Seorang mahasiswa Amerika mati setelah memprediksi kematiannya sendiri. Setidaknya itulah judul yang diberikan mengenai kabar "keberhasilan" prediksi mahasiswa tersebut terhadap kelangsungan hidupnya, atau itulah yang dipercaya beberapa orang bahwa mahasiswa itu mampu dengan tepat memprediksi kematiannya hanya beberapa saat sebelum ajal menjemputnya. Apakah mahasiswa itu memang "sukses" memprediksi kematiannya sendiri?
Beberapa saat sebelum kematiannya, mahasiswa tersebut memposting dalam twitternya: "Hembusan angin hingga 60mph hari ini akan menyenangkan . . . saya kira saya sudah hidup cukup lama." Tulisan inilah yang dijadikan orang sebagai patokan jika mahasiswa itu telah memperkirakan kematiannya sendiri, khususnya kalimat yang terakhir. Namun jika dibaca secara cermat kalimat terakhir itu sama sekali tidak menunjukkan jika mahasiswa itu telah memperkirakan hidupnya akan berakhir tidak lama setelah ia mempostingkan tulisan tersebut.
Kalimat, "saya kira saya sudah hidup cukup lama" malah bisa diartikan jika pada saat itu mahasiswa tersebut sedang menikmati hidupnya, khususnya jika kalimat tersebut dihubungkan dengan kalimat sebelumnya. Dengan demikian, kalimat kedua tersebut sama sekali, baik implisit terlebih eksplisit, tidak menunjukkan jika mahasiswa itu tengah memprediksi kematiannya. Orang saja yang gemar menghubung-hubungkan berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya ataupun yang dialaminya dirinya walaupun hal-hal tersebut sama sekali tidak berhubungan. Inilah yang juga terjadi ketika orang menghubungkan kalimat di twitter mahasiswa tersebut dengan akhir hidupnya sehingga orang pun mengatakan bahwa mahasiswa tersebut telah "berhasil" memprediksi kematiannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.