Jumat, 12 November 2010

Kejahatan X Kebaikan

Begitu banyak orang beranggapan dan percaya jika kesurupan terjadi akibat unsur yang berasal dari luar tubuh seseorang (seperti: hantu/makhluk halus) kemudian hantu tersebut merasuki tubuh orang itu. Dengan demikian, begitu banyak orang mengatakan bahwa kesurupan diakibatkan oleh gangguan yang dialami manusia berasal dari luar unsur tubuhnya. Apakah benar demikian? Pandangan ini salah dan cenderung menyederhanakan persoalan dengan meniadakan unsur yang berasal dari dalam tubuh manusia.   

Contoh kesurupan yang dipercayai hanya akibat yang berasal dari luar tubuh manusia adalah terjadi baru-baru ini di Bangkalan, Madura, di mana sekitar 10 siswa mengalami kesurupan. Peristiwa kesurupan terjadi ketika para siswa tersebut sedang mengikuti salah satu kegiatan yang diadakan sekolah. Namun, pihak sekolah segera menyatakan bahwa anak-anak yang kesurupan itu bukan akibat kegiatan sekolah yang diadakan sekolah melainkan hal lainnya, seperti: 
1. Sekolah akan mengadakan kegiatan agama.
2. Sekolah menebang beberapa pohon besar di lingkungan sekolah.

Pihak sekolah menganggap jika kedua hal ini menjadi penyebab kesurupan yang dialami anak-anak akibat "penunggu" sekolah tidak suka/marah sehingga "penunggu" itu merasuki beberapa siswa. Dengan demikian, pihak sekolah menolak jika acara yang diadakan sekolah sebagai penyebab beberapa anak mengalami kesurupan dan lebih "menyalahkan" sesuatu yang bernuansa supernatural. Ini artinya, sekolah lebih percaya pada sesuatu yang tidak kasat mata ketimbang yang kasat mata dan memiliki materi.

Mengapa hal demikian bisa terjadi? Hal seperti itu bisa terjadi karena  hal-hal yang bernuansa supernatural lebih misterius dan seru dibandingkan hal-hal yang terlihat kasat mata. Hal-hal yang tidak kasat mata bisa membuat merinding ketimbang hal-hal materil yang tidak bisa membuat bulu kuduk berdiri. Hal ini sejajar dengan agama dan kepercayaan kepada Tuhan, di mana bisa membuat manusia takjub, merinding, bahagia, bahkan menangis. Artinya, manusia menggemari hal-hal yang membuat emosinya "naik-turun" karena sesuatu yang misterius dan tidak kasat mata. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan ketika melihat/mengetahui bagaimana cara manusia menangani fenomena kesurupan, yakni dengan membacakan ayat-ayat yang berasal dari "kitab suci."

Pembacaan ayat-ayat "kitab suci" yang ditujukan bagi orang-orang yang mengalami kesurupan didasarkan pada kepercayaan bahwa kesurupan diakibatkan oleh sesuatu supernatural yang jahat, oleh karenanya harus dilawan oleh sesuatu supernatural juga, namun yang baik. Jadi, ada pemikiran banyak orang bahwa sesuatu yang tidak kelihatan harus diperhadapkan dengan sesuatu yang tidak juga tidak kelihatan, dan karena kesurupan diakibatkan oleh hantu, maka harus dilawan oleh Tuhan. Kejahatan harus dilawan oleh kebaikan. Akibatnya, banyak orang meniadakan atau tidak mempedulikan hal-hal yang sesungguhnya kasat mata. Artinya, orang lebih mempercayai hal-hal yang tidak kelihatan (supernatural) ketimbang hal-hal yang keliatan (material). 

Contoh inilah yang ditemukan dalam berita di atas ketika pihak sekolah bukannya memperhatikan kegiatan telah dan sedang dilakukan anak-anak melainkan membiarkan pikirannya dikuasai oleh hal-hal yang tidak kelihatan. Pihak sekolah sama sekali tidak memperhitungkan kemungkinan jika kegiatan yang diadakannya telah membuat beberapa anak merasa tidak nyaman, dan anak-anak yang tidak merasa nyaman tersebut tidak memiliki pikiran yang kuat sehingga mereka mengalami kesurupan. Inilah salah satu contoh nyata (lagi) di mana manusia lebih mempercayai sesuatu yang supernatural ketimbang material. Akibatnya, penanganan yang diberikan pun sangat sederhana bahkan ga nyambung karena menafikan psikologi serta melibatkan orang-orang yang keliru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tidak setuju dengan pandangan saya? Silahkan mendebatnya.