Sabtu, 27 Februari 2010

"Doa" Seorang Skeptik

"Datanglah sekarang padaku, kau yang disebut tuhan atau allah atau dewa atau sang khalik atau kekuatan tertinggi atau kuasa terkuat. Jika engkau memang berada di atas sana, seperti yang dikatakan banyak orang, kuminta turunlah sekarang juga. Jika engkau memang berada di luar sana, seperti diakui banyak orang, kuminta masuklah sekarang juga. Jika engkau ternyata berada di dalam sini, di dalam hatiku, diriku, hidupku, tetapi mengapa aku sama sekali tidak merasakan keberadaanmu di dalam hati, diri, dan hidupku, seperti yang diyakini banyak orang. Kalau begitu sebenarnya, di manakah keberadaanmu yang sesungguhnya; di atas sana atau di luar sana atau di dalam sini? 

Mengapa orang-orang yang berdoa dan mengaggungkan namamu tidak memiliki kata sepakat mengenai keberadaan dirimu yang sesungguhnya? Bagaimana aku bisa mempercayai keberadaanmu, jika di antara para pemujamu saja tidak ditemukan kesepakatan. Yang kuminta hanyalah kau menunjukkan keberadaanmu. Buatlah aku melihat atau mendengar atau merasakan keberadaanmu. Apakah permintaanku terlalu berat untuk dikabulkan olehmu? Kupikir tidak karena seperti kata banyak orang, engkau adalah kekuatan tertinggi, kuasa terkuat, dan mampu melakukan segala hal. Banyak orang mengamini bahwa engkaulah yang ajaib dan sangat mengherankan. Mereka yang memuji dan memujamu selalu berkata kepadaku, "Kamu harus bertobat agar selamat!" 

Mereka juga mengatakan bahwa keselamatan terjadi karena engkaulah yang rela mendatangi manusia. Keselamatan terjadi karena engkaulah yang sudi menghampiri manusia. Keselamatan terjadi karena engkau secara aktif mendatangi manusia. Jika engkau memang demikian, mengapa engkau belum juga mendatangiku? Jika engkau memang rela, mengapa belum juga menghampiriku untuk menyelamatkanku? Mereka yang memuji dan memujamu juga mengatakan bahwa engkau tidak pilih kasih. Engkau tidak pernah memilih orang. Tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, latar belakang ekonomi, sosial, pendidikan, dan agama. Jika engkau memang tidak pilih kasih, mengapa engkau tidak juga menghampiriku? 

Mereka yang memuji dan memujamu juga selalu berkata bahwa engkau selalu peduli terhadap semua orang. Jika memang engkau peduli terhadap semua orang, mengapa engkau tidak mendatangiku untuk menyelamatkanku? Apakah jangan-jangan engkau tidak terlalu kuat, berkuasa, mengherankan, aktif melainkan pemalas, melainkan pilih kasih dan tidak peduli. Apakah engkau memang demikian? Atau...???" 

Ah,  apa sih sebenarnya yang sedang kulakukan? Berbicara kepada siapakah aku? Apakah memang ada "sesuatu" di luar sana? Apakah memang ada "sesuatu" di atas sana? Ataukah, sebenarnya "sesuatu" itu sudah ada di dalam sini? Ah...ternyata aku tidak berbicara kepada siapa-siapa atau sesuatu pun, entah yang yang berada di luar sana, atas sana maupun di dalam sini. Ya, ternyata aku hanya berbicara kepada angin yang berdesir tokh....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.