Minggu, 14 Februari 2010

Chi Kung

Chi kung atau Chi'i kung atau ki qong oleh orang-orang yang mempraktikkannya diklaim merupakan "sains dan praktik" dari chi. Secara harfiah Chi kung adalah proses meningkatkan energi manusia. Menurut orang-orang yang mempraktikkannya, Chi kung mampu memperbarui kesehatan dan mental manusia dengan cara memanipulasi chi yang melibatkan pengendalian nafas, melakukan gerakan-gerakan tertentu, dan melaksanakan tekad tertentu. Bahkan orang-orang tertentu dengan kemampuan istimewa (master Chi kung) dipercaya mampu melakukan penyembuhan jarak jauh karena kehebatannya memanipulasi chi. Lebih lagi, diklaim bahwa seseorang dapat memperkuat/meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya dari berbagai penyakit dengan menguasai chi yang dimilikinya.

Ada dua praktik/kegiatan/aktivitas yang berkaitan dengan Chi kung, yakni Kung Fu dan Tai Chi. Kung Fu adalah salah satu seni beladiri yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh dan seringkali juga dicirikan dengan kemampuan menghancurkan bata atau mematahkan besi dengan tangan kosong. Sedangkan Tai Chi merupakan istilah yang disematkan kepada orang-orang yang mempraktikkan Kung Fu tersebut. Berbagai demonstrasi atau pertunjukan yang mempertontonkan segala hal yang berkaitan dengan Kung Fu dan Chi kung diklaim oleh mereka yang mempercayainya sebagai bukti adanya kekuatan supernatural yang dimiliki oleh orang-orang tersebut karena mampu menguasai, mengendalikan, memanfaatkan, memanipulasi, dan/atau meningkatkan chi dalam tubuhnya.

Seni/aktivitas beladiri merupakan hal yang positif sejauh mengajarkan latihan-latihan fisik tertentu, melatih disiplin mental dan fisik, serta mengajarkan bagaimana melindungi diri sendiri dan orang lain. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa seni beladiri juga sanggup meningkatkan kepercayaan diri mereka (orang jadi PD) dan harga diri meskipun saya sama sekali tidak melihat di mana hubungan antara beladiri dengan percaya diri dan harga diri seseorang. Namun, beberapa seni beladiri mengajarkan peserta didiknya untuk percaya bahwa mereka dapat memiliki kekuatan supranatural atau memiliki kemampuan untuk menyembuhkan setelah mereka dilatih oleh orang-orang yang disebut "master". Bahkan dalam kaitannya dengan Chi kung dan Kung Fu, orang-orang yang mempercayai adanya chi dan kekuatan supernatural mengklaim bahwa seorang "master" mampu menjatuhkan orang tanpa menyentuhnya sama sekali.

Apakah ada bukti konkret mengenai kekuatan supranatural itu? Apakah ada bukti nyata mengenai kemampuan menyembuhkan dari jarak jauh atau tanpa menyentuh orang yang sakit? Apakah ada catatan medis bahwa Chi kung mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh seseorang? Tidak ada bukti yang konkret dan kuat mengenai adanya kekuatan supernatural itu. Tidak ada bukti yang nyata dan kuat mengenai kasus orang yang mengalami kesembuhan setelah "diobati" dari jarak jauh dengan cara "si master" memanipulasi chi orang tersebut. Tidak ada catatan medis yang mengatakan sistem kekebalan tubuh manusia dapat ditingkatkan melalui Chi kung kecuali melalui mengkonsumsi obat-obat tertentu. Jika demikian, mengapa ada cukup banyak informasi/berita/pernyataan yang mengatakan bahwa Chi kung benar adanya? Berbagai informasi/berita/pernyataan itu beredar dan berkembang dari mulut ke mulut. Artinya, orang-orang tertentu mengatakan berbagai hal mengenai Chi kung. Dengan demikian, sejauh yang dapat dikatakan bahwa Chi kung berkembang dan dipraktikkan oleh mereka yang mempercayainya tanpa perlu dibuktikan kebenarannya secara saintifik. Mereka akan mengatakan, "Tentu tidak bisa!" Oleh karena itulah dinamakan kekuatan supernatural, yang artinya, tidak dapat dilihat secara kasat mata, hanya dirasakan atau bahkan dialami oleh orang-orang tertentu. Jangankan dianalisis menggunakan sains, dipikirkan secara kritis saja tentu tidak ada dalam kamus orang-orang yang mempercayai hal tersebut, bahkan sebagian besar orang.

Sebagian besar orang cenderung mudah menerima dan mempercayai berbagai hal yang hanya didengarnya/diceritakan orang lain tanpa terlebih dahulu menguji apakah cerita atau kata-kata orang itu didasarkan pada bukti nyata atau tidak. Sebagian besar orang cenderung menyukai, mengaggumi, bahkan takjub terhadap hal-hal yang dalam pikirannya tidak masuk akal atau ajaib tanpa mengujinya dengan mengajukan berbagai pertanyaan kritis demi kejelasan hal-hal yang dianggapnya tidak masuk akal atau ajaib itu. Mengapa sebagian besar orang takjub terhadap berbagai hal yang menurutnya tidak masuk akal? Karena sebagian besar orang enggan berpikir kritis dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang relevan dengan hal-hal itu dan enggan melakukan pengujian (saintifik) dan penilaian kritis karena semuanya itu dianggap hanya membuang-buang waktu dan merepotkan. Oleh karena itulah tidak aneh jika sebagian besar orang cenderung menjadi pragmatis bahkan begitu mudah menjadi objek penipuan dan manipulasi.

2 komentar:

  1. Chi Kung, Kung Fu, dan Zen adalah tiga hal yang berkaitan dalam tradisi Sholin. Tiga hal ini dapat dipelajari dari buku-buku yang banyak diterbitkan dan beredar di toko buku. Untuk membuktidan kebenarannya tidak secara logika tapi secara empiris alias dari pengalaman praktik. Pengalaman praktik bersifat otentik dan personal, Selain dari buku juga dari internet panduannya sangat lengkap. Silahkan dibuktikan sendiri dalam praktik dan disiplin latihan intensif. Semoga kehebatannya dapat dirasakan sendiri dalam pengalaman praktik.

    BalasHapus
  2. Terima kasih Master Chi Kung atas kunjungan, tanggapan, dan "undangannya" untuk mempraktikkan Chi Kung.

    Semua seni dan praktik yang berkaitan dengan Chi Kung sebagai aktivitas beladiri dan/atau untuk melatih pernafasan memang merupakan kebenaran karena bisa dibuktikan. Namun, semua seni dan praktik yang berkaitan dengan Chi Kung sebagai aktivitas untuk kekebalan tubuh, baik dari penyakit yang dilakukan dari jarak jauh, kebal dari hantaman benda tajam/tumpul, maupun sebagai pengendalian mental seseorang tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

    Kamu menyatakan: "pengalaman praktik seseorang memang bersifat otentik dan personal." Ini berarti bahwa pengalaman seseorang sangat bersifat subjektif karena dialami oleh orang yang bersangkutan. Pengalaman seseorang tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai kebenaran suatu hal karena diri seseorang dipenuhi dengan bias, seperti: self-confirmation, self-deception, dan wishful-thinking). Oleh karena itu, kebenaran suatu hal suatu hal bukan dinilai melalui pengalaman (hanya) satu orang melainkan harus dibuktikan melalui "double-blind investigation." Artinya, pembuktian secara saintifik yang didukung oleh akal seseorang dibutuhkan untuk menilai kebenaran suatu hal.

    BalasHapus

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.