Selasa, 05 Oktober 2010

Ribuan Orang Menonton Kuntilanak Terbang

Warga kota Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat (Sulbar) geger karena menyaksikan kuntilanak yang melayang-layang di atas sebuah rumah kosong di Jalan Macciranae. Diakui warga setempat bahwa kuntilanak itu terbang dan menghilang di langit menjelang tengah malam. Para saksi mata mengaku jika peristiwa itu terjadi lebih dari satu kali alias berulang kali. Dikabarkan juga bahwa peristiwa tersebut disaksikan bukan oleh beberapa atau puluhan orang, bahkan disaksikan ribuan orang. Apakah peristiwa penampakan kuntilanak yang disaksikan ribuan orang terbang berulang kali menjelang tengah malam itu bisa diperhitungkan sebagai sesuatu yang nyata? Apakah pengakuan ribuan orang yang menyaksikan peristiwa yang sama bisa dianggap sebagai kebenaran? Apakah pengakuan ribuan orang itu bisa dipercaya?

Mari kita perhatikan dua pengakuan dalam berita di atas, yang pertama berasal dari Iccal (alinea kedua). Dia mengatakan bahwa sudah beberapa hari belakangan (hingga Sabtu minggu lalu) warga sekitar tempat kejadian muncul dan terbangnya kuntilanak itu geger karena peristiwa tersebut. Pengakuan Iccal tersebut sama sekali tidak menyebutkan apakah ia sendiri pernah menyaksikan peristiwa yang sama melainkan hanya melaporkan bahwa warga dihebohkan oleh kemunculan kuntilanak. Oleh karena itulah ia tidak bisa dianggap sebagai saksi mata. Artinya, Iccal hanya melaporkan pengakuan yang didengar dari orang lain. Ini artinya ia tidak menguji informasih yang diperolehnya dari orang lain. Tidak begitu jelas apakah Iccal sendiri mempercayai pengkuan orang lain atau tidak mempercayainya. Dengan demikian, pengakuan Iccal tersebut tidak bisa dijadikan pegangan, patokan, apalagi dipercaya sebagai kebenaran karena ia hanya melaporkan pengakuan yang diperolehnya dari orang lain dan sama sekali tidak jelas, entah ia percaya ataupun tidak percaya pada informasi yang telah diperolehnya.

Pengakuan kedua berasal dari Bambang (khususnya alinea ketujuh). Berbeda dari Iccal yang sama sekali tidak jelas, apakah ia percaya atau tidak percaya pada kuntilanak yang terbang itu, sementara Bambang, mengaku telah melihat sendiri keberadaan kuntilanak itu. Meski ia mengaku telah melihat sendiri dengan jelas kuntilanak itu, namun ia tidak menjelaskan bentuk/rupa kuntilanak yang dilihatnya, apakah persis sama dengan bentuk/rupa yang sebelumnya dilihat warga, yakni "kain putih yang mengepak-ngepak" (alinea kelima) atau "kain putih melayang di udara yang terbang ke sana kemari" (alinea keenam). Pengakuan Bambang sama sekali tidak berisi informasi mengenai bentuk/rupa makhluk yang dilihatnya melainkan ia hanya mengatakan telah melihat makhluk tersebut. Dengan demikian, pengakuan Bambang pun tidak bisa diperhitungkan sebagai laporan yang kuat karena sama sekali tidak menyediakan informasi yang jelas. Artinya, pengakuan Bambang sangatlah akibat tidak didukung oleh informasi yang relevan.

Hal berikut yang harus juga diperhatikan dari berita di atas adalah banyaknya orang (ribuan) yang mengaku telah melihat kuntilanak itu. Sebagian besar orang begitu mudah menerima/percaya pada pengakuan orang lain dan menganggap jika suatu peristiwa disaksikan orang banyak maka peristiwa tersebut benar atau sungguh-sungguh terjadi. Ini adalah salah satu kesesatan dalam berpikir karena mengandalkan banyaknya suara yang mengatakan hal yang sama mengenai fenomena tertentu. Mengapa sesat? Karena belum tentu banyaknya suara (popularitas) sesuatu menjadikan hal tersebut sebagai kebenaran. Belum tentu suara terbanyak itu yang benar karena bisa saja yang banyak itu telah keliru atau bahkan salah melihat, menganalisis, dan menyimpulkan suatu objek atau fenomena. Inilah yang dinamakan dengan halusinasi massa ketika banyak orang menganggap telah melihat sesuatu dan memperhitungkannya sebagai kebenaran. Contoh: fenomena crop circle yang awalnya dianggap dibuat oleh alien ternyata dibuat oleh orang-orang yang memang sengaja membuatnya, entah untuk menipu orang lain (membuat heboh) ataupun sebagai suatu karya seni.

Dengan demikian, meski suatu peristiwa/fenomena diakui telah disaksikan oleh begitu banyak orang, hal tersebut tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai dan menyimpulkan hal tersebut sebagai kebenaran karena seringkali emosi seseorang terlibat bahkan menguasai orang-orang yang bersangkutan. Artinya, orang-orang tersebut memang sudah datang dengan keinginan yang kuat untuk melihat sesuatu yang sebelumnya sudah dipercayainya, atau setidaknya, mereka datang dengan keinginan yang begitu kuat untuk melihat sesuatu yang memang ingin dilihatnya. Mereka datang karena ingin memuaskan kepercayaan/keyakinan yang sudah dimiliknya terlebih dulu. Oleh karena itulah ketika mereka melihat sesuatu yang unik, janggal, atau aneh mereka segera menafsirkan dan menyimpulkan hal tersebut sebagai sesuatu yang sudah diyakininya. Dengan berdasar pada penilaian seperti inilah, maka fenomena kuntilanak yang melayang seperti di dalam berita di atas dianggap sebagai kebenaran oleh ribuan warga.

Jadi, bagaimanakah sikap yang bijak dalam menanggapi berita-berita dan berbagai pengakuan orang khususnya yang berbau paranormal? Pertama, orang harus dengan sadar penuh mencurigai suara terbanyak karena hal tersebut bisa saja salah karena sesungguhnya yang dialami orang banyak itu adalah apa yang dinamakan dengan halusinasi. Kedua, orang harus mengawasi emosi yang seringkali mengendalikan dirinya. Artinya, seseorang harus sadar penuh bahwa ia tidak boleh melibatkan emosinya ketika menafsirkan, menilai, dan menyimpulkan suatu peristiwa/fenomena. Bagaimana cara mengawasi dan mengendalikan kedua hal tersebut? Gunakanlah ilmu pengetahuan untuk menilai setiap hal yang bernuansa paranormal dan supernatural, tentu, dengan ditopang oleh pikiran kritis dan sikap skeptis. Jika ini dilakukan maka tidak akan terjadi hal seperti yang dialami ribuan warga Sulbar yang menafsirkan dan menyimpulkan kain putih yang melayang di udara sebagai makhluk yang disebut dengan kuntilanak yang sampai beberapa hari membuat heboh warga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.