Saya menerima pesan pendek di HP dengan tulisan seperti ini tepatnya: "CHRISTMAS gift suggestions: To your enemy > forgiveness. To an opponent > tolerance. To a friend > your heart. To a customer > service. To all > charity. To every child > a good example. To yourself > respect. MERRY CHRISTMAS 2009".
Lalu di mana kaitan antara anjuran-anjuran yang lebih berkesan seperti nasihat moral itu dengan peristiwa Natal itu sendiri? Apakah saya saja yang kurang jeli sehingga tidak mampu melihat kaitan antara kata-kata indah tersebut dengan peristiwa Natal? Atau saya saja yang kurang kerjaan mengutak-utik kata-kata bijak itu? Terhadap kata-kata indah itu sendiri saya tidak terlalu berkeberatan karena nilainya yang universal. Artinya, kata-kata bijak seperti di atas bukan saja monopoli ajaran Kristen tetapi dapat juga ditemukan kesejajarannya dalam agama-agama ataupun paham moralitas lainnya, entah agama dan paham moralitas yang masih hidup maupun yang telah punah. Kata-kata seperti "mengampuni dan mengasihi musuhmu" memang sangat jelas dapat ditemukan kesejajarannya dalam ucapan Yesus seperti termaktub dalam Injil-injil kanonik yang mengatakan bahwa penganut Kristus harus mengasihi bukan saja saudaranya sendiri tetapi bahkan mendoakan, memberkati, dan mengasihi musuhnya.
Saya bukan saja bertanya-tanya seperti di atas, tetapi juga geli akibat kata-kata "to a customer > service". Ini betul-betul membuat saya nyaris tertawa. Di mana hubungan antara kata-kata itu dengan peristiwa Natal itu sendiri? Apakah dalam peristiwa Natal ada indikasi bahwa orang dapat memaknainya sebagai ungkapan bahwa "sebagai pedagang atau penjual atau penyedia jasa layanan orang harus memberikan pelayanan yang layak kepada pelanggan atau pembelinya"? Di mana para pelayan atau mereka yang memiliki kemampuan membantu persalinan ketika Maria hendak melahirkan Yesus? Apakah peristiwa Natal membuat para pedagang atau penjual atau penyedia jasa layanan akan memberikan pelayanan yang layak bagi para pelanggan atau pembelinya? Saya jadi menduga-duga mungkin saja yang dimaksud dari kata-kata tersebut adalah makna bahwa Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Dan inilah yang menjadi ajakan bahkan dorongan bagi para pengikutnya untuk melayani dan bukannya dilayani. Sejauh yang dapat saya coba tafsirkan mungkin inilah yang dimaksud dengan "To a customer > service", walaupun bagi saya tafsiran seperti itu terlampau jauh dan maksa.
Hal lain yang cukup mengusik saya adalah "to all > charity". Apakah itu charity? Kedermawanan? Amal baik? Kemurahan hati? Apa bentuknya? Pertolongan dalam pemberian bentuk uang? Makanan dan minuman? Pakaian Tempat berteduh? Perlindungan? Perhatian? Bagi saya tentu, semua bentuk kemurahan, amal baik, dan kedermawanan yang seperti telah disebutkan sangatlah baik adanya. Apalagi jika diberikan kepada orang-orang yang membutuhkannya, seperti mereka yang menderita akibat tertimpa bencana alam, perang, rumahnya terbakar, para penderita penyakit yang sangat parah, mereka yang terasing karena disisihkan oleh keluarga dan masyarakat akibat menderita HIV/AIDS atau kusta , dan mereka yang hidup dalam kemiskinan. Namun bagaimana "nasib" mereka yang hidup dalam kecukupan? Apakah mereka juga perlu dibantu? Tentu jawabannya adalah "tidak", mereka lah yang seharusnya memberikan bantuan karena mereka mampu. Itu jika dilihat dari segi kemampuan ekonomi - uang. Bagaimana dengan bentuk bantuan melalui perhatian? Bagaimana dengan mereka yang miskin, tentu mereka lah yang harus dibantu karena mereka tidak punya uang untuk membantu. Intinya, charity yang dimaksud tentu tidak terbatas oleh uang melainkan juga perhatian. Inilah yang seharusnya menjadi penekanan dalam kehidupan masa kini, di mana banyak hal diukur dari segi uang sehingga "perhatian" pun dinilai dari uang. Menyumbang uang yang banyak dianggap sudah cukup walaupun uang yang diperoleh adalah hasil korupsi.
Sesungguhnya kata-kata bijak di atas dapat diperas sehingga menjadi satu kata, yakni KASIH, yang bagi sebagian besar orang Kristen dianggap sebagai inti ajaran Yesus. Yesus mengajarkan kasih. Kasih yang tidak dibatasi oleh apapun juga melainkan melampui segala hal, bahkan orang Kristen mengatakan, melampaui akal manusia. Saya sering mendengar orang Kristen berkata bahwa ajaran Kasih Yesus-lah yang membedakan agama Kristen dengan agama-agama lainnya yang pernah dan masih ada di muka bumi ini. Hanya agama Kristen melalui Yesus-lah yang mengajarkan kasih. Ini pandangan yang sangat keliru bahkan menyesatkan! Gautama Buddha mengajarkan kasih. Muhammad mengajarkan kasih. Agama-agama Timur Tengah yang telah punah mengajarkan kasih. Para filsuf Yunani klasik yang tidak mengenal agama seperti yang orang-orang modern pahami juga mengajarkan kasih. Jadi, ajaran kasih bukanlah hanya milik orang-orang Kristen dan agamanya.
Kembali pada kata-kata bijak yang muncul di HP saya, bahwa bagi saya kata-kata itu memiliki makna yang dalam dan indah. Mungkin menjadi aneh karena kata-kata itu diawali oleh frasa "Christmas suggestions" dan terlebih diakhiri dengan frasa "Merry Christmas 2009". Kata-kata itu sendiri sesungguhnya sudah "pas", tinggal apakah orang mau melakukannya atau tidak. Dengan demikian, tidak perlu-lah...dihubung-hubungkan antara "to your enemy > forgiveness. To an opponent > tolerance...dst" dengan peristiwa Natal karena sama sekali tidak ada hubungannya. Biarkan saja kata-kata bijak yang penuh makna mendalamn itu berdiri sendiri. Kata-kata seperti itu dapat diucapkan atau dituliskan pada momen atau peristiwa apapun, bukan hanya pada saat Natal. Kalaupun peristiwa Natal hendak dimaknai pada masa kini maka pakailah kata-kata yang tepat atau nyambung sehingga orang yang membaca atau mendengarnya, terlebih orang yang menulis atau mengatakannya sungguh-sungguh tergerak oleh kata-katanya sendiri, tidak asal nulis atau nyeplos, ah...apalagi di zaman teknologi canggih ini yang tinggal copy - paste atau forward dan bereees!
Lalu di mana kaitan antara anjuran-anjuran yang lebih berkesan seperti nasihat moral itu dengan peristiwa Natal itu sendiri? Apakah saya saja yang kurang jeli sehingga tidak mampu melihat kaitan antara kata-kata indah tersebut dengan peristiwa Natal? Atau saya saja yang kurang kerjaan mengutak-utik kata-kata bijak itu? Terhadap kata-kata indah itu sendiri saya tidak terlalu berkeberatan karena nilainya yang universal. Artinya, kata-kata bijak seperti di atas bukan saja monopoli ajaran Kristen tetapi dapat juga ditemukan kesejajarannya dalam agama-agama ataupun paham moralitas lainnya, entah agama dan paham moralitas yang masih hidup maupun yang telah punah. Kata-kata seperti "mengampuni dan mengasihi musuhmu" memang sangat jelas dapat ditemukan kesejajarannya dalam ucapan Yesus seperti termaktub dalam Injil-injil kanonik yang mengatakan bahwa penganut Kristus harus mengasihi bukan saja saudaranya sendiri tetapi bahkan mendoakan, memberkati, dan mengasihi musuhnya.
Saya bukan saja bertanya-tanya seperti di atas, tetapi juga geli akibat kata-kata "to a customer > service". Ini betul-betul membuat saya nyaris tertawa. Di mana hubungan antara kata-kata itu dengan peristiwa Natal itu sendiri? Apakah dalam peristiwa Natal ada indikasi bahwa orang dapat memaknainya sebagai ungkapan bahwa "sebagai pedagang atau penjual atau penyedia jasa layanan orang harus memberikan pelayanan yang layak kepada pelanggan atau pembelinya"? Di mana para pelayan atau mereka yang memiliki kemampuan membantu persalinan ketika Maria hendak melahirkan Yesus? Apakah peristiwa Natal membuat para pedagang atau penjual atau penyedia jasa layanan akan memberikan pelayanan yang layak bagi para pelanggan atau pembelinya? Saya jadi menduga-duga mungkin saja yang dimaksud dari kata-kata tersebut adalah makna bahwa Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Dan inilah yang menjadi ajakan bahkan dorongan bagi para pengikutnya untuk melayani dan bukannya dilayani. Sejauh yang dapat saya coba tafsirkan mungkin inilah yang dimaksud dengan "To a customer > service", walaupun bagi saya tafsiran seperti itu terlampau jauh dan maksa.
Hal lain yang cukup mengusik saya adalah "to all > charity". Apakah itu charity? Kedermawanan? Amal baik? Kemurahan hati? Apa bentuknya? Pertolongan dalam pemberian bentuk uang? Makanan dan minuman? Pakaian Tempat berteduh? Perlindungan? Perhatian? Bagi saya tentu, semua bentuk kemurahan, amal baik, dan kedermawanan yang seperti telah disebutkan sangatlah baik adanya. Apalagi jika diberikan kepada orang-orang yang membutuhkannya, seperti mereka yang menderita akibat tertimpa bencana alam, perang, rumahnya terbakar, para penderita penyakit yang sangat parah, mereka yang terasing karena disisihkan oleh keluarga dan masyarakat akibat menderita HIV/AIDS atau kusta , dan mereka yang hidup dalam kemiskinan. Namun bagaimana "nasib" mereka yang hidup dalam kecukupan? Apakah mereka juga perlu dibantu? Tentu jawabannya adalah "tidak", mereka lah yang seharusnya memberikan bantuan karena mereka mampu. Itu jika dilihat dari segi kemampuan ekonomi - uang. Bagaimana dengan bentuk bantuan melalui perhatian? Bagaimana dengan mereka yang miskin, tentu mereka lah yang harus dibantu karena mereka tidak punya uang untuk membantu. Intinya, charity yang dimaksud tentu tidak terbatas oleh uang melainkan juga perhatian. Inilah yang seharusnya menjadi penekanan dalam kehidupan masa kini, di mana banyak hal diukur dari segi uang sehingga "perhatian" pun dinilai dari uang. Menyumbang uang yang banyak dianggap sudah cukup walaupun uang yang diperoleh adalah hasil korupsi.
Sesungguhnya kata-kata bijak di atas dapat diperas sehingga menjadi satu kata, yakni KASIH, yang bagi sebagian besar orang Kristen dianggap sebagai inti ajaran Yesus. Yesus mengajarkan kasih. Kasih yang tidak dibatasi oleh apapun juga melainkan melampui segala hal, bahkan orang Kristen mengatakan, melampaui akal manusia. Saya sering mendengar orang Kristen berkata bahwa ajaran Kasih Yesus-lah yang membedakan agama Kristen dengan agama-agama lainnya yang pernah dan masih ada di muka bumi ini. Hanya agama Kristen melalui Yesus-lah yang mengajarkan kasih. Ini pandangan yang sangat keliru bahkan menyesatkan! Gautama Buddha mengajarkan kasih. Muhammad mengajarkan kasih. Agama-agama Timur Tengah yang telah punah mengajarkan kasih. Para filsuf Yunani klasik yang tidak mengenal agama seperti yang orang-orang modern pahami juga mengajarkan kasih. Jadi, ajaran kasih bukanlah hanya milik orang-orang Kristen dan agamanya.
Kembali pada kata-kata bijak yang muncul di HP saya, bahwa bagi saya kata-kata itu memiliki makna yang dalam dan indah. Mungkin menjadi aneh karena kata-kata itu diawali oleh frasa "Christmas suggestions" dan terlebih diakhiri dengan frasa "Merry Christmas 2009". Kata-kata itu sendiri sesungguhnya sudah "pas", tinggal apakah orang mau melakukannya atau tidak. Dengan demikian, tidak perlu-lah...dihubung-hubungkan antara "to your enemy > forgiveness. To an opponent > tolerance...dst" dengan peristiwa Natal karena sama sekali tidak ada hubungannya. Biarkan saja kata-kata bijak yang penuh makna mendalamn itu berdiri sendiri. Kata-kata seperti itu dapat diucapkan atau dituliskan pada momen atau peristiwa apapun, bukan hanya pada saat Natal. Kalaupun peristiwa Natal hendak dimaknai pada masa kini maka pakailah kata-kata yang tepat atau nyambung sehingga orang yang membaca atau mendengarnya, terlebih orang yang menulis atau mengatakannya sungguh-sungguh tergerak oleh kata-katanya sendiri, tidak asal nulis atau nyeplos, ah...apalagi di zaman teknologi canggih ini yang tinggal copy - paste atau forward dan bereees!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.