Franky Kowaas adalah penggiat panjat gunung asal Indonesia. Sejak 2008 tiga puncak gunung telah ditaklukkannya, yakni Cartenz Pyramid (Australasia), Kilimanjoro (Afrika), dan Elbrus (Eropa) dan pada Januari 2010 ia akan menuju Vinson Massif (Antartika), dilanjutkan ke Aconcagua (Amerika Selatan) sedangkan puncak Everest (Asia) dan Mckinley Alaska (Amerika Utara) merupakan target terakhirnya (Kompas, Minggu, 20 Desember 2009, hlm. 2). Ketujuh puncak gunung yang telah disebut tadi adalah tujuh puncak gunung tertinggi di dunia.
Dalam artikel Kompas yang bertajuk "Natal dan Gunung" itu Franky mengibaratkan bahwa Natal merupakan bagian dari misi pendakian gunung. Pernyataannya tersebut langsung menghentak saya! Bagaimana tidak? Perhatikan saja kata-kata Franky di mana ia mengibaratkan Natal sebagai bagian dari misi pendakian gunungnya. Di mana ibaratnya? Di mana ibarat Natal adalah bagian dari misi pendakian gunung yang hendak dicapainya? Apa relevansi pendakian gunung dengan perayaan Natal? Apakah untuk merayakan Natal, bagi Franky, harus melalui perjuangan yang begitu berat terlebih dahulu seperti saat dia melakukan pendakian gunung? Kalimat tadi bisa masuk akal jika diucapkan oleh seseorang yang telah divonis oleh dokter bahwa ia tidak memiliki umur yang panjang lagi. Misalnya, seseorang divonis dokter mengidap penyakit yang begitu parah sehingga secara medis tidak memiliki umur yang panjang dan vonis tersebut dikatakan pada bulan Januari. Dan jika orang itu adalah penganut Kristen taat yang selalu merindukan Natal maka nyaris bisa dipastikan ia akan "berusaha" sekuat tenaga bertahan setidaknya sampai bulan Desember agar ia masih bisa merayakan Natal bersama kerabat dan teman-temannya. Namun tentu, Franky Kowaas bukanlah orang dalam kisah tadi. Ia seorang yang sangat bugar, buktinya berhasil mencapai tiga puncak gunung tertinggi di dunia dari rencana seluruhnya tujuh puncak gunung tertinggi. Pernyataan Franky yang mengibaratkan Natal sebagai bagian dari misi pendakian gunung sangatlah tidak nyambung. Setidaknya saya tidak menemukan hubungan antara Natal dan pendakian gunung sekalipun sifat dan bentuknya dalam ibarat.
Pernyataan Franky berikutnya malah membuat saya, bukan lagi geli, tetapi tertawa keras sampai orang-orang di rumah terkejut dan bertanya-tanya apa yang membuat saya tiba-tiba tertawa. Saya tertawa keras akibat pernyataan Franky yang mengatakan, "Tanpa Natal takkan ada rekor mendaki yang saya capai dan Yesus adalah inspirasi saya untuk mendaki gunung. Makanya, tiap tiba di puncak, saya selalu berlutut berdoa menaikkan ucapan syukur". Astagaaaa!!! Apa dan di mana relevansi antara Natal dan rekor mendaki seperti yang diucapkan Franky tadi?!?! Semua orang juga tahu kisah Natal, termasuk mereka yang non-Kristen! Natal adalah perayaan akan kelahiran Yesus di kandang ternak (menurut tradisi), lalu kaitannya dengan rekor pendakian gunungnya di mana?
Kalimat Franky yang berikut tidak kalah lucunya! Baginya Yesus merupakan inspirasi untuk mendaki gunung. Nah loooh di mana lagi ini hubungan antara mendaki gunung dan Yesus? Jika Franky menghubungkan kisah di seputar kematian Yesus di mana - menurut tradisi yang berasal dari Injil-injil - Yesus mendaki bukit Golgota sebelum disalibkan, itu mungkin masih, yaaah sedikit nyambung lah walaupun tetap terlihat sekali adanya pemaksaan konteks. Artinya, konteks kisah di seputar kematian Yesus pun terjadi di sebuah bukit bukan gunung, sedangkan Franky konteksnya adalah gunung, bahkan gunung-gunung tertinggi di dunia pula! (yang semuanya 5000m di atas permukaan laut!). Namun, jika Franky mencoba mengaitkan antara pendakian gunung yang dilakukannya karena memperoleh inspirasi dari Yesus melalui kisah Natal, maka semakin tidak nyambung lahyaaah! Mengapa? Peristiwa Natal di mana Yesus lahir, menggambarkan bayi Yesus yang tidak berdaya. Sedikit masuk akal jika dikaitkan dengan figur Maria yang "berjuang" keras karena harus berjalan jauh sekitar 90km dari Nazaret ke Betlehem! Seharusnya kan figur Maria ibu Yesus diibaratkan sebagai tokoh pejalan kaki yang tegar dan ulung (bayangkan saja seorang perempuan yang sedang hamil tua harus melakukan perjalanan jauh! Luar biasa!). Namun sepertinya yang hendak disampaikan oleh Franky bahwa Maria ibu Yesus adalah seorang pendaki jika dikaitkan dengan misi pendakian yang sedang dilakukan Franky. Dengan demikian, Maria ibu Yesus adalah seorang pendaki gunung! Waaaah baru tau nih...kalo Maria ibu Yesus adalah seorang pendaki gunung yang ulung walaupun Injil-injil, entah kanonik maupun ekstrakanonik tidak menggambarkan demikian.
Dalam artikel Kompas yang bertajuk "Natal dan Gunung" itu Franky mengibaratkan bahwa Natal merupakan bagian dari misi pendakian gunung. Pernyataannya tersebut langsung menghentak saya! Bagaimana tidak? Perhatikan saja kata-kata Franky di mana ia mengibaratkan Natal sebagai bagian dari misi pendakian gunungnya. Di mana ibaratnya? Di mana ibarat Natal adalah bagian dari misi pendakian gunung yang hendak dicapainya? Apa relevansi pendakian gunung dengan perayaan Natal? Apakah untuk merayakan Natal, bagi Franky, harus melalui perjuangan yang begitu berat terlebih dahulu seperti saat dia melakukan pendakian gunung? Kalimat tadi bisa masuk akal jika diucapkan oleh seseorang yang telah divonis oleh dokter bahwa ia tidak memiliki umur yang panjang lagi. Misalnya, seseorang divonis dokter mengidap penyakit yang begitu parah sehingga secara medis tidak memiliki umur yang panjang dan vonis tersebut dikatakan pada bulan Januari. Dan jika orang itu adalah penganut Kristen taat yang selalu merindukan Natal maka nyaris bisa dipastikan ia akan "berusaha" sekuat tenaga bertahan setidaknya sampai bulan Desember agar ia masih bisa merayakan Natal bersama kerabat dan teman-temannya. Namun tentu, Franky Kowaas bukanlah orang dalam kisah tadi. Ia seorang yang sangat bugar, buktinya berhasil mencapai tiga puncak gunung tertinggi di dunia dari rencana seluruhnya tujuh puncak gunung tertinggi. Pernyataan Franky yang mengibaratkan Natal sebagai bagian dari misi pendakian gunung sangatlah tidak nyambung. Setidaknya saya tidak menemukan hubungan antara Natal dan pendakian gunung sekalipun sifat dan bentuknya dalam ibarat.
Pernyataan Franky berikutnya malah membuat saya, bukan lagi geli, tetapi tertawa keras sampai orang-orang di rumah terkejut dan bertanya-tanya apa yang membuat saya tiba-tiba tertawa. Saya tertawa keras akibat pernyataan Franky yang mengatakan, "Tanpa Natal takkan ada rekor mendaki yang saya capai dan Yesus adalah inspirasi saya untuk mendaki gunung. Makanya, tiap tiba di puncak, saya selalu berlutut berdoa menaikkan ucapan syukur". Astagaaaa!!! Apa dan di mana relevansi antara Natal dan rekor mendaki seperti yang diucapkan Franky tadi?!?! Semua orang juga tahu kisah Natal, termasuk mereka yang non-Kristen! Natal adalah perayaan akan kelahiran Yesus di kandang ternak (menurut tradisi), lalu kaitannya dengan rekor pendakian gunungnya di mana?
Kalimat Franky yang berikut tidak kalah lucunya! Baginya Yesus merupakan inspirasi untuk mendaki gunung. Nah loooh di mana lagi ini hubungan antara mendaki gunung dan Yesus? Jika Franky menghubungkan kisah di seputar kematian Yesus di mana - menurut tradisi yang berasal dari Injil-injil - Yesus mendaki bukit Golgota sebelum disalibkan, itu mungkin masih, yaaah sedikit nyambung lah walaupun tetap terlihat sekali adanya pemaksaan konteks. Artinya, konteks kisah di seputar kematian Yesus pun terjadi di sebuah bukit bukan gunung, sedangkan Franky konteksnya adalah gunung, bahkan gunung-gunung tertinggi di dunia pula! (yang semuanya 5000m di atas permukaan laut!). Namun, jika Franky mencoba mengaitkan antara pendakian gunung yang dilakukannya karena memperoleh inspirasi dari Yesus melalui kisah Natal, maka semakin tidak nyambung lahyaaah! Mengapa? Peristiwa Natal di mana Yesus lahir, menggambarkan bayi Yesus yang tidak berdaya. Sedikit masuk akal jika dikaitkan dengan figur Maria yang "berjuang" keras karena harus berjalan jauh sekitar 90km dari Nazaret ke Betlehem! Seharusnya kan figur Maria ibu Yesus diibaratkan sebagai tokoh pejalan kaki yang tegar dan ulung (bayangkan saja seorang perempuan yang sedang hamil tua harus melakukan perjalanan jauh! Luar biasa!). Namun sepertinya yang hendak disampaikan oleh Franky bahwa Maria ibu Yesus adalah seorang pendaki jika dikaitkan dengan misi pendakian yang sedang dilakukan Franky. Dengan demikian, Maria ibu Yesus adalah seorang pendaki gunung! Waaaah baru tau nih...kalo Maria ibu Yesus adalah seorang pendaki gunung yang ulung walaupun Injil-injil, entah kanonik maupun ekstrakanonik tidak menggambarkan demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.