Salah satu rintangan terbesar ketika orang hendak berpikir kritis adalah ketidakpedulian Ketidakpedulian mencirikan seseorang yang tahu bahwa dirinya tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang memadai mengenai hal tertentu, namun dengan sadar ia terus berada dalam keadaan seperti itu. Artinya, orang itu tidak peduli jika dirinya tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang cukup mengenai suatu hal. Harus diperhatikan di sini bahwa ketidakpedulian sama sekali tidak ada hubungannya dengan kebodohan atau ketidakmampuan menggunakan pengetahuan atau informasi yang ada. Ketidakpedulian sama sekali tidak berkaitan dengan kemampuan akademis seseorang. Ada begitu banyak orang yang memiliki kemampuan akademis yang sangat baik dalam bidang tertentu, tetapi memiliki mereka dengan sadar memilih untuk tidak peduli terhadap hal tertentu padahal hal tersebut dimengerti sebagian besar orang. Ketidakpedulian tersebut berkaitan dengan pemahaman seseorang yang didasarkan pada kesadaran orang itu untuk tidak peduli dengan pengetahuan yang ada.
Jika seseorang memiliki ketidakpedulian mengenai sebuah topik atau masalah yang dibicarakan orang lain, tentu, ia tidak bisa menganalisis atau menilai topik atau masalah tersebut. Ketidakpedulian yang dimiliki seseorang merupakan salah satu rintangan/hambatan terbesar dalam upaya seseorang untuk melakukan analisis atau penilaian. Oleh karena itu, bagaimana mengatasi ketidakpedulian tersebut?
Langkah awal yang cukup mudah dilakukan dan efisien adalah mengambil kemudian membuka kamus yang baik. Saya mengatakan "kamus yang baik" untuk membedakannya dengan "kamus yang kurang/tidak baik". Dalam konteks ini, ukuran "kamus yang baik" adalah kamus yang bukan hanya menyediakan sinonim terhadap sebuah kata melainkan akar dan asal kata serta bagaimana sebuah kata digunakan dalam berbagai konteks kalimat yang berbeda. Sebuah "kamus yang baik" tidak hanya menyajikan berbagai pengertian/definisi terhadap sebuah kata, tetapi juga memberikan contoh (-contoh) penggunaan kata dalam beberapa kalimat yang berbeda.
Mungkin orang akan menganggap bahwa langkah di atas sangat sederhana sehingga tidak mempedulikannya. Namun, sesungguhnya itulah yang hal sangat mendasar dan penting. Sangat sederhana, tetapi begitu bermanfaat. Tanpa adanya pengetahuan dasar mengenai hal tertentu yang diterima oleh/dalam komunitas (bidang) tertentu, maka analisis dan penilaian menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan seseorang. Tanpa adanya dasar pengetahuan yang memadai mengenai suatu hal seseorang tidak dapat mengatakan, apakah hal tersebut cukup jelas atau relevan dengan topik pembahasan atau masuk akal. Pendek kata, seseorang yang hendak berpikir kritis atau melakukan penilaian yang cermat harus terlebih dulu dibekali oleh pengetahuan dasar mengenai hal yang akan dinilai atau dikritisinya.
Berpikir kritis membutuhkan kemampuan membaca dan menganalisis yang memadai. Seseorang yang berpikir kritis harus selalu mau menguji berbagai informasi yang telah dimilikinya dengan informasi-informasi yang lebih baru. Dengan demikian, ia menjadi seseorang yang selalu memperbarui pikirannya dengan berbagai informasi terkini, baik dari media cetak (berbagai buku, koran, majalah) maupun media elektronik (elektronik). Seseorang yang berpikir kritis adalah orang yang tidak enggan bekerja keras. Ia adalah seseorang yang selalu memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar yang memadai sebelum melakukan analisis dan penilaian terhadap suatu hal. Oleh karena sangat tidak mungkin melakukan penelitian seorang diri akibat keterbatasan waktu dan tenaga, maka seorang yang berpikir kritis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan dan menilai berbagai argumen yang berasal dari para ahli di bidangnya.
Jika seseorang hendak menganalisis dan menilai bahkan mengkritisi agama, namun tidak mengetahui konsep-konsep dasar dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai agama, maka apa yang dilakukannya menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Jika seseorang hendak menganalisis dan menilai bahkan mengkritisi apa dan bagaimana berpikir kritis, tetapi tidak mengetahui konsep-konsep dasar dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai apa dan bagaimana berpikir kritis itu, maka sesungguhnya ia sedang akan melakukan mission impossible. Dengan demikian, atasilah ketidakpedulian terhadap suatu hal dengan cara mencari tahu bagaimana konsep-konsep dasar dalam subjek itu bekerja sebelum melakukan analisis dan penilaian terhadap subjek yang dimaksud.
Jika seseorang memiliki ketidakpedulian mengenai sebuah topik atau masalah yang dibicarakan orang lain, tentu, ia tidak bisa menganalisis atau menilai topik atau masalah tersebut. Ketidakpedulian yang dimiliki seseorang merupakan salah satu rintangan/hambatan terbesar dalam upaya seseorang untuk melakukan analisis atau penilaian. Oleh karena itu, bagaimana mengatasi ketidakpedulian tersebut?
Langkah awal yang cukup mudah dilakukan dan efisien adalah mengambil kemudian membuka kamus yang baik. Saya mengatakan "kamus yang baik" untuk membedakannya dengan "kamus yang kurang/tidak baik". Dalam konteks ini, ukuran "kamus yang baik" adalah kamus yang bukan hanya menyediakan sinonim terhadap sebuah kata melainkan akar dan asal kata serta bagaimana sebuah kata digunakan dalam berbagai konteks kalimat yang berbeda. Sebuah "kamus yang baik" tidak hanya menyajikan berbagai pengertian/definisi terhadap sebuah kata, tetapi juga memberikan contoh (-contoh) penggunaan kata dalam beberapa kalimat yang berbeda.
Mungkin orang akan menganggap bahwa langkah di atas sangat sederhana sehingga tidak mempedulikannya. Namun, sesungguhnya itulah yang hal sangat mendasar dan penting. Sangat sederhana, tetapi begitu bermanfaat. Tanpa adanya pengetahuan dasar mengenai hal tertentu yang diterima oleh/dalam komunitas (bidang) tertentu, maka analisis dan penilaian menjadi sesuatu yang tidak mungkin dilakukan seseorang. Tanpa adanya dasar pengetahuan yang memadai mengenai suatu hal seseorang tidak dapat mengatakan, apakah hal tersebut cukup jelas atau relevan dengan topik pembahasan atau masuk akal. Pendek kata, seseorang yang hendak berpikir kritis atau melakukan penilaian yang cermat harus terlebih dulu dibekali oleh pengetahuan dasar mengenai hal yang akan dinilai atau dikritisinya.
Berpikir kritis membutuhkan kemampuan membaca dan menganalisis yang memadai. Seseorang yang berpikir kritis harus selalu mau menguji berbagai informasi yang telah dimilikinya dengan informasi-informasi yang lebih baru. Dengan demikian, ia menjadi seseorang yang selalu memperbarui pikirannya dengan berbagai informasi terkini, baik dari media cetak (berbagai buku, koran, majalah) maupun media elektronik (elektronik). Seseorang yang berpikir kritis adalah orang yang tidak enggan bekerja keras. Ia adalah seseorang yang selalu memperlengkapi dirinya dengan pengetahuan dasar yang memadai sebelum melakukan analisis dan penilaian terhadap suatu hal. Oleh karena sangat tidak mungkin melakukan penelitian seorang diri akibat keterbatasan waktu dan tenaga, maka seorang yang berpikir kritis harus memiliki kemampuan dalam menggunakan dan menilai berbagai argumen yang berasal dari para ahli di bidangnya.
Jika seseorang hendak menganalisis dan menilai bahkan mengkritisi agama, namun tidak mengetahui konsep-konsep dasar dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai agama, maka apa yang dilakukannya menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Jika seseorang hendak menganalisis dan menilai bahkan mengkritisi apa dan bagaimana berpikir kritis, tetapi tidak mengetahui konsep-konsep dasar dan tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai apa dan bagaimana berpikir kritis itu, maka sesungguhnya ia sedang akan melakukan mission impossible. Dengan demikian, atasilah ketidakpedulian terhadap suatu hal dengan cara mencari tahu bagaimana konsep-konsep dasar dalam subjek itu bekerja sebelum melakukan analisis dan penilaian terhadap subjek yang dimaksud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.