Warga Kecamatan Sario, Kelurahan Titiwungen, Manado, Sulawesi Utara, belakangan ini tidak tenang karena dihantui oleh kehadiran hantu pok pok yang dipercaya suka menyantap bayi. Tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai bentuk atau ukuran hantu pok pok tersebut, namun warga yakin akan keberadaan makhluk tersebut. Tidak dijelaskan bentuk dan ukuran hantu pok pok merupakan hal yang lain dari kebiasaan selama ini, di mana warga yang percaya pada keberadaan "makhluk halus" seperti kuntilanak dan pocong selalu memberikan keterangan mengenai bentuk dan ukurannya, bahkan dengan cukup rinci. Artinya, baru kali ini warga yang percaya pada keberadaan "makhluk halus" tertentu tidak memberikan keterangan mengenai bentuk dan ukuran makhluk yang dimaksud.
Sementara salah satu sumber yang sepertinya dipercaya oleh warga adalah pengakuan seorang remaja yang pernah menyaksikan perkelahian antara pok pok dan tonaas. Remaja tersebut bahkan mengaku bahwa ia menyaksikan perkelahian antara kuasa jahat (pok pok) dan kuasa baik (tonaas) itu yang awalnya terjadi di lapangan kosong hingga mereka saling berkejaran ke sebuah pekuburan yang ada pohon besarnya. Berdasar pada pengakuan remaja tersebut, maka bisa diajukan beberapa tanggapan/pertanyaan:
1. Jika peristiwa tersebut terjadi di lapangan kosong, apakah ada orang lain yang menyaksikan peristiwa tersebut?
2. Pada pukul berapakah peristiwa itu terjadi di lapangan kosong seperti pengakuan remaja tadi karena, entah terjadi pada waktu siang hari ataupun malam hari, masakan tidak ada orang lain yang menyaksikan peristiwa itu?
2. Pada pukul berapakah peristiwa itu terjadi di lapangan kosong seperti pengakuan remaja tadi karena, entah terjadi pada waktu siang hari ataupun malam hari, masakan tidak ada orang lain yang menyaksikan peristiwa itu?
3. Sepertinya peristiwa tersebut juga tidak terjadi dalam waktu yang singkat, maka kemungkinan remaja tersebut histeris (berteriak-teriak) sehingga menarik perhatian orang banyak umumnya terjadi, namun berdasar pada pengakuannya, sepertinya hanya dia yang menyaksikan peristiwa tersebut. Bukankah ini merupakan hal yang janggal karena dalam waktu yang cukup lama tidak ada orang lain yang menyaksikan peristiwa itu?
Berita sangat pendek mengenai keberadaan hantu pok pok yang dipercaya warga tersebut merupakan tipikal kisah-kisah "pertempuran" yang terjadi antara kuasa jahat dan kuasa baik, di mana kuasa jahat direpresentasikan melalui keberadaan hantu pok pok sedangkan kuasa baik diwakili melalui keberadaan figur tonaas. Hal ini bukanlah sesuatu yang janggal apalagi aneh karena pemikiran warga dan begitu banyak orang yang masih dikuasai oleh dualisme antara "baik" lawan "jahat," "dunia atas" dan "dunia bawah," dan "terang vs. "kegelapan." Sejauh kedua polarisasi tersebut dipahami secara metaforis, tidak terlalu bermasalah karena orang menganggap dan memahaminya sebagai gaya bercerita suatu tradisi di daerah tertentu. Namun, jika hal yang sama dipahami secara letterlijk (harfiah), maka kisah seperti berita di atas-lah yang terjadi.
Berita di atas bukan saja akibat pemahaman yang harfiah terhadap tradisi yang turun-temurun (perhatikan: yang mengaku pernah melihat wujud pok pok dan tonaas hanyalah seorang remaja), namun terlebih, merupakan upaya mewujudkan tradisi yang selama ini diturunkan melalui kisah-kisah serupa (tradisi lisan dan mungkin juga tradisi tulisan) ke dalam ke dalam bentuk yang lebih nyata dan hidup. Oleh karena itulah warga yang awalnya sudah pernah mendengar cerita yang serupa sejak kecil atau remaja dari orang-orang tua atau kakek dan nenek menjadi semakin tertarik dan mudah percaya ketika objek yang sama muncul secara nyata dan diyakini hidup di sekitar mereka. Jika ini yang terjadi, maka reaksi warga kompleks Titiwungen Manado, Sulawesi Utara, sama sekali tidak aneh apalagi mengangetkan karena sejak awal mereka sudah pernah mendengar kisah serupa yang kemudian dinyatakan "hidup" di sekitar mereka. Inilah yang dinamakan: awalnya hanya "hidup" dalam pikiran dan dunia imajinasi, namun kemudian menjadi nyata dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Berita di atas bukan saja akibat pemahaman yang harfiah terhadap tradisi yang turun-temurun (perhatikan: yang mengaku pernah melihat wujud pok pok dan tonaas hanyalah seorang remaja), namun terlebih, merupakan upaya mewujudkan tradisi yang selama ini diturunkan melalui kisah-kisah serupa (tradisi lisan dan mungkin juga tradisi tulisan) ke dalam ke dalam bentuk yang lebih nyata dan hidup. Oleh karena itulah warga yang awalnya sudah pernah mendengar cerita yang serupa sejak kecil atau remaja dari orang-orang tua atau kakek dan nenek menjadi semakin tertarik dan mudah percaya ketika objek yang sama muncul secara nyata dan diyakini hidup di sekitar mereka. Jika ini yang terjadi, maka reaksi warga kompleks Titiwungen Manado, Sulawesi Utara, sama sekali tidak aneh apalagi mengangetkan karena sejak awal mereka sudah pernah mendengar kisah serupa yang kemudian dinyatakan "hidup" di sekitar mereka. Inilah yang dinamakan: awalnya hanya "hidup" dalam pikiran dan dunia imajinasi, namun kemudian menjadi nyata dalam kehidupan yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.