Fakta sangat mengerikan kembali terjadi di mana agama kerapkali membuat orang-orang yang memeluknya mengalami delusi. Tidak berhenti di situ, agama pun tidak jarang membuat para pemeluknya tega melakukan tindakan yang sangat kejam, misalnya: membunuh. Contoh terkini seorang penganut agama yang tega berlaku keji, bahkan terhadap ibunya sendiri, ditemukan dalam diri seorang aktor Aktor Hollywood berkebangsaan Amerika Serikat. Aktor itu memenggal ibunya sendiri dengan sebilah samurai seraya di tangan lainnya memegang Alkitab.
Meski kepada laki-laki tersebut segera akan dilakukan pemeriksaan psikologi untuk menentukan apakah ia mengalami penyakit atau gangguan tertentu yang membuatnya dengan keji telah memenggal ibunya sendiri, besar kemungkinan tindakan keji yang dilakukannya dipicu oleh pemahaman agamanya yang sangat mengerikan. Pemahaman agama yang sarat dengan kekerasan dan darah itulah yang membuat laki-laki itu mengalami delusi sehingga kemudian membunuh ibunya sendiri.
Ini merupakan hal yang sangat mungkin terjadi karena banyak ayat dan kisah dalam Alkitab yang memang mengumbar dan menggambarkan kekerasan yang penuh darah, khususnya dalam bagian Perjanjian Lama. Jadi, sama sekali tidak mengherankan jika kisah-kisah tersebut bisa sampai membakar semangat umat Kristen untuk bertindak keras, karena "kitab suci"-nya sendiri pun memuat bahkan membenarkan kekerasan itu. Sesuatu yang sangat mengerikan!
Mungkin ada pendapat yang menentang pandangan di atas dengan mengatakan: "Jangan salahkan agama dan/atau kitab sucinya melainkan orangnya, karena itu semua bergantung pada pemahaman masing-masing orang." Pendapat ini sangat lemah karena malah semakin memperlemah kedudukan agama dan "kitab suci" (dhi. Alkitab) agama tersebut, bukankah agama serta "kitab suci"-nya dibuat oleh manusia? Jika yang dipersalahkan adalah orangnya, berarti orang-orang yang membentuk agama dan membuat/menyusun "kitab suci"-lah yang memiliki kesalahan terberat karena mereka telah mengakibatkan begitu banyak orang di zaman-zaman setelah mereka bertindak keji. Artinya, para pembentuk agama dan pembuat/penyusun "kitab suci" itulah yang telah memicu peristiwa berdarah atas nama agama terjadi selama ribuan tahun, bahkan hingga saat ini.
Jika dikatakan: "bergantung pada pemahaman masing-masing orang beragama", ini pun sangatlah lemah karena pertanyaan menjadi: apakah tolok ukurnya? agama? "kitab suci"? Jika begitu banyak orang beragama mengatakan bahwa agama yang benar mengajarkan kasih dan perdamaian, dan ketika ada orang beragama bertindak kejam atas nama agamanya dianggap memiliki pemahaman yang salah atau minim terhadap agamanya (menyalahkan orang tersebut), maka argumen ini (seharusnya) membawa orang yang mengatakannya pada pertanyaan dan masalah yang sudah muncul di paragraf sebelumnya.
Bagaimana dengan kenyataan bahwa lebih banyak orang beragama (dhi. Kristen) berlaku penuh kasih? Ada dua kemungkinan: pertama, mereka tidak mengetahui bahwa latar belakang agama yang dipeluknya penuh dengan kekerasan dan banyak kisah dalam Perjanjian Lama yang bernuansa pertumpahan darah, atau, kedua, mereka mengetahui kedua hal tersebut, namun mengacuhkannya dan menganggapnya tidak ada. Sikap yang pertama menunjukkan minimnya pengetahuan orang tersebut mengenai agama dan "kitab suci"-nya sendiri dan keengganan untuk belajar, sedangkan sikap yang kedua berarti orang tersebut bohong dan munafik. Bukankah hal-hal ini dilarang oleh agama Kristen?
Kembali pada berita di atas, jelas, agama membuat para penganutnya mengalami delusinasi, dan dapat mendorong orang-orang beragama untuk bertindak keras terhadap sesamanya serta memiliki kecenderungan membahayakan keberadaan sekitarnya. Jika tindakan keji seperti yang dilakukan laki-laki dalam berita tersebut - memenggal ibunya sendiri - bisa dilakukan, maka juga ada kemungkinan (bahkan lebih besar kemungkinannya) jika orang-orang beragama akan bertindak keras terhadap orang-orang yang berbeda paham dengan diri atau kelompoknya.
Dengan demikian, tidaklah tepat jika dikatakan agama (dhi. Kristen) adalah agama yang mengedepankan dan menguatamakan ajaran kasih, atau mengatakan Kristen adalah agama kasih, karena pernyataan ini tidak didukung oleh kenyataan yang terjadi. Kenyataannya malah terbalik 180%, di mana bukan kasih yang muncul melainkan kekejaman.
Meski kepada laki-laki tersebut segera akan dilakukan pemeriksaan psikologi untuk menentukan apakah ia mengalami penyakit atau gangguan tertentu yang membuatnya dengan keji telah memenggal ibunya sendiri, besar kemungkinan tindakan keji yang dilakukannya dipicu oleh pemahaman agamanya yang sangat mengerikan. Pemahaman agama yang sarat dengan kekerasan dan darah itulah yang membuat laki-laki itu mengalami delusi sehingga kemudian membunuh ibunya sendiri.
Ini merupakan hal yang sangat mungkin terjadi karena banyak ayat dan kisah dalam Alkitab yang memang mengumbar dan menggambarkan kekerasan yang penuh darah, khususnya dalam bagian Perjanjian Lama. Jadi, sama sekali tidak mengherankan jika kisah-kisah tersebut bisa sampai membakar semangat umat Kristen untuk bertindak keras, karena "kitab suci"-nya sendiri pun memuat bahkan membenarkan kekerasan itu. Sesuatu yang sangat mengerikan!
Mungkin ada pendapat yang menentang pandangan di atas dengan mengatakan: "Jangan salahkan agama dan/atau kitab sucinya melainkan orangnya, karena itu semua bergantung pada pemahaman masing-masing orang." Pendapat ini sangat lemah karena malah semakin memperlemah kedudukan agama dan "kitab suci" (dhi. Alkitab) agama tersebut, bukankah agama serta "kitab suci"-nya dibuat oleh manusia? Jika yang dipersalahkan adalah orangnya, berarti orang-orang yang membentuk agama dan membuat/menyusun "kitab suci"-lah yang memiliki kesalahan terberat karena mereka telah mengakibatkan begitu banyak orang di zaman-zaman setelah mereka bertindak keji. Artinya, para pembentuk agama dan pembuat/penyusun "kitab suci" itulah yang telah memicu peristiwa berdarah atas nama agama terjadi selama ribuan tahun, bahkan hingga saat ini.
Jika dikatakan: "bergantung pada pemahaman masing-masing orang beragama", ini pun sangatlah lemah karena pertanyaan menjadi: apakah tolok ukurnya? agama? "kitab suci"? Jika begitu banyak orang beragama mengatakan bahwa agama yang benar mengajarkan kasih dan perdamaian, dan ketika ada orang beragama bertindak kejam atas nama agamanya dianggap memiliki pemahaman yang salah atau minim terhadap agamanya (menyalahkan orang tersebut), maka argumen ini (seharusnya) membawa orang yang mengatakannya pada pertanyaan dan masalah yang sudah muncul di paragraf sebelumnya.
Bagaimana dengan kenyataan bahwa lebih banyak orang beragama (dhi. Kristen) berlaku penuh kasih? Ada dua kemungkinan: pertama, mereka tidak mengetahui bahwa latar belakang agama yang dipeluknya penuh dengan kekerasan dan banyak kisah dalam Perjanjian Lama yang bernuansa pertumpahan darah, atau, kedua, mereka mengetahui kedua hal tersebut, namun mengacuhkannya dan menganggapnya tidak ada. Sikap yang pertama menunjukkan minimnya pengetahuan orang tersebut mengenai agama dan "kitab suci"-nya sendiri dan keengganan untuk belajar, sedangkan sikap yang kedua berarti orang tersebut bohong dan munafik. Bukankah hal-hal ini dilarang oleh agama Kristen?
Kembali pada berita di atas, jelas, agama membuat para penganutnya mengalami delusinasi, dan dapat mendorong orang-orang beragama untuk bertindak keras terhadap sesamanya serta memiliki kecenderungan membahayakan keberadaan sekitarnya. Jika tindakan keji seperti yang dilakukan laki-laki dalam berita tersebut - memenggal ibunya sendiri - bisa dilakukan, maka juga ada kemungkinan (bahkan lebih besar kemungkinannya) jika orang-orang beragama akan bertindak keras terhadap orang-orang yang berbeda paham dengan diri atau kelompoknya.
Dengan demikian, tidaklah tepat jika dikatakan agama (dhi. Kristen) adalah agama yang mengedepankan dan menguatamakan ajaran kasih, atau mengatakan Kristen adalah agama kasih, karena pernyataan ini tidak didukung oleh kenyataan yang terjadi. Kenyataannya malah terbalik 180%, di mana bukan kasih yang muncul melainkan kekejaman.
Saya setuju. Bahkan saya ingin tambahkan bhw gereja sekarang gembar-gembor soal kasih tidak lain karena DIPAKSA sejarah. Boleh dilihat di buku "Sejarah Gelap Paus"
BalasHapusSalam, Sucitro