Dalam tulisan sebelumnya sempat disinggung sepintas mengenai "vitalisme" dalam kaitannya dengan prana atau chi. Apakah vitalisme itu? Vitalisme adalah ajaran yang mempercayai bahwa setiap benda hidup dalam dirinya terdapat/memiliki kekuatan yang tidak terlihat atau energi yang menyebabkan benda tersebut dinyatakan hidup. Orang-orang yang mempercayai doktrin tersebut mengatakan bahwa hukum fisika dan kimia tidak sepenuhnya mampu menjelaskan mengenai kehidupan berbagai makhluk dan proses kehidupan makhluk-makhluk tersebut.
Orang-orang yang mempercayai doktrin vitalisme ini adalah orang-orang yang mempercayai adanya prana (dalam tradisi India atau therapeutic touch) atau chi beserta chi kung (dalam tradisi Cina) atau reiki (dalam tradisi Jepang). Orang-orang yang mempercayai adanya kekuatan atau energi tertentu dalam setiap tubuh makhluk hidup beranggapan bahwa kehidupan dimulai atau diawali dari kombinasi zat yang sangat kompleks. Dengan demikian, doktrin vitalisme ini bertolak belakang dengan doktrin materialisme mekanistik yang mengatakan bahwa alam semesta (jagat raya) ini hanya berawal dan terdiri dari satu zat, yakni zat fisikal, empiris, atau materi. Artinya, jagat raya ini hanya berawal dan terdiri dari zat yang dapat dilihat dan dirasakan secara fisik, melalui indera manusia. Nama lain dari doktrin materialisme mekanistik adalah fisikalisme. Dengan demikian, doktrin fisikalisme menolak berbagai hal yang berkaitan dengan paranormal dan supranatural. Doktrin fisikalisme tidak mempercayai adanya zat-zat atau kekuatan atau energi atau makhluk halus yang tidak memiliki wujud fisik. Doktrin ini menentang adanya dunia roh atau spiritualisme.
Kembali pada doktrin vitalisme, orang-orang yang mempercayai doktrin ini menganggap bahwa setiap makhluk hidup memiliki energi yang berasal dari alam semesta. Energi yang tidak dapat dilihat secara kasat mata tersebut dianggap mampu menyembuhkan berbagai penyakit melalui berbagai cara tanpa melalui pengobatan modern (rumah sakit). Pengobatan melalui atau menggunakan energi tersebut disebut dengan pengobatan energi. Pengobatan seperti ini juga banyak dikenal dengan sebutan "pengobatan alternatif". Artinya, seseorang yang diobati melalui cara tersebut tidak perlu ke dokter atau rumah sakit atau meminum obat-obat yang berasal dari dokter atau rumah sakit. Seseorang yang diobati menggunakan pengobatan energi atau pengobatan alternatif itu hanya perlu mempercayai bahwa kesehatannya ditentukan oleh "aliran" energi yang diduga berasal dari alam melalui seseorang yang memiliki "kemampuan" khusus.
Orang yang memiliki "kemampuan" khusus tersebut akan berkata kepada orang yang akan diobatinya bahwa pada dasarnya setiap makhluk hidup memiliki energi dalam tubuhnya. Jadi, ketika seseorang mengalami sakit atau menderita sebuah penyakit bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah telah terjadi ketidakseimbangan dalam diri orang tersebut. Oleh karena itu, yang dibutuhkan oleh orang yang mengalami ketidakseimbangan itu hanyalah pemulihan atau penyegaran atau penyeimbang agar dirinya kembali seimbang. Dengan demikian, obat-obat yang mengandung kimia tidaklah diperlukan untuk "menyembuhkan" orang tersebut. Dan orang yang dianggap mengalami ketidakseimbangan tersebut sesungguhnya hanyalah memerlukan ketenangan yang diakibatkan oleh kerisauan atau kegusaran bahkan stress.
Doktrin vitalisme mengatakan bahwa dalam diri setiap makhluk hidup mengalir energi supranatural yang mampu mengendalikan makhluk hidup tersebut. Jadi, jika seseorang mengalami sakit atau penyakit bahwa sesungguhnya bukan sakit atau penyakitlah yang dialami seseorang melainkan ketidakseimbangan sedang terjadi dalam diri orang tersebut. Ini adalah pandangan yang sesat karena tidak sedikit sakit atau penyakit yang diderita manusia diakibatkan oleh kecelakaan dan/atau bakteri atau virus yang masuk melalui makanan, minuman, bahkan udara. Apakah kanker payudara, kanker rahim, flu burung, atau HIV/AIDS diakibatkan oleh ketidakseimbangan dalam tubuh manusia? Atau, apakah kanker payudara, kanker rahim, flu burung, atau HIV/AIDS mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh manusia bahkan jagat raya?
Orang-orang yang mempercayai doktrin vitalisme ini adalah orang-orang yang mempercayai adanya prana (dalam tradisi India atau therapeutic touch) atau chi beserta chi kung (dalam tradisi Cina) atau reiki (dalam tradisi Jepang). Orang-orang yang mempercayai adanya kekuatan atau energi tertentu dalam setiap tubuh makhluk hidup beranggapan bahwa kehidupan dimulai atau diawali dari kombinasi zat yang sangat kompleks. Dengan demikian, doktrin vitalisme ini bertolak belakang dengan doktrin materialisme mekanistik yang mengatakan bahwa alam semesta (jagat raya) ini hanya berawal dan terdiri dari satu zat, yakni zat fisikal, empiris, atau materi. Artinya, jagat raya ini hanya berawal dan terdiri dari zat yang dapat dilihat dan dirasakan secara fisik, melalui indera manusia. Nama lain dari doktrin materialisme mekanistik adalah fisikalisme. Dengan demikian, doktrin fisikalisme menolak berbagai hal yang berkaitan dengan paranormal dan supranatural. Doktrin fisikalisme tidak mempercayai adanya zat-zat atau kekuatan atau energi atau makhluk halus yang tidak memiliki wujud fisik. Doktrin ini menentang adanya dunia roh atau spiritualisme.
Kembali pada doktrin vitalisme, orang-orang yang mempercayai doktrin ini menganggap bahwa setiap makhluk hidup memiliki energi yang berasal dari alam semesta. Energi yang tidak dapat dilihat secara kasat mata tersebut dianggap mampu menyembuhkan berbagai penyakit melalui berbagai cara tanpa melalui pengobatan modern (rumah sakit). Pengobatan melalui atau menggunakan energi tersebut disebut dengan pengobatan energi. Pengobatan seperti ini juga banyak dikenal dengan sebutan "pengobatan alternatif". Artinya, seseorang yang diobati melalui cara tersebut tidak perlu ke dokter atau rumah sakit atau meminum obat-obat yang berasal dari dokter atau rumah sakit. Seseorang yang diobati menggunakan pengobatan energi atau pengobatan alternatif itu hanya perlu mempercayai bahwa kesehatannya ditentukan oleh "aliran" energi yang diduga berasal dari alam melalui seseorang yang memiliki "kemampuan" khusus.
Orang yang memiliki "kemampuan" khusus tersebut akan berkata kepada orang yang akan diobatinya bahwa pada dasarnya setiap makhluk hidup memiliki energi dalam tubuhnya. Jadi, ketika seseorang mengalami sakit atau menderita sebuah penyakit bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah telah terjadi ketidakseimbangan dalam diri orang tersebut. Oleh karena itu, yang dibutuhkan oleh orang yang mengalami ketidakseimbangan itu hanyalah pemulihan atau penyegaran atau penyeimbang agar dirinya kembali seimbang. Dengan demikian, obat-obat yang mengandung kimia tidaklah diperlukan untuk "menyembuhkan" orang tersebut. Dan orang yang dianggap mengalami ketidakseimbangan tersebut sesungguhnya hanyalah memerlukan ketenangan yang diakibatkan oleh kerisauan atau kegusaran bahkan stress.
Doktrin vitalisme mengatakan bahwa dalam diri setiap makhluk hidup mengalir energi supranatural yang mampu mengendalikan makhluk hidup tersebut. Jadi, jika seseorang mengalami sakit atau penyakit bahwa sesungguhnya bukan sakit atau penyakitlah yang dialami seseorang melainkan ketidakseimbangan sedang terjadi dalam diri orang tersebut. Ini adalah pandangan yang sesat karena tidak sedikit sakit atau penyakit yang diderita manusia diakibatkan oleh kecelakaan dan/atau bakteri atau virus yang masuk melalui makanan, minuman, bahkan udara. Apakah kanker payudara, kanker rahim, flu burung, atau HIV/AIDS diakibatkan oleh ketidakseimbangan dalam tubuh manusia? Atau, apakah kanker payudara, kanker rahim, flu burung, atau HIV/AIDS mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh manusia bahkan jagat raya?
Kebetulan Indonesia memiliki banyak sekali orang yang mempunyai paham seperti itu, yang menjadi pertanyaan apakah paham atau pemikiran itu lebih banyak terjadi karena turun temurun atau suatu warisan dari nenek moyang kita dimana dulu agama belum dikenal atau lebih sering memakali istilah aninisme, sepertinya ada kesamaan dengan paham ini yah?
BalasHapusjadi menurut andi sendiri bagaimana seseorang itu harus memahami vitalisme itu, perlu percaya atau tidak sama sekali, mengingat kadangkala kita sering terbawa dalam situasi yg mengharuskan kita mempercayai hal tersebut, sebagai contoh Ma Erot (alm) dengan kemampuan yg konon dapat memperbesar ALAT VITAL PRIA dan wanita, sepertinya beliau ini termasuk ke dalam orang dgn pemahaman seperti yg andi tulis diatas bukan? bahkan menjadi pelaku, nah berdasarkan cerita (walau saya sendiri blm pernah membuktikan bener ga tuh Alat Vital jadi membesar atau memanjang mengingat saya seorang normal yg tidak mau lihat alat vital sejenis) tapi di pemberitaan sudah banyak yg berhasil (lihat di koran2)padahal secara medis sudah kita ketahui bersama bahwa Alat Vital tersebut tidak bisa di perpanjang atau diperbesar dgn atau tanpa melalui operasi,lho kok bisa dgn di pijit saja sama tanganya Ma Erot ?
Pertanyaan terahir, jika kita percaya atau memahami (walau) sedikit saja pemahaman tentang Vitalisme ini apakah kita sudah berbuat Dosa dgn mempercayai sesuatu yg bukan berasal dari sang Khalik.
Trims untuk kesempatannya, sukses terus buat dikau bro...
RF
Roy, terimakasih atas komentar dan pertanyaan-pertanyaannya. Gua tanggapi dan tanya balik ya karena ada beberapa kalimat lu yang ga cukup gua pahami dan/atau janggal buat gua karena lu sampaikan dalam kalimat yang panjang.
BalasHapusLu tulis, "Kebetulan Indonesia memiliki banyak sekali orang yang mempunyai paham seperti itu, yang menjadi pertanyaan apakah paham atau pemikiran itu lebih banyak terjadi karena turun temurun atau suatu warisan dari nenek moyang kita dimana dulu agama belum dikenal atau lebih sering memakali istilah animisme" (bukan "aninisme" seperti yang lu tulis). Apa yang lu maksud dengan turun-temurun atau warisan dari nenek moyang, di mana agama belum dikenal? Lu harus spesifik, antara tahun berapa atau zaman apa dan kapan? Roy, kalaupun suatu tradisi berasal dari nenek moyang atau sudah berusia sangat tua, bukankah tradisi tersebut tetap bisa dikritisi dengan berdasar pada akal sehat dan ilmu pengetahuan masa kini? Gua pikir semua hal, sekalipun tradisi, tetap bisa bahkan harus dikritisi, tidak serta-merta diamini. Itulah yang dinamakan dengan berpikir kritis.
Lu bertanya, "jadi menurut andi sendiri bagaimana seseorang itu harus memahami vitalisme itu, perlu percaya atau tidak sama sekali, mengingat kadangkala kita sering terbawa dalam situasi yg mengharuskan kita mempercayai hal tersebut?" Bagi gua, bukan masalah percaya atau tidak percaya, tetapi apakah hal-hal yang dikatakan/diberitakan itu didukung oleh berbagai bukti dan data yang kuat serta argumen yang masuk akal atau tidak?
Berlanjut...
Lanjutan...
BalasHapusGua harus bertanya, Roy, apa yang lu maksud dengan kalimat, "mengingat kadangkala kita sering terbawa dalam situasi yg mengharuskan kita mempercayai hal tersebut"? "Situasi" apakah yang lu maksud dalam konteks kisah Ma Erot?
Namun, pernyataan lu berikutnya janggal sekaligus membingungkan karena lu menulis, "nah berdasarkan cerita (walau saya sendiri blm pernah membuktikan bener ga tuh Alat Vital jadi membesar atau memanjang mengingat saya seorang normal yg tidak mau lihat alat vital sejenis) tapi di pemberitaan sudah banyak yg berhasil (lihat di koran2)padahal secara medis sudah kita ketahui bersama bahwa Alat Vital tersebut tidak bisa di perpanjang atau diperbesar dgn atau tanpa melalui operasi,lho kok bisa dgn di pijit saja sama tanganya Ma Erot". Mengapa janggal sekaligus membingungkan? Karena lu belum melihat, tapi kalimat berikutnya lu seperti percaya karena berita-berita tentang "kesuksesan" Ma Erot ada di koran-koran. Koran-koran apa dulu nih? Apakah berita-berita tersebut, lagi-lagi, didukung oleh berbagai bukti, data, dan argumen yang kuat atau tidak? Apakah berita-berita itu bisa dipertanggungjawabkan atau tidak? Apakah koran-koran tersebut koran yang baik?
Tapi kalimat lu yang berikutnya membuat gua bertambah bingung karena lu malah sepertinya meragukan "keampuhan" Ma Erot dengan mendasarkannya pada medis.
Lanjutan...
BalasHapusSepertinya sih...lu sendiri masih berada di antara antara percaya atau tidak percaya kalau Ma Erot itu bisa melakukan seperti yang selama ini dikatakan orang. Jika demikian, sebenarnya lu sudah bersikap skeptis karena mempertanyakan, apakah "bisa kaya gitu karena medis tidak pernah melaporkan bahwa ukuran alat vital laki-laki bisa berubah". Seharusnya pernyataan-pernyataan lu didukung oleh berbagai bukti konkret dan argumen yang masuk akal.
Paragraf terakhir lu mengangkat pertanyaan, "apakah kita sudah berbuat Dosa dgn mempercayai sesuatu yg bukan berasal dari sang Khalik?" Roy, vitalisme yang gua tulis adalah dalam konteks "pengobatan alternatif". Sedangkan lu mengangkat dan bertanya mengenai Ma Erot. Menurut gua sama sekali ga ada hubungannya antara vitalisme dan Ma Erot. Sejauh yang gua tau, para penganut vitalisme, pengobatan alternatif, pengobatan dari Timur, tidak berbicara mengenai "kemampuan mengubah ukuran alat vital laki-laki". Coba deh lu baca lagi tulisan gua mengenai VITALISME dan beberapa tulisan yang berkaitan dengan VITALISME itu.
Lalu, apa dan di manakah hubungan antara dosa, sang khalik, dan vitalisme? Gua sama sekali ga melihat ada hubungan antara ketiga hal tersebut.
Roy, paham vitalisme adalah untuk "pengobatan" atau "penyembuhan" bagi mereka yang mempercayainya. Sedangkan Ma Erot bukanlah untuk "pengobatan" atau "penyembuhan", setidaknya dalam konteks vitalisme.
Terimakasih Roy atas pernyataan dan pertanyaan-pertanyaan lu. Tapi lain kali, coba berbagai pertanyaan dan pernyataan lu dikemukakan dalam kalimat-kalimat yang pendek.
Ada sedikit yang saya mengerti tentang pembahasan diatas, dalam pengertian yang sya tangkap mengenai paham vitalisme itu sendiri memang energi menyokong suatu kehidupan dalam kutip mgkin bisa disebut dengan jiwa. Lalu mengenai pengobatan alternatif tersebut bisakah juga disebut dengan sugesti?? Terima kasih
BalasHapus