Saat inilah orang harus bertindak nyata dalam hidupnya. Hari inilah orang sepatutnya berpikir cermat. Saat inilah orang seyogyianya berpikir kritis. Sekarang jugalah orang seharusnya banyak bertanya mengenai segala hal yang ada di sekitar dan dalam hidupnya. Hari inilah. Saat ini. Sekaranglah waktunya. Tidak ada waktu yang lebih tepat dibandingkan waktu sekarang. Bukan hari esok. Bukan juga hari setelah esok.

Jalanilah setiap hari seperti hari itu merupakan hari terakhir dalam kehidupan kita. Bekerja keraslah setiap hari seperti kita hendak menghembuskan nafas terakhir. Maknailah setiap hari seperti kita mengetahui jika hari itu merupakan hari terakhir kita hidup. Tidak perlu berpikir tentang kehidupan setelah kematian kita. Tidaklah perlu memikirkan kehidupan setelah kehidupan di bumi ini.

Berpikirlah realistis. Hidup sesungguhnya adalah hidup yang dijalani setiap hari dengan penuh makna. Oleh karena itu, maknailah hidup yang sekarang. Hidup di masa kini. Kehidupan hari ini. Makna hidup saat ini tidak dapat dibawa ke dalam alam maut. Makna hidup masa kini tidak relevan dengan "kehidupan" setelah kematian. Memikirkan, mempertimbangkan, dan menilai "kehidupan" setelah kematian atau alam maut adalah sesuatu yang tiada guna. "Kehidupan" dan "kematian" setelah kehidupan di bumi adalah hal-hal yang tidak bermakna. Surga dan neraka hanyalah pikiran yang mengawang-awang, tidak berdasar, dan kekanak-kanakan.

Rebutlah hari ini! Raihlah saat ini! Carpe diem!

Jumat, 19 Februari 2010

Unsur Kedelapan: Memahami Sudut Pandang

Secara harfiah sudut pandang artinya "tempat" dari mana seseorang memandang hal atau objek tertentu. Itu termasuk objek apa yang dipandang dan bagaimana objek itu dipandang. Selain selalu berusaha memahami sudut pandang orang lain, seseorang juga harus senantiasa sepenuhnya menyadari bahwa sudut pandang yang dimilikinya memiliki keterbatasan. Dengan demikian, orang tersebut selalu bersedia mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang bisa diajukan untuk menguji sudut pandang, baik sudut pandang orang lain maupun diri sendiri:

* Bagaimana saya memandang situasi atau masalah tersebut? Apakah ada cara lain yang harus dipertimbangkan dalam memandang situasi atau masalah tersebut?
* Hal apakah yang seharusnya difokuskan? Dan bagaimana saya memandang hal tersebut?
* Apakah pandangan saya merupakan satu-satunya pandangan yang masuk akal? Hal apakah yang terlewat dari sudut pandang saya?
* Apakah saya/ia/anda pernah bagaimana pandangan orang-orang tertentu (suku bangsa) memandang hal tersebut?
* Sudut pandang manakah yang paling masuk akal dan relevan dengan situasi atau topik permasalahan?
* Apakah saya/ia/anda sulit memandang/memahami situasi atau masalah tersebut dari sudut pandang lain, khususnya sudut pandang yang bertolak belakang dengan sudut pandang tertentu?
* Apakah sudut pandang penulis buku/cerita/berita/ulasan tersebut?
* Apakah saya sudah mempertimbangkan sudut pandang lainnya, bukan hanya sudut pandang yang saya miliki?

Beberapa hal yang harus selalu ditekankan dan diingat dalam unsur kedelapan ini adalah bahwa:

* Seseorang yang berpikir kritis harus selalu berupaya memahami, memperjelas, dan mempertajam sudut pandang yang dimilikinya.
* Seseorang yang berpikir kritis harus selalu bersedia memperhatikan, mempertimbangkan, dan menilai sudut pandang lainnya sekaligus menemukan berbagai kekuatan dan kelemahan sudut pandang tersebut.
* Seseorang yang berpikir kritis harus berusaha selalu berpikir terbuka dengan mengevaluasi semua sudut pandang yang berkaitan dengan hal tertentu.

Unsur kedelapan ini menjadi penutup dari seluruh rangkaian tulisan mengenai unsur-unsur berpikir kritis. Sekali lagi, berpikir kritis membutuhkan waktu, kerja keras, ketekunan, dan kesabaran. Berpikir kritis tidak terjadi dalam sekejap melainkan bertahun-bertahun. Namun demikian, hasil dari upaya mempelajari berpikir kritis tidaklah sia-sia karena akan membuat seseorang selalu sadar bahwa ia adalah makhluk hidup yang mampu berpikir secara kreatif. Sesungguhnya, berpikir kritis merupakan hal yang sangat baik jika diterapkan dalam hidup manusia.

Saya Sungguh-sungguh Akan Kaya!

Ya, saya merasa sangat yakin karena sebentar lagi saya pasti akan kaya karena dalam satu hari saya menerima e-mail yang menyatakan bahwa saya akan kaya hanya dengan meneruskan e-mail tersebut. Bukan hanya itu, bahkan semua hutang saya akan segera lunas karena akan dibayarkan oleh tuhan/allah/dewa/malaikat/apapun itu! Ooohh...tuhan yang bekerja melalui e-mail yang diteruskan itu sungguh-sungguh "heran", ajaib, mengejutkan, menggembirakan, dan menakjubkan! Semoga orang-orang yang meneruskan e-mail tersebut akan segera kaya walaupun tetap bodoh, bahkan bertambah bodoh. ("Tidak apa-apa bodoh, kan yang terpenting punya banyak uang...")

Inilah e-mail yang akan membuat saya, bahkan banyak orang di dunia menjadi kaya!


Prayer for Finances (it works) I claimed it for you - now claim it for me.
God has more than a thousand ways to provide for us, that we know nothing about.
Here is your financial blessing!
It's a simple prayer, you got 30 Seconds?
Don't sleep on this...Someone recently read this for the first time and received exactly enough for a $0 balance on all credit cards.
If you need a financial blessing,
Continue reading this e-mail.
Heavenly Father, most Gracious and Loving God, I pray to you that you Abundantly bless my family and me.
I know that you recognize, that a Family is more than just a mother, father, sister, brother, cousin,
Husband and wife, but all who believe and trust in You.
Dear GOD, I send up a prayer request for financial blessing for not only the Person who sent this to me, but for me and all that I have
Forwarded This message to.
And that the power of joined prayer by those who believe and trust in you is more powerful than anything!
I thank you in Advance for your blessings.
God, deliver the person reading this right now from debt and debt burdens.
Release your Godly wisdom that I may be a good steward over all that you have given me GOD, for I know how wonderful and mighty you are and how if we just obey you and walk
in your word and have the faith of a mustard seed that you will pour out blessings.
I thank you now Lord for the recent blessings I have received and for the blessings yet to come, because I know you are not done with me yet.
In Jesus name Amen....
TAKE 60 SECONDS and send this on quickly and within hours, you will have caused a multitude of people to pray to God for each other. Then sit back and watch the power of God work in your life for doing the thing that you know He loves. Peace and Blessings... .
Have Faith

Malaikat Pembawa Keberuntungan

Saya menerima e-mail berantai yang isinya membuat saya merasa sangat "diberkati". Mengapa saya merasa sangat diberkati? Karena saya akan menerima uang segera setelah saya mengirimkan "malaikat" yang ada dalam e-mail tersebut setidaknya ke tiga orang. Dan saya harus langsung meneruskan malaikat tersebut segera setelah saya membaca e-mail itu karena jika tidak, malaikat itu keburu kabur akibat kelambatan saya. Ooohh...malaikat pembawa keberuntunganku...!!!
Berikut adalah e-mail yang maksud dan semoga yang membacanya bisa memperoleh uang secepatnya sehingga segera kaya!)
If I could sit on the porch with God, the first thing I would do is thank him for you......

PLEASE RSVP. THANK YOU. BET I GET THIS BACK..

This is the sacred angel.



You MUST pass this angel on to at least 3 people within the hour of opening this email.

After you do, make a wish.

If you have passed it on, your wish will come

True and money will come your way shortly.

You're...

My friend,

My companion,

Through good times and bad,

My friend,

My buddy,

Through happy and sad,

Beside me you stand,

Beside me you walk,

You're there to listen,

You're there to talk,

With happiness,

With smiles,

With pain and tears,

I know you'll be there, throughout the years!

You are all good friends to me and I am grateful to you.

Send this to all your good friends online to show them

You are friends.

If you get this back from:

1 person - you are lonely

2 people - you have a couple friends, but not many

3 people - you have a few friends....

4 people - you have some friends...

5 people - you have several friends!!

6 people - you have many friends! !!

7 people - you are SOOOO loved!!!

Remember, no man or woman is a failure who has a friend!

Unsur Ketujuh: Mempertimbangkan Implikasi dan Konsekuensi

Unsur ketujuh dalam berpikir kritis adalah selalu mempertimbangkan berbagai dampak yang lahir, baik dari pikiran (implikasi) maupun tindakan (konsekuensi). Sederhananya, pikiran manusia melahirkan implikasi sedangkan tindakan manusia melahirkan konsekuensi. Berbagai dampak tersebut adalah klaim-klaim atau kebenaran-kebenaran yang mengikuti klaim-klaim atau kebenaran-kebenaran lainnya. Berbagai dampak tersebut sesungguhnya ada dalam pikiran manusia walaupun sebagian besar orang tidak "melihat"-nya. Sementara itu, orang yang berpikir kritis selalu mempertimbangkan sebanyak mungkin dampak yang bisa ditimbulkan dalam situasi tertentu.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan mengenai dampak:


  • Jika saya memutuskan untuk melakukan sesuatu, hal apa sajakah yang mungkin terjadi?
  • Jika saya memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu, hal apa sajakah yang mungkin terjadi?
  • Apakah yang anda/ia maksud dengan pernyataan tersebut?
  • Apakah yang mungkin terjadi jika saya/ia/kami melakukan hal yang sebaliknya?
  • Berapa besar pengaruh dampak tersebut terhadap keputusan yang akan dibuat?
  • Berapa penting dampak tersebut terhadap situasi yang tengah terjadi?
  • Apakah dampak sosial yang bisa terjadi jika lebih banyak orang miskin dibandingkan orang kaya?
  • Apakah ada dampak lainnya yang perlu dipertimbangkan?
  • Apakah dampak positif yang ditimbulkan? Apakah dampak negatif yang dilahirkan?
  • Apakah dampak-dampak yang dilahirkan sejalan dengan klaim-klaim atau kebenaran-kebenaran yang mendahuluinya?

Kamis, 18 Februari 2010

Unsur Keenam: Memeriksa Asumsi

Unsur keenam dalam proses berpikir kritis adalah memeriksa berbagai asumsi dan prapaham yang muncul dalam pikiran. Sebagian besar orang dengan tanpa disadari melakukan penafsiran dan menarik kesimpulan dengan berdasar pada asumsi dan prapaham yang dimilikinya serta menganggap bahwa asumsi dan prapaham yang dimilikinya sebagai sesuatu yang serta-merta benar. Ini merupakan proses berpikir yang keliru, atau setidaknya, bukanlah berpikir secara kritis. Artinya, jika seseorang tidak terlebih dahulu menganalisis berbagai asumsi dan prapaham yang dimilikinya mengenai suatu hal, maka sesungguhnya ia tidak sedang berpikir secara kritis. Selain itu, sebagian besar orang tidak menyadari bahwa seringkali asumsi dan prapaham yang dimilikinya salah. Oleh karena itu, berbagai asumsi dan prapaham yang ada haruslah dianalisis secara kritis dengan didasarkan pada akal sehat dan didukung oleh berbagai bukti yang kuat.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang bisa dikemukakan untuk memeriksa berbagai asumsi yang dimiliki diri sendiri atau orang lain:


* Apakah yang menjadi asumsi saya?

* Apakah saya mengasumsikan secara benar?

* Asumsi apakah yang bisa membawa/menuntun saya pada sebuah kesimpulan yang tepat?

* Apakah asumsi (kebijakan/strategi/argumen/pandangan/penjelasan/teori tersebut)?

* Apakah yang dikatakan para sosiolog/antropolog/sejarawan/fisikawan mengenai hal tertentu?

* Apakah yang menjadi prapaham dalam teori tersebut?

* Asumsi penting apa sajakah yang telah saya buat atau pikirkan mengenai orangtua saya, keluarga saya, teman-teman bermain saya, teman-teman kerja saya, agama saya, negara saya, guru/dosen saya?


Berbagai asumsi dan prapaham yang ada dalam pikiran manusia merupakan hal yang wajar, normal, dan manusiawi. Namun, asumsi dan prapaham itu bisa menyesatkan seseorang jika tidak didukung oleh akal sehat dan berbagai informasi yang tepat. Oleh karena itu, berbagai asumsi dan prapaham harus selalu berada di bawah pengawasan akal sehat, data, dan bukti yang kuat. Dengan cara demikian, maka berbagai asumsi dan prapaham yang ada dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Harus selalu diingat bahwa seringkali berbagai asumsi dan prapaham seseorang membuatnya menarik kesimpulan yang salah terhadap hal tertentu. Hal inilah yang dihindari seseorang ketika berpikir kritis.

Unsur Kelima: Memperjelas Konsep

Setelah memperoleh semua informasi yang relevan dan menafsirkan informasi-informasi tersebut, maka unsur berikut yang harus dilakukan dalam berpikir kritis adalah memperjelas konsep yang ada dalam pikiran. Yang dimaksudkan dengan konsep adalah berbagai ide, teori, hukum, prinsip, dan hipotesa dalam proses berpikir dalam upaya memahami semua hal yang ada di sekitar. Dalam pengertian tersebut seseorang harus memiliki konsep yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan demi pemahaman yang tepat, jelas, dan tidak kabur.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam kaitannya dengan konsep yang sedang dibicirakan:

* Ide apakah yang akan atau sedang digunakan dalam upaya memahami sesuatu? Apakah ide tersebut akan mempersulit saya atau orang lain?
* Menurut saya itu adalah ide yang baik, apakah anda bisa menjelaskannya lebih lanjut?
* Apakah hipotesis utama yang anda gunakan sebagai dasar argumen atau pemikiran anda?
* Apakah istilah yang digunakan relevan dengan topik diskusi atau inti masalah?
* Apakah ide utama yang berada di balik pemikiran tersebut? Apakah ide tersebut jelas dan relevan dengan topik diskusi dan/atau inti masalah?

Semua pernyataan, pandangan, atau argumen dinyatakan melalui dan dibentuk oleh berbagai konsep yang ada dalam proses berpikir manusia. Oleh karena itu, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan orang ketika berpikir secara kritis:

* Identifikasi yang menjadi konsep-konsep utama dan perjelas konsep-konsep yang digunakan tersebut.
* Pertimbangkan konsep-konsep alternatif atau berbagai definisi yang berkaitan dengan konsep-konsep alternatif tersebut.
* Pastikan bahwa yang digunakan adalah konsep-konsep yang tepat dengan topik pembahasan. Artinya, konsep-konsep tersebut relevan dengan inti masalah.

Unsur Keempat: Melakukan Penafsiran

Unsur keempat dalam berpikir kritis adalah melakukan penafsiran terhadap berbagai informasi yang diperoleh demi pemahaman, penjelasan, dan penilaian yang tepat. Berbagai informasi yang diperoleh tidak dibiarkan begitu saja melainkan coba dipahami, dijelaskan, dan dinilai secara kritis. Penafsiran yang dilakukan haruslah berdasar pada semua informasi yang diperoleh. Artinya, penafsiran dilakukan karena adanya informasi, bukan sebaliknya, penafsiran dilakukan demi memperoleh berbagai informasi. Dengan demikian, penafsiran yang dilakukan sungguh-sungguh terbatas pada informasi yang diperoleh/dimiliki. Selain itu, penafsiran yang dilakukan berdasar pada informasi yang dimiliki haruslah didukung oleh akal sehat manusia.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji dan menilai apakah penafsiran dan kesimpulan yang dibuat sesuai dengan informasi dan akal sehat:

* Bagaimana semua informasi tersebut ditafsirkan?
* Kesimpulan apakah yang bisa ditarik dari informasi yang ada?
* Apakah penafsiran yang dilakukan dan kesimpulan yang ditarik didasarkan pada informasi dan akal sehat?
* Apakah bisa ditarik kesimpulan (-kesimpulan) lain sebagai alternatif?
* Apakah penafsiran tersebut didukung oleh akal sehat? Atau, apakah penafsiran tersebut masuk akal?
* Bagaimana penafsiran tersebut bisa dilakukan?
* Bagaimana kesimpulan tersebut akhirnya bisa ditarik?
* Berdasarkan informasi yang ada, kesimpulan apakah yang paling mungkin bisa ditarik?

Hal yang perlu ditekankan dan diingat dalam unsur keempat ini bahwa berbagai penafsiran yang dilakukan dan kesimpulan yang bisa ditarik adalah demi memahami dan menilai berbagai informasi yang ada. Informasi pada dirinya sendiri adalah sesuatu yang tidak ada maknanya. Oleh karena itu, penafsiran dilakukan dan kesimpulan ditarik untuk memberikan makna pada berbagai informasi yang ada. Berkaitan dengan hal itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

* Penafsiran hanya dilakukan dengan berdasar pada informasi yang ada.
* Kesimpulan ditarik dengan berdasar pada informasi dan akal sehat manusia.
* Segala penafsiran yang dilakukan dan kesimpulan yang ditarik harus saling berkaitan.
* Selalu awasi emosi dan prasangka yang dimiliki, baik diri sendiri maupun orang lain.

Unsur Ketiga: Mengumpulkan Informasi

Tulisan sebelumnya membahas unsur pertama dan kedua dalam berpikir kritis. Tulisan kali ini adalah unsur ketiga dalam berpikir kritis, yakni mengumpulkan informasi. Informasi terdiri atas berbagai hal, seperti fakta, data, bukti, dan pengalaman yang digunakan untuk memahami, menilai, dan menjelaskan berbagai hal yang terdapat dalam suatu pandangan, argumen, dan/atau masalah. Namun, segala informasi itu tidak serta-merta harus dianggap sebagai sesuatu yang tepat dan benar. Oleh karena itu diperlukan pikiran yang kritis untuk mempertimbangkan atau menilai, apakah informasi yang didengar/dibaca/dilihat itu sebagai sesuatu yang benar atau salah.

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang harus diajukan untuk mengetahui dan memahami berbagai informasi yang diperoleh:

* Informasi apakah yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan (-pertanyaan) tersebut?
* Data apakah yang relevan dengan masalah yang dihadapi?
* Apakah dibutuhkan informasi tambahan (lebih banyak) demi pemahaman yang lebih tepat dan cermat?
* Apakah informasi tersebut relevan dengan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai?
* Apakah argumen atau pandangan tersebut didasarkan pada informasi yang tepat dan kuat?
* Pengalaman tertentu apakah yang mendasari argumen atau pandangan tersebut? Jika ya, apakah pengalaman tersebut mengalami distorsi?
* Bagaimana dapat diketahui jika informasi (data, fakta, bukti, dan pengalaman/kesaksian) tersebut merupakan sesuatu yang benar? Apakah ukurannya?
* Apakah ada informasi lainnya yang belum diperoleh padahal sangat penting?

Hal yang selalu perlu ditekankan dan diingat bahwa pada unsur ini bahwa semua argumen haruslah didasarkan pada informasi (data, fakta, dan bukti). Oleh karena itu yang harus dilakukan adalah:

* Semua pernyataan yang diperoleh haruslah terbatas pada informasi yang relevan dengan pernyataan tersebut.
* Mencari dan menemukan segala informasi, baik yang berkaitan dengan pandangan sendiri maupun yang berkaitan dengan argumen orang lain.
* Semua informasi yang digunakan harus dipastikan jelas, tepat, dan relevan dengan argumen yang dikemukakan.

Senin, 15 Februari 2010

Unsur-unsur Berpikir Kritis

Pada dasarnya setiap manusia berpikir. Namun hanya segelintir orang yang mau dan mampu berpikir secara kritis. Ketika manusia berpikir ada beberapa unsur yang, entah disadari maupun tidak disadarinya muncul dalam benaknya. Saat berpikir manusia memikirkan tujuan yang terdapat dalam sudut pandang tertentu, di mana sudut pandang tersebut didasarkan pada asumsi-asumsi yang mengantar/membawanya pada berbagai dampak. Ketika berpikir manusia menggunakan berbagai konsep, gambaran, ide, dan teori untuk menganalisis, memahami, menginterpretasi, menguji, dan menilai berbagai data, fakta, argumen, pandangan, dan pengalaman demi menjawab pertanyaan-pertanyaan, menemukan solusi bagi masalah, dan menjelaskan topik-topik tertentu.

Tulisan kali ini akan mengawali rangkaian tulisan mengenai unsur-unsur berpikir kritis yang akan disajikan secara bertahap/bersambung.

Unsur pertama adalah tujuan. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah upaya untuk selalu menyadari dan memahami tujuan serta sasaran yang hendak dicapai. Dalam tujuan yang hendak dicapai tersebut terdiri dari fungsi-fungsi, motif-motif, dan penekanan-penekanan tertentu. Tujuan yang hendak dicapai juga haruslah jelas. Dengan kata lain, tujuan itu haruslah dapat dipertanggungjawabkan.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat diajukan dalam upaya memahami dan memperjelas tujuan yang hendak dicapai:

  • Apakah tujuan saya/ia/mereka dalam melakukan hal tersebut?
  • Apakah yang menjadi objek/sasaran yang menjadi perhatian? (pekerjaan, penelitian, kebijakan, strategi, dlsb)?
  • Apakah tujuan dan/atau sasaran tersebut perlu dipertanyakan, diperbaiki, atau diubah?
  • Apakah tujuan yang hendak dicapai melalui pertemuan/buku/informasi/hubungan/tindakan tersebut?
  • Apakah sasaran pokok dalam pandangan atau argumen tersebut?
  • Apakah tujuan pendidikan/pelatihan/pembinaan?
  • Mengapa saya/ia/mereka mengatakan atau melakukan hal tersebut?
Unsur kedua adalah bertanya. Unsur kedua dalam berpikir kritis adalah mampu mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan terhadap masalah dan/atau topik tertentu demi pemahaman yang utuh dan mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah dan/atau topik tertentu akan menuntun pikiran sehingga fokus pada pembahasan yang berlangsung. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan haruslah jelas, relevan, dan tajam.

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan lainnya:

  • Apakah pertanyaan yang harus saya/ia/mereka jawab?
  • Pertanyaan-pertanyaan penting apakah terdapat dalam masalah atau topik tersebut?
  • Apakah ada cara lain untuk mempertanyakan hal tersebut?
  • Apakah pertanyaan tersebut cukup jelas? Apakah pertanyaan tersebut sulit dipahami?
  • Saya belum mengerti dengan pertanyaan anda. Bisakah anda menjelaskannya kembali?
  • Inilah pertanyaan saya: Bagaimana anda sendiri memahami pertanyaan anda?
  • Pertanyaan jenis apakah itu? Sejarah? Sosial? Antropologis? Saintifik? Etika? Ekonomi? Atau?
  • Apakah yang saya/ia/mereka harus lakukan untuk memahami atau memperjelas pertanyaan tersebut?

Struktur-struktur Dasar Bertanya

Setiap orang berpikir, karena itu merupakan sifat dasar dan alamiah manusia. Namun, sebagian besar pikiran manusia dikuasai oleh berbagai prasangka, tidak utuh (terpecah-pecah), tidak didukung oleh berbagai data dan argumen yang cermat dan kuat, serta cenderung mudah dipengaruhi oleh emosi dan otoritas-otoritas tertentu. Padahal kualitas hidup manusia dan apa yang dibuat serta dihasilkannya didasarkan pada cara dan kualitas berpikir manusia. Berpikir secara tidak cermat akan semakin memudahkan seseorang menjadi objek penipuan, manipulasi, pembodohan, dan ketidakadilan. Oleh karena itu, agar kualitas berpikir seseorang meningkat maka ia perlu menyadari bagaimana berpikir cermat. Dan berpikir cermat diawali dengan kemampuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis karena sesungguhnya bertanya secara kritis merupakan awal mula pengetahuan.

Tulisan kali ini akan mengangkat beberapa struktur dasar bertanya dalam upaya memahami sebuah situasi atau permasalahan atau informasi atau makna atau pandangan atau argumen yang terjadi/ada di sekitar kita demi kebenaran yang utuh:

1. Jelas/Jernih. Upaya memahami suatu hal sehingga hal tersebut dapat dipahami secara utuh dan tepat.

* Dapatkah anda menjelaskannya lebih lanjut?

* Dapatkah anda memberikan contoh (-contoh)?

* Dapatkah anda menjelaskannya dengan menggunakan gambaran-gambaran atau persamaan-persamaan tertentu?

2. Tepat. Upaya menghindar dari kekeliruan pemahaman dan penyimpangan demi memperoleh ketepatan dan kebenaran yang sesungguhnya.

* Bagaimana saya/kita dapat menganalisis/memeriksa hal tersebut?
* Bagaimana saya/kita dapat mengatakan bahwa tersebut memang benar?
* Bagaimana saya/kita dapat menguji dan menilai hal tersebut?

3. Cermat. Secara cermat menangkap dan memahami detail-detail situasi/argumen tertentu.

* Dapatkah anda menjelaskannya dengan lebih rinci?
* Dapatkah anda memberikan contoh-contoh yang lebih rinci?


4. Relevan. Berbicara sesuai dengan topik/inti permasalahan.

* Bagaimana hal tersebut berkaitan dengan masalah itu?
* Bagaimana pertanyaan (-pertanyaan) tersebut berkaitan dengan masalah itu?
* Bagaimana hal tersebut dapat membantu kita untuk memperoleh solusi yang tepat?

5. Utuh dan Dalam. Upaya memahami kompleksitas dan berbagai keterkaitan yang ada dalam sebuah masalah atau argumen.

* Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan masalah tersebut?
* Pertanyaan-pertanyaan apa saja yang harus dijawab demi memperoleh solusi yang tepat?
* Kesulitan-kesulitan (hambatan-hambatan) apa saja yang harus diselesaikan?

6. Luas. Upaya menangkap dan memahami berbagai sudut pandang.

* Apakah hal tersebut perlu dilihat dari sudut pandang yang lain?
* Apakah hal tersebut perlu dipertimbangkan melalui sudut pandang yang lain?
* Apakah hal tersebut perlu dilihat melalui cara yang lain?

7. Logis. Berbagai unsur yang ada saling berhubungan dan tidak bertentangan.

* Apakah semua hal tersebut masuk akal?
* Apakah pernyataan awal anda berkaitan dan/atau didukung oleh pernyataan akhir anda?
* Apakah kesimpulan anda didasarkan pada bukti-bukti yang ada?

8. Manfaat. Berfokus pada sesuatu yang paling penting dan bukannya pada sesuatu yang remeh-temeh.

* Apakah hal tersebut perlu dipertimbangkan?
* Apakah hal tersebut merupakan ide pokok yang berkaitan dengan masalah/argumen?
* Manakah unsur-unsur yang terpenting?

9. Jujur dan Adil. Dapat dipertanggungjawabkan dan tidak berat sebelah atau hanya mempertimbangkan pandangan/argumen sendiri.

* Apakah saya melibatkan emosi dalam situasi atau masalah tersebut?
* Apakah saya memiliki agenda/tujuan pribadi dan/atau kelompok dalam situasi tersebut?
* Apakah saya cukup membuka diri terhadap pandangan atau argumen orang lain?